Share

You Are Mine, Maria
You Are Mine, Maria
Author: Sinokmput

1. Prolog

Author: Sinokmput
last update Last Updated: 2021-04-26 14:51:18

Seorang lelaki duduk dengan tangan menopang kepala. Dia menatap jengah pada lelaki yang duduk bersimpuh di lantai di hadapannya saat ini. Suasana begitu hening, ada dua orang lainnya di ruangan ini, tetapi jika tidak diberi kesempatan berbicara oleh lelaki yang berkuasa itu, mereka tidak berani membuka mulut.

"Dengan cara apa aku membunuhmu?" sindir lelaki penguasa itu bertanya tentang kematian, seolah dialah dewa yang menentukan takdir.

"Tolong ampuni saya, Tuan, saya berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi." Petra, lelaki yang duduk bersimpuh di lantai itu tampak memelas dengan penuh permohonan. Berkali-kali dia bersujud pada lantai yang terasa dingin, membenturkan kepalanya berkali-kali dan mengabaikan rasa sakit.

Lelaki penguasa itu tersenyum sinis, menatap Petra penuh ejekan sambil menaikkan salah satu alisnya. Dia merasa seperti melihat lelucon.

Embusan napas panjang terdengar dari bibir lelaki penguasa tersebut, dengan malas dia mulai berucap, "Sekali khianat, suatu saat pasti akan berkhianat lagi."

"Saya berjanji, Tuan, saya tidak akan melakukannya lagi. Saya akan memberikan jaminan untuk Anda." Petra merangsek maju, mendongak penuh permohonan dengan kedua tangan saling menangkup. Tubuhnya bergetar dengan rasa gugup bercampur ketakutan pada sosok tirani di depannya. Keringat dingin menetes dari sela-sela rambut. Dinginnya AC bahkan tidak mampu mendinginkan dirinya.

"Cih, barang apa yang kau tawarkan sampai berani menjaminkannya padaku? Bahkan semua hartamu tidak sebanding dengan kerugian yang kudapat!" cibir lelaki penguasa itu meremehkan.

"Bukan barang, Tuan, tapi … tapi seorang wanita," balas Petra gugup sambil menggigit bibir.

"Wanita? Kau mengejekku? Aku bahkan bisa mendapatkannya detik ini juga. Jangan mempermainkanku!" hardiknya kesal dan mulai bosan pada Petra.

Lelaki penguasa itu mulai memundurkan kursi kerjanya agar bisa membuka laci di bawah meja. Dia mengambil sebuah kotak dari kayu dan ketika dibuka isinya adalah pistol. Lelaki itu mengecek isi pelurunya, sebelum mengarahkannya pada Petra dengan tatapan yang begitu tajam. Dia bertindak seolah-olah siap untuk membunuh, tanpa takut risiko yang terjadi kedepannya.

"Wanita yang masih tersegel," sahut Petra cepat dengan sekali tarikan napas. Tubuhnya menegang saat menyadari jika nyawanya sedang terancam sekarang. "Seorang gadis, Tuan … gadis!" imbuhnya lagi menekankan ucapannya agar menarik perhatian lelaki penguasa tersebut.

"Gadis? Cukup mustahil di jaman sekarang menemukan yang seperti itu," cibir lelaki penguasa itu terlihat tidak percaya, dia menatap Petra dengan dahi berkerut dalam.

"Saya tidak mungkin berbohong pada Anda, Tuan. Saya bisa menjamin memberikan wanita yang masih gadis pada Anda. Jika ucapanku adalah dusta, Anda boleh menembak mati saya." Petra mengucapkan kalimat itu dengan tergesa, memelas penuh permohonan agar jaminan yang dia tawarkan diterima. Mau bagaimanapun, jika lelaki penguasa itu menolak, dia bisa kehilangan nyawanya saat ini juga.

Cukup lama ruangan menjadi hening, lelaki penguasa itu terlihat diam dengan sesekali menggerakkan tubuhnya pada kursi kerjanya yang bisa diputar. Sebelah tangannya bersedekap, sedangkan tangannya yang lain masih memegangi pistol untuk menopang dagunya.

