Tak ingin membangunkan Jake, akhirnya Maria berusaha untuk bisa bangun. Tenggorokannya sangat kering, dia merasa haus. Dia berusaha mengambil gelas di meja yang ada di sampingnya.
Tak sengaja, tiang infus yang ada di sampingnya bergerak, sehingga menyebabkan bunyi yang membuat Jake membuka matanya.
Melihat apa yang dilakukan Maria, membuat dia segera mendekat ke arah wanita itu.
"Kau mau apa?" tanyanya.
"Haus," ucap Maria lemah. Bibirnya yang biasanya berwarna semerah cery tampak putih pucat.
Jake mngambilkan gelas, dan membantu ranjang Maria sedikit naik. Agar Maria bisa sedikit bersender.
Maria lalu meminum perlahan, dia menyerahkan gelas itu kembali pada Jake ketika air sudah tinggal setengahnya.
Maria tersenyum memandang Jaccob. "Trimakasih Jake," ucapnya.
Jake balas sedikit seny
"Hai cantik," ucap Ashley tersenyum pada Maria."Kau... Kenapa kau di sini? Ohh tidak, maksudku dari mana kau tahu aku di sini?" tanya Maria masih kaget dengan kedatangan Ashley."Sudah ku bilang, di manapun kau berada, aku akan tahu," ucap Ashley menyerahkan buket bunga mawar pada Maria.Ashley menoleh ke arah Rose dan tersenyum pada wanita paruh baya itu.Melihat tatapan Ashley membuat Maria ikut menoleh ke arah Rose. "Rose, dia Ashley sahabatku." ucapnya.Rose ikut tersenyum dan menjabat tangannya pada Ashley. Dia lalu berpamitan untuk membersihkan sisa makanan dari Maria.Begitu Rose keluar dari pintu, Ashley langsung duduk di samping Maria dan menggenggam tangan Maria."Kau baik-baik saja?" tanya Ashley."Ya," ucap Maria singkat."Maaf aku datang terlambat, aku juga turut berduka atas kematian ibumu." ucap Ashley.Maria yang mendengar ibunya disebut lagi membuat hatinya menjadi teriris. Apalagi menginga
"Jake," ucapnya masih tak percaya."Kenapa?" tanya Jake yang mendekat ke arah Maria."Kau," ucap Maria menoleh ke arah Rose sebentar. "Kata Rose kau sudah pulang, kok ada di sini?" imbuhnya."Ya, aku memutuskan untuk kembali. Ingin mencongkel mata lelaki yang baru saja bersamamu. Tapi sungguh beruntung, dia tak ada di sini sekarang," ucap Jake memandang Maria tajam.Sedangkan Maria hanya menelan ludahnya kasar mendengar ucapan Jake."Aku akan meminta dokter untuk memberikanmu izin rawat jalan. Aku tak suka meninggalkanmu sendirian di rumah sakit. Bisa-bisa lelaki itu menjengukmu setiap hari," ucap Jake lagi.Maria menghela nafas kasar. Dia melirik bosan ke arah Jake. Tentu saja dia tidak main-main dengan ucapannya. Selang beberapa menit, ada dokter dan suster yang masuk ke ruangan Maria.Dokter itu menyuruh Maria untuk berbaring, dan dia dengan segera memeriksanya. Setelah selesai, suster juga terlihat membantu melepaskan infus
Saat semua orang sudah turun dari mobil, Maria masih mematung dengan pandangan kosong. Pikirannya masih bergelayut tentang hal yang baru saja terjadi."Mary, hei Mary... Kau baik-baik saja?" tanya Jake masuk ke dalam mobil lagi ketika tak melihat Maria keluar mobil.Maria menoleh dengan cepat, matanya mengerjap beberapa kali. Dia mencoba menetralkan degup jantungnya yang sangat kencang. Lalu menoleh ke arah Jake dan mengangguk."Kemarilah," ucap Jake mengulurkan tangannya.Maria langsung menerima uluran tangan Jake, dia keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah.Di dalam rumah sudah ada beberapa orang yang berdiri menyambut mereka. Salah satu di antara mereka mendekati Maria dan Jake."Apa kalian baik-baik saja? Apa ada yang terluka." tanya Aciel."Tidak apa-apa, sebaiknya kalian berjaga di luar. Aku akan mengantarkan Maria ke kamar dulu." ucap Jake.Jake menuntun tubuh Maria yang terlihat gemeteran itu. Membawanya masuk
