Jaccob keluar dari area kampus, pagi ini dia sedang dalam suasana yang baik. Tidak ada pertengkaran dengan Maria. Beberapa hari ini juga Maria tidak mencari masalah dengannya.
Dia melirik jam di tangannya. Dia berniat untuk pergi ke Mansion Ratory sebelum datang ke kantor. Mumpung tidak ada jadwal meeting apapun hari ini.
Jake mengambil handphonenya, sambil menyetir dia menekan layar handphonenya, mencari nama Kenzo lalu memanggilnya.
"Hallo bos," suara Kenzo terdengar tak lama setelah telfon itu berdering.
"Aku ingin mengecek pekerjaan di Mansion, kemungkinan sampai sore. Jadi kerjakan semua pekerjaanku. Nanti jika Maria datang, suruh dia untuk mengerjakan proyek yang ada di kota Nancy." ucap Jake.
"Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepada Maria." jawab Kenzo.
Setelah itu Jake memutuskan panggilan tersebut, dia melemparkan handphonenya pada bangku kosong di sebelahnya. Tak sengaja matanya menatap spion tengah yang ada di dalam mobil tersebu
Maria benar-benar menikmati waktunya bersama Ashley. Sudah lama dia tidak berjalan-jalan, apalagi dulu waktunya disibukan dengan jam kuliah dan bekerjanya. Hanya sesekali keluar saat sedang cuti bekerja, itupun harus menunggu waktu sebulan sekali.Saat ini mereka sedang berada di salah satu mall terbesar di kotanya. Ashley dengan senang hati menemani Maria berkeliling. Dia seperti tak mempunyai rasa lelah.Saat Maria melewati salah satu toko pakaian, dia segera menarik Ashley untuk masuk ke dalam."Aku ingin mengganti bajuku, aku tidak tahan jika harus memakai gaun seperti ini," ucap Maria pada Ashley begitu mereka masuk."Tapi kau cantik memakai gaun Mary, kau terlihat seperti wanita," ucap Ashley melirik Maria sekilas."Jadi selama ini aku bukan wanita, begitu maksudmu?" tanya Maria, dia menatap kesal pada sahabatnya itu.Tawa Ashley langsung pecah dan disambut pukulan pada pantatnya dari Maria."Awas kau ya, jika sampai jatuh cinta padaku
Maria sampai di rumah pukul 8 malam. Dia tersenyum pada penjaga yang membukakan gerbang untuknya. Maria keluar dari taksi setelah membayar sopir taksi tersebut.Maria masuk ke dalam rumah, tak sengaja dia berpapasan dengan Rose, pembantu di rumah ini."Malam Rose," ucap Maria."Malam Nona," balas Rose sopan.Maria segera naik ke lantai atas. Memasuki kamarnya dan menguncinya. Dia terlihat lelah setelah beraktifitas. Akhirnya dia memutuskan untuk mandi.Maria mengisi air dalam bath up sampai penuh, menuangkan sabun dengan aroma mawar kesukaannya. Setelahnya dia membuka semua pakaiannya dan bergerak masuk ke dalam.Aroma mawar yang harum itu menenangkan pikiran Maria. Maria terlihat menikmati mandi sabunnya itu. Entah sudah berapa lama dia di kamar mandi, sampai air yang tadinya hangat berubah menjadi dingin.Maria memutuskan untuk menyudahi acara mandinya. Dia bergerak ke arah shower untuk membilas badannya. Setelah bersih, dia keluar kamar d
Jaccob terbangun ketika matahari mulai malu-malu menunjukan sinarnya. Matanya menangkap wajah Maria yang tertidur sangat pulas di dalam pelukannya. Meskipun tertidur, wajahnya terlihat sangat cantik bagi Jaccob.Perlahan Jake melepaskan pelukannya. Tangannya ditarik sangat pelan agar tidak membangunkan Maria. Saat tangannya terlepas, dia bergerak mencium kening Maria lalu meninggalkannya.Sudah menjadi kebiasaan jika Jake selalu jogging pagi sebelum pergi ke kantor. Dia selalu menjaga penampilannya agar terlihat indah di mata kaum wanita.Jake membasuh mukanya, berganti pakaian dengan baju olahraga, lalu keluar dari kamar menuju tempat biasanya dia jogging.Matahari belum terlihat sempurna, awan mendung menutupi sinarnya. Sebentar lagi musim penghujan, dan Jake membenci itu.Saat dia jogging, pikirannya terbang karena peristiwa kemarin. Saat dirinya diserang oleh Benedict. Sejak kapan orang itu kembali, pikir Jake.Apa kembalinya dia berhubungan d
Jake membiarkan Maria menangis dipelukannya. Sebenarnya Jake merasa risih karena bajunya menjadi basah. Tapi dia tidak tega untuk melepaskan pelukan Maria. Dia mengusap punggung wanita itu lembut, berharap tangisannya berhenti dan memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi."Maria," ucap Jake menengok ke bawah. Di mana kepala Maria bersemayam di perutnya.Jake akhirnya melepaskan pelukan itu, dia berjongkok di hadapan Maria, agar dia bisa melihat wajah wanita itu. Tangannya bergerak mengusap air mata yang membasahi pipi Maria."Ada apa?" tanyanya lembut."Hiks.. I..buu, Jake... I..bu meninggal," ucap Maria terbata-bata.Jake kaget mendengar itu, dia menatap Maria lagi. Tapi dia tidak melihat kebohongan di matanya."Sssttt...Sudah, jangan menangis lagi. Ayo, aku akan mengantarkanmu pulang," ucap Jake yang merasa iba pada Maria.Maria mengangguk pelan, dia berdiri dengan sempoyongan, masih tidak percaya dengan yang terjadi pada ibunya.