Embusan napas kasar terdengar dari bibirnya sebelum dia berkata malas, "Hem ... baiklah. Kau beruntung karena aku memberikanmu kesempatan kedua. Besok, kau harus bawa wanita itu datang ke rumahku. Tapi sebelum itu …."

Lelaki penguasa itu menoleh ke belakang, untuk melihat asistennya sebentar. Dia kembali menatap Petra saat melanjutkan," Aku butuh surat perjanjian, agar kau tak berani mengkhianatiku lagi."

Seolah paham dengan yang diminta, asisten lelaki penguasa yang bernama Kenzo itu segera mengambil laptop yang ada di dekatnya. Dia memutuskan duduk di sofa sambil menatap bosnya, seolah siap untuk mendengarkan kalimat yang akan diketiknya nanti.

Melihat asistennya telah siap, lelaki penguasa itu mulai berkata, "Isi dalam surat perjanjian itu, Petra siap mati jika dia berani berbohong dan menghianatiku lagi. Seluruh keluarganya juga akan terkena dampak dan akan menjadi budak pekerja untukku tanpa bayaran. Petra juga tak akan ikut campur lagi dengan wanita yang akan dijaminkan padaku nantinya."

Dia terdiam beberapa saat dengan mata terpejam. Seolah berpikir hal apalagi yang bisa dituliskan untuk menekan Petra. Namun, tiba-tiba wajahnya berkerut kesal, saat tak menemukan apa pun dalam pikirannya. Akhirnya dia kembali melanjutkan, "Sudah, itu saja dulu. Aku sedang malas berpikir."

Kenzo—sang asisten—mengangguk, menyelesaikan tulisan tersebut lalu keluar dari ruang kerja bosnya. Tidak sampai lama dia kembali lagi membawa sebuah map yang berisi surat perjanjian tadi, lalu menyerahkan barang tersebut pada bosnya.

Lelaki penguasa itu melihat berkas map di depannya dengan wajah yang datar. Tangannya segera meraih bolpoin, membubuhkan tanda tangannya dengan cepat. Setelahnya, dia sedikit membanting berkas tersebut sambil melirik Petra dengan mata yang memicing.

Petra yang mengerti kode itu langsung berdiri menghampiri meja. Tangannya terlihat bergetar saat menandatangani kertas perjanjian tersebut. Sesekali dia melirik lelaki tirani di depannya dengan takut. "Sudah, Tuan," ucapnya begitu dia telah selesai.

Lelaki penguasa itu tersenyum sinis ke arah Petra, mengambil berkas map tersebut lalu menyerahkannya pada Kenzo. Dia mulai menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja, sambil menyatukan kedua jarinya dan menatap tajam ke arah Petra.

"Pergilah … segera kirimkan hadiahmu ke rumah. Jangan sampai kau mengulangi hal ini lagi," ucapnya begitu dingin, yang membuat Petra mengangguk lalu berpamitan dan langsung keluar dari ruangannya.

Dia menghembuskan napas kasar, tatapannya tajam terasa malas saat melihat kepergian Petra. Seharusnya, kecoa seperti Petra harus langsung dibasmi saja tanpa ampun. Namun, mendengar tawaran Petra malah membuat dia goyah dan menjadi sangat penasaran.

"Kau lelah? Ingin pergi ke bar? Aku akan memesan wanita untukmu," ucap Kenzo tiba-tiba yang membuyarkan lamunan lelaki penguasa itu.

"Cih, kau selalu saja mengerti yang kupikirkan," sahut lelaki penguasa itu tersenyum sinis saat melirik Kenzo. Setelahnya dia langsung berdiri, melepaskan jasnya dan berjalan keluar dari ruangannya.