Kenzo dibuat pusing karena permintaan Jake yang tiba-tiba. Dari kemarin, dia sudah kesal karena semua tugas Jake diserahkan padanya. Dan kali ini, Jake meminta dia untuk menyiapkan makan malam romantis.Tapi dia sedikit senang karena Jake mendapat kebahagiaan bersama wanita pilihannya. Meskipun karena hal itu sekarang Jake sudah jarang pergi ke bar.Sekarang hanya ada dirinya dan Sean saja yang masih berkelana menjelajahi dari satu wanita ke wanita yang lainnya.~Hari ini Jake meminta Maria untuk tetap di rumah. Dia tidak diperbolehkan untuk pergi ke kampus. Karena Jake masih khawatir jika Maria masih kurang sehat.Pagi tadi Jake berpamitan untuk pergi ke kantor. Bahkan dia tak sungkan mencium kening Maria. Membuat Maria senyum-senyum sendiri ketika memikirkannya.Maria yang merasa bosan berada di kamar akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah.Di rumah ini hanya Rose, wanita yang bekerja di sini. Sisanya adalah lelaki yang bia
Malam ini Jake mengajak Maria untuk dinner. Kenzo bahkan menjadi sopir karena dia yang tahu di mana lokasi tempat mereka melakukan dinner.Maria keluar dari kamar menggunakan gaun selutut tanpa lengan berwarna salem. Dia menggulung rambutnya dan menghiasi dengan mutiara cantik berwarna senada dengan gaunnya. Semua itu berkat Rose, Maria bisa terlihat cantik malam ini.Dia turun ke lantai bawah, ternyata sudah ada Kenzo dan Jake di ruang tamu. Jake langsung melemparkan bantal ketika mata Kenzo tak lepas dari Maria. Dia menatap tajam pada sahabatnya itu.Jake langsung berdiri dan menghampiri Maria. Dia mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Maria."Apa kita akan ke pesta?" tanya Maria pada Jake. Ingatannya terakhir kali dia berdandan adalah ke pesta. Dan itu adalah pengalaman yang paling tidak menyenangkan baginya."Tidak, dan diamlah. Ini kejutan untukmu." ucap Jake.Akhirnya mereka keluar dari rumah. Kenzo membukakan pintu un
"Sudah waktunya untuk kau keluar Sera," ucap seorang lelaki yang bertelanjang dada itu. Meskipun tangan dan kakinya masih merasakan sakit, tapi itu tidak menghalanginya untuk bercinta malam ini."Aku lebih suka bersamamu Lucas, aku tidak ingin bersama lelaki dingin itu. Aku menyayangimu Lucas," ucap Sera yang menutupi tubuhnya dengan selimut. Kepalanya bersandar di dada bidang Lucas."Jika kau menolak, aku bisa saja menghancurkan impianmu saat ini. Ingatlah, orang tuamu masih berada di penjara." kata Lucas.Sera menggertakkan giginya, dia mencintai Lucas, bahkan dia tega memenjarakan orang tuanya demi Lucas. Tapi sekarang apa yang diinginkan oleh Lucas sangat bertolak belakang dengan kemauan Sera. Meskipun Sera pernah dekat dengan lelaki itu dulu.Sera Maxwell, seorang wanita pertama yang menjadi penghangat ranjang Jake. Ya, meskipun saat itu Sera sudah tidak gadis lagi, tapi Jake menyayangi Sera. Apapun kemauannya dulu selalu