Jake sampai di ruang makan, sudah lewat 15 menit dari jam biasanya, tapi dia tidak melihat Maria ada di sana."Di mana Maria, Rose?" tanya Jaccob."Sepertinya nona belum keluar Tuan," ucap Rose sambil menyiapkan sarapan."Tolong panggilkan Maria," ucap Jaccob sambil membaca sebuah berita di layar handphonenya.Rose segera bergerak menuju kamar Maria. Saat dia sudah sampai di sana, dia mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Rose membuka pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci, melihat Maria yang masih memejamkan matanya dengan selimut yang menutupi tubuhnya.Rose akhirnya menutup pintu itu kembali. Lalu berjalan turun untuk menemui tuannya."Bagaimana?" tanya Jake saat melihat Rose sudah kembali."Nona masih tidur Tuan." ucap Rose.Jake hanya mengangguk, lalu melanjutkan sarapannya. Dia melirik jam tangannya dan memutuskan untuk berangkat ke kantor."Jika sudah bangun, suruh Maria untuk datang ke kantor,"
Setelah mendapat kabar dari Rose, dia segera meninggalkan ruang rapat begitu saja. Jake bahkan mengabaikan tatapan heran para karyawannya. Sedangkan Kenzo langsung mengikuti bosnya itu."Kau mau kemana? Rapat belum selesai Jake," ucap Kenzo berusaha menghentikan Jake."Maria di rumah sakit, aku harus ke sana sekarang." jawab Jake."Kau bisa ke sana setelah rapat selesai," ucap Kenzo kesal."Diamlah, kau bisa menggantikanku. Jangan manja!" seru Jake, dia menatap tajam pada Kenzo.Akhirnya Kenzo membiarkan Jake meninggalkannya. Dia hanya bisa melihat bosnya itu yang mulai menghilang di balik lift. Dia pun segera kembali, melanjutkan rapat tanpa Jake.Jake melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia merasa sangat khawatir dengan keadaan Maria. Dia berharap semoga Maria baik-baik saja.Saat sampai di parkiran, dia bertemu Marlon. Marlon menunjukan ruangan di mana Maria dirawat. Jake dengan segera mencari ruangan itu.Saat
Maria membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa sangat lemas. Dia mencoba melihat sekitarnya, menemukan Jaccob yang tertidur di sofa.Tak ingin membangunkan Jake, akhirnya Maria berusaha untuk bisa bangun. Tenggorokannya sangat kering, dia merasa haus. Dia berusaha mengambil gelas di meja yang ada di sampingnya.Tak sengaja, tiang infus yang ada di sampingnya bergerak, sehingga menyebabkan bunyi yang membuat Jake membuka matanya.Melihat apa yang dilakukan Maria, membuat dia segera mendekat ke arah wanita itu."Kau mau apa?" tanyanya."Haus," ucap Maria lemah. Bibirnya yang biasanya berwarna semerah cery tampak putih pucat.Jake mngambilkan gelas, dan membantu ranjang Maria sedikit naik. Agar Maria bisa sedikit bersender.Maria lalu meminum perlahan, dia menyerahkan gelas itu kembali pada Jake ketika air sudah tinggal setengahnya.Maria tersenyum memandang Jaccob. "Trimakasih Jake," ucapnya.Jake balas sedikit seny
"Hai cantik," ucap Ashley tersenyum pada Maria."Kau... Kenapa kau di sini? Ohh tidak, maksudku dari mana kau tahu aku di sini?" tanya Maria masih kaget dengan kedatangan Ashley."Sudah ku bilang, di manapun kau berada, aku akan tahu," ucap Ashley menyerahkan buket bunga mawar pada Maria.Ashley menoleh ke arah Rose dan tersenyum pada wanita paruh baya itu.Melihat tatapan Ashley membuat Maria ikut menoleh ke arah Rose. "Rose, dia Ashley sahabatku." ucapnya.Rose ikut tersenyum dan menjabat tangannya pada Ashley. Dia lalu berpamitan untuk membersihkan sisa makanan dari Maria.Begitu Rose keluar dari pintu, Ashley langsung duduk di samping Maria dan menggenggam tangan Maria."Kau baik-baik saja?" tanya Ashley."Ya," ucap Maria singkat."Maaf aku datang terlambat, aku juga turut berduka atas kematian ibumu." ucap Ashley.Maria yang mendengar ibunya disebut lagi membuat hatinya menjadi teriris. Apalagi menginga