Dia benar-benar merasa lelah dan begitu jenuh saat ini. Dan hal yang paling ampuh untuk mengusir rasa tersebut adalah datang ke tempat hiburan untuk meminum alkohol dan melihat wanita penghibur menari di mejanya. Lelaki penguasa itu terkekeh pelan, saat otaknya memikirkan hal mesum yang membuat tubuhnya bergairah.

Kenzo menggeleng dan tertawa melihat itu, dia sudah sangat hafal apa yang diinginkan bosnya jika sedang bosan. Meskipun di kantor mereka adalah bos dan asisten, tetapi itu tidak berlaku di luar karena mereka adalah teman yang sudah mengenal lama.

Nama lelaki penguasa itu adalah Maxime Jaccob Ainsley, seorang CEO dari perusahaan yang cukup terkenal di negara ini. Beberapa anak cabang telah berdiri di setiap kota, membuat dia dijuluki pebisnis sukses di usianya yang menginjak matang.

Namun, bukan hanya usaha legal yang dijalaninya, usaha ilegal pun dia punya. Dia menjajaki dunia jual beli senjata api dan dunia malam yang menawarkan pelayanan bagi mereka yang suka dengan minuman dan para wanita.

Jake, begitulah panggilannya. Dia sangat suka bermain dengan wanita, setiap malam dirinya selalu bergonta-ganti wanita. Baginya, wanita semua sama saja. Hanya diberikan uang dan perhiasan, mereka akan takluk padanya.

Ayahnya, Rikard adalah seorang pengusaha yang sukses. Namun, Jake tidak menyukai ayahnya, dia menganggap ayahnya bodoh. Karena sampai Rikard sudah tua sekalipun, lelaki itu masih mengharapkan seorang wanita yang pernah mencampakkannya, dan wanita itu adalah istrinya sendiri.

Sifat Jake yang gemar bermain wanita dipicu oleh kebenciannya pada ibunya.

Dia sangat membenci ibunya yang dulu pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya, sampai sekarang pun belum ada kabar tentang ibunya itu. Membuat dia melampiaskan kebenciannya dengan bermain wanita.

Banyak wanita yang sudah dijelajahinya, tetapi tak satu pun dia pernah mendapatkan yang original. Karena itu, dia begitu tertarik saat Petra menawarkan wanita yang masih gadis tadi. Jake benar-benar tidak sabar menunggu hadiahnya datang besok.

Namun, untuk saat ini, biarlah dia bermain-main dulu dengan yang lainnya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
moan tambunan
tulang bawang
goodnovel comment avatar
Leny Rismonika
Jake bagaimana kh rupamu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • You Are Mine, Maria   2. Pertemuan Tak Sengaja

    Maria pulang telat karena restoran sedang ramai tadi. Ya, meskipun dia masih menjadi mahasiswa di sebuah universitas, tetapi dia juga bekerja part-time untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia memang anak orang yang berkecukupan, tetapi dia diperlakukan berbeda oleh ayahnya karena dia hanyalah anak tiri. Wanita itu sampai di rumah ketika hari mulai larut malam. Dia memarkirkan motor begitu saja di halaman, lalu berjalan masuk ke rumah. Dia mengira semua penghuni rumah sudah tertidur, tetapi ternyata salah. Saat membuka pintu dan masuk, dia melihat ayah dan ibunya sedang duduk di ruang tamu. Dahi Maria berkerut heran sambil melirik jam yang ada di tangannya. Dia tidak salah lihat dan ini sudah hampir setengah dua belas malam. Namun, kenapa orang tuanya belum tidur? pikir Maria penasaran. "Maria, kemarilah sebentar!" perintah ayah tiri Maria, melambaikan tangan dengan wajah yang begitu datar. Lelaki paruh baya itu menatap anak tirinya dengan wajah yang menahan kesal. Mau tak mau Mar