Maria sedang fokus dengan lembaran-lembaran kertas di depannya ketika pintu itu terbuka.Jake masuk bersama Sera. Wanita itu masih menggelayut manja di lengan Jake. Mereka bahkan seperti tidak melihat keberadaannya.Jake duduk di kursinya dan matanya langsung bersibobok dengan mata Maria yang menatapnya dengan sendu. Tak ingin terperangkap, Jake mengalihkan pandangannya."Pulanglah Sera, aku sudah menuruti kemauanmu. Jangan ganggu aku ketika bekerja," ucap Jake yang mulai sibuk dengan pekerjaannya.Sera mendekat ke arah Jaccob, tanpa tahu malu dia duduk di pangkuan Jake dan merangkulkan tangannya di leher Jake."Baiklah, aku akan pulang sekarang. Tapi malam nanti kau harus menemaniku," ucap Sera yang langsung mencium bibir Jake.Maria yang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya. Hatinya merasa sakit dengan apa yang dilakukan Jake.Sera bergerak turun dari pangkuan Jake, sebelum dia keluar dari ruangan ini, dia menciumi la
Maria benar-benar menepati janjinya bersama Lucas. Dia meminta ijin pada Jake untuk pulang ke rumah, mengurusi urusannya bersama ayah tirinya. Tapi itu hanya akal-akalan saja dari Maria.Ketika dia sampai di cafe yang sudah dijanjikan, ternyata Lucas sudah ada di sana. Dia langsung berdiri menyambut kedatangan Maria."Apa sudah lama?" tanya Maria sungkan pada Lucas."Santai saja," ucap Lucas mempersilahkan Maria untuk duduk."Mau minum dulu atau kita langsung pergi?" tanya Lucas."Memang kita mau ke mana?" tanya Maria balik."Rahasia," ejek Lucas sambil tertawa.Maria langsung cemberut mendengar perkataan Lucas.Mereka langsung keluar dari cafe tersebut. Mobil Maria ditinggalkan di sini, Lucas mempercayakannya pada pemilik cafe yang ternyata temannya sendiri.Maria masuk ke dalam mobil setelah Lucas membukakan pintu untuknya. Setelahnya barulah Lucas masuk dan melajukan mobilnya.Sepanjang jalan Lucas selalu berny
*5 tahun kemudian. "Xavier, jangan berlari nak. Kau bisa terjatuh nanti." Illene berteriak panik melihat cucunya berlari ke sana-sini di taman. Dia sampai kewalahan mengejar Xavier. Maria yang baru saja keluar dari arah dapur itu tersenyum. Dia meletakkan nampan berisi teh hangat dan beberapa cemilan di meja. "Sudahlah Bu, nanti juga dia berhenti sendiri. Tak udah dikejar atau Ibu yang akan kelelahan nanti." ucap Maria. Illene menghela nafas lalu duduk menyusul Maria. Wanita yang rambutnya sudah beruban itu tampak ngos-ngosan. Dia mencoba menarik nafas perlahan lalu mengambil secangkir teh hangat dan meminumnya. Dia menyesapnya sebentar sebelum menatap ke arah Maria. "Ya, kau benar Maria. Astaga, dia sangat aktif sekali." keluhnya. Maria hanya terkekeh, dia melirik ke arah anak lelakinya yang sekarang berumur 4 tahun. Dia lalu mengusap perutnya, kali ini Maria hamil lagi dan usia kandungannya sudah menginjak 7 bulan
Kandungan Maria sudah memasuki minggu ke-35, artinya tinggal menghitung hari Maria akan melahirkan. Hari ini Jake memutuskan untuk libur dan menemani Maria untuk mendekorasi kamar calon anak mereka. Karena sampai saat ini mereka belum tahu jenis kelamin anak mereka, jadi mereka mengisi kamar itu dengan warna netral.Kamar yang dulu dipakai oleh Maria sekarang menjadi kamar calon anak mereka. Jaccob memutuskan merenovasi untuk memberikan pintu penghubung ke kamarnya."Kau tak boleh kelelahan Mary, biarkan aku saja yang membersihkan kamar ini. Kau duduk saja dan lihatlah!" perintah Jaccob.Tapi ucapan itu tak dihiraukan Maria. Dia bahkan dengan senang hati merapikan satu-persatu baju kecil yang terlihat lucu baginya. Dia memisahkan di antara perlengkapan lainnya."Benar yang dikatakan Jaccob, Maria, lebih baik kau istirahat saja," ucap Illene yang ada di sana membantu mereka."Kalian tak bisa melarangku. Aku juga ingin menyiapkan keperluan anakku," u
"Kau terlihat sangat cantik Sera," ucap Maria yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel.Sera yang mendengar itu langsung menoleh, menatap Maria yang juga sangat cantik dengan perutnya yang sudah membesar. Wanita itu bahkan berjalan tertatih sambil memegangi perutnya."Maria," seru Sera dengan senang. "Kau sendirian?" tanya Sera."Tidak, Jaccob ada di sini, tapi dia pergi untuk melihat Lucas." Maria mendekat ke arah Sera, menyerahkan sebuket bunga mawar putih kepada Sera. "Khusus permintaan ibu," ucapnya sambil tersenyum.Sera menerimanya, dia meletakkan bunga itu di meja. Dia tidak bisa banyak bergerak sekarang karena Sisi masih merias wajahnya.Hari ini adalah hari pernikahan Sera dan Lucas. Sudah sejak setengah tahun lalu hubungan mereka dengan Maria dan Jaccob membaik. Sera bahkan sering menginap di rumah Jaccob untuk menemani ibu hamil yang banyak maunya itu."Bagaimana, apa semua sudah siap?" Illene
Lagi-lagi rumah sakit dibuat kalang kabut ketika mendengar pemilik rumah sakit, Jaccob akan datang ke sini. Para senior dan junior dokter terlihat gugup menanti orang yang diisukan dengan sikap yang kejam itu. Mereka bahkan sudah menunggu di depan pintu masuk rumah sakit tersebut.Mobil yang ditumpangi Jake berhenti, Aciel segera membuka pintu untuk Jake dan Maria. Jake masuk ke dalam sambil menggandeng tangan Maria."Apa kabar Maria?" sapa dokter Nathan yang mendekat ke arah mereka."Aku baik Paman," balas Maria dengan senyuman."Kenapa semua orang ada di sini?" tanya Jaccob heran melihat semua orang menyambutnya.Kening dokter Nathan mengerut, dia menatap Jaccob dengan heran. "Bukannya kau datang untuk memeriksa kepentingan rumah sakit?" tanyanya."Aciel," panggil Jaccob sambil menoleh ke belakang. Sedangkan Aciel hanya meringis sambil menggaruk tengkuknya."Aku lupa tak memberitahu dokter Nathan."Jake menghela nafas kasar,
"Kenapa kau membawa wanita ini ke sini?" tanya Jake menatap tajam Lucas."Jake," lirih Illene, mencoba melerai tak ingin ada pertengkaran."Kau tak tahu Bu, mereka yang menyebabkan Maria kehilangan bayinya dulu," ucap Jake masih dengan nada yang dingin."Semua sudah berlalu Jake, bahkan kau pun sudah membalasnya pada Sera," jawab Lucas dengan tenang."Ya, tapi aku belum membunuhmu!" sengit Jake."Jake, Lucas, kemarilah!" perintah Illene dengan nada tegas.Mereka mendekat, duduk saling berhadapan. Jake masih menatap Lucas dengan tajam, sedangkan Lucas tak menhiraukannya, dia bersikap dengan tenang. Karena memang, dia ke sini hanya ingin perdamaian, tak ingin permusuhan mereka terus berlanjut. Lucas ingin memperbaiki semuanya."Kalian adalah anak-anak Ibu. Jika kalian terus bertengkar seperti itu, Ibu akan merasa sedih." Rikard sudah berdiri di belakang Illene, dia mengusap pundak Illene lembut ketika wanita itu mulai menangis.
Maria terbangun karena aroma dari masakan yang tercium di hidungnya. Dia membuka matanya perlahan, menoleh ke sampingnya tapi tak menemukan keberadaan suaminya.Akhirnya Maria bangun, dia menutupi tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia menikmati guyuran air shower yang membuat tubuhnya menjadi segar. Setelah selesai dia segera keluar.Maria memeriksa koper yang masih ada di sebelah sofa. Karena kegiatan semalam, dia sampai lupa belum membereskan barang-barang yang dibawanya.Maria mengeluarkan satu-persatu baju yang ada di sana. Tapi dia menyerngit heran, semua bajunya hanyalah sebuah gaun tipis, baju tanktop, celana pendek dan....lingerie. Apa-apaan ini? Siapa yang menyiapkan baju-baju laknat seperti ini?Maria mendesah, dia segera memakai salah satu gaun yang ada di sana. Ini terlalu pendek, pikir Maria ketika melihat tampilannya di cermin. Tapi dia mengabaikannya dan segera keluar dalam keadaan rambut setengah basah.
*HARAP BIJAK MEMILAH BACAAN!*Malam semakin larut, tapi kebahagian orang-orang yang ada di sana masih terpancar dengan jelas. Beberapa orang ada yang sudah berpamitan untuk pulang, sebagian lagi masih ada di sana.Jake menyuapi Maria makanan kecil, dari tadi dia tak beranjak meninggalkan Maria sedikitpun. Membuat teman-teman wanita Maria di agency menjadi iri melihatnya."Kau lelah?" tanya Jake."Tidak, aku hanya ingin ganti baju. Gaun ini membuatku kedinginan," ucap Maria menatap memelas pada Jake.Jake membuka jasnya dan menyampirkan di pundak Maria. "Kalau begitu kau harus segera ganti baju." ucap Jake.Maria mengangguk, dia berpamitan pada Illene, Rikard dan yang lainnya. Tapi bukannya membawa Maria masuk ke dalam Mansion, Jake malah menuntun Maria masuk ke dalam mobil."Kita akan ke mana Jake?" tanya Maria heran."Pergi ke suatu tempat," balas Jake dengan tersenyum.Maria tak bertanya lagi, dia yang le
Saat sampai di tempat, Maria segera masuk ke dalam. Di sana terlihat sepi, hanya ada para pelayan toko yang berlalu lalang. Aciel menyuruh Maria untuk berjalan duluan, dia mengikutinya dari belakang.Senyum Maria merekah ketika melihat Jake berdiri di depan sana bersama seorang lelaki yang tak dikenalnya."Jake," panggil Maria sambil melambaikan tangannya.Jake tersenyum, dia menyuruh Maria untuk mendekat. Saat Maria ada di sampingnya, dia langsung memeluk pinggul Maria."Ricky, perkenalkan calon istriku, Maria," ucap Jaccob tersenyum bangga.Ricky tersenyum, dia menjabat tangan Maria yang dibalas oleh Maria."Baiklah, akan aku tunjukan koleksi berlianku," ajak Ricky setelah perkenalan singkat itu. Dia berjalan ke tempat lebih dalam dari tokonya ini, sesampainya di sana, ada anak buahnya yang menunggunya dengan 3 buah kotak berisikan berlian berwarna-warni."Ini koleksi terbaruku, yang ini salah satu paling sulit ditemukan. Hanya ada
"Bagaimana kabar Ayah hari ini?" tanya Maria begitu dia masuk ke dalam kamar rawat ayahnya. Di tangannya terdapat sebuah parcel buah, dia meletakkannya di meja dan duduk di dekat ayahnya.Petra tersenyum, dan menatap Maria. "Ayah lebih sehat dari kemarin, trimakasih Maria." ucapnya."Tak ada trimakasih di antara kita Ayah. Kita memang harus saling membantu," ucap Maria diselingi dengan tawa. "Ayah mau jeruk? Akan aku kupas untuk Ayah."Petra hanya mengangguk, dia mengamati anak tirinya itu yang mengupas kulit jeruk. Maria sangat telaten, dia bahkan mencucinya terlebih dulu sebelum diserahkan pada ayahnya."Bantu aku duduk Maria," pinta Petra.Maria dengan segera menaikan sisi ranjang rumah sakit ini. Dia membantu ayahnya untuk duduk bersender di sana.Maria menyuapi satu-persatu jeruk itu ke mulut ayahnya. Mereka saling bercanda sampai Jake masuk ke dalam ruangan itu. Sikap Petra langsung sedikit diam, dia masih takut dengan perlakuan