    Last Updated : 2021-04-26
  • You Are Mine, Maria   3. Ganti Rugi

    Maria berjalan tergesa memasuki kelasnya, dia bahkan tak menghiraukan makian orang yang ditabraknya. Tujuannya saat ini adalah kelasnya. Dia harus cepat-cepat masuk sebelum Miss Claire berada di tempat.Tapi langkahnya menjadi pelan tatkala dia melihat Miss Claire sudah di kelasnya. Dia menjadi ragu ingin masuk atau tidak, tapi akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu.Tok tok tok..Seisi kelas menoleh kearahnya termasuk dosennya itu. Maria hanya bisa tersenyum meringis, sahabatnya yang duduk paling pojok tertawa karena melihat kelakuan Maria. Gadis yang biasanya bar-bar takut pada sosok dosen killer yang selalu menurunkan nilai jika terjadi sesuatu kesalahan di matanya.Miss Claire, seorang wanita paruh baya dengan badan sedikit gempal. Rambut di atas bahu dan memakai kacamata itu menoleh ke arah pintu. Melihat salah satu mahasiswanya yang telat datang hampir setengah jam."Tidak sekalian membolos?" ucap Miss Claire ketus.

    Last Updated : 2021-04-26
  • You Are Mine, Maria   4. Kau...!!!

    Setelah kepergian wanita itu Jaccob kembali mengerjakan beberapa dokumen yang harus dilihatnya. Dia terlihat fokus dengan lembaran-lembaran kertas di depannya itu.Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan dia mengira itu adalah staf karyawan, membuatnya menjadi kesal."Tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dulu," ucap Jake tanpa mengalihkan pandangannya."Haruskah aku keluar kembali dan izin untuk memasuki ruanganmu," ucap seorang lelaki yang tak kalah tampan dari Jaccob. Tingginya hampir setara dengan Jake, mempunyai dada bidang dan tangan yang terlihat berotot. Rambutnya yang sedikit panjang dikuncir sebagian.Jake mengalihkan pandangannya ketika mengenali suara ini, dia menatap Sean, salah satu sahabatnya selain Kenzo. Mereka dulu berkuliah di universitas yang sama, mengambil satu jurusan membuat mereka bertiga menjadi dekat dan memutuskan untuk berteman.Tapi Sean termasuk anak orang kaya. Dia sekarang mengambil alih perusahaan ayahnya dan m

    Last Updated : 2021-04-26
  • You Are Mine, Maria   5. Kali Ini Apalagi?

    Jaccob juga kaget melihat wanita yang saat ini berdiri di samping Petra. Dia mengulum senyum, ternyata keberuntungan jatuh kepadanya. Dia memang tertarik pada Maria saat di kantor tadi, tak disangka dia adalah hadiah yang dimaksud oleh Petra."Selamat malam Tuan," ucap Petra sedikit menunduk ketika Jaccob duduk di sofa tunggal di depannya.Jaccob hanya menganggukan kepalanya. Dia masih melihat ke arah depan, bukan ke Petra, melainkan Maria.Maria menyipitkan mata tatkala melihat tatapan Jaccob yang baginya sangat mesum itu. Tapi dia akan diam, menilai situasi terlebih dahulu."Jadi ini hadiah yang kau maksud? Menarik juga," ucap Jaccob tersenyum sinis."Ya Tuan, dia akan menjadi milik anda." ucap Petra.Maria segera menoleh ke arah ayahnya. Apa maksud perkataannya itu."Mulai sekarang, kau akan menjadi wanita milik Tuan Jaccob," ucap Petra yang melihat tatapan bertanya dari Maria itu."Apa maksudmu, kau hanya bilang aku akan bekerja di

    Last Updated : 2021-04-26
  • You Are Mine, Maria   6. Pemandangan Yang Menjijikan

    Maria terbangun dari tidurnya ketika pintu kamarnya diketuk dari luar. Dia bangun perlahan, kapalanya masih terasa sakit. Meskipun dia minum sedikit tadi malam, tapi benturan saat Jake mendorongnya menambah rasa sakit di kepalanya.Dia membuka pintu yang terkunci itu, melihat Rose, pelayan rumah ini ada di depannya."Nona, segeralah turun. Tuan Jake sudah menunggu anda untuk sarapan." ucap Rose."Baiklah, aku akan bersiap-siap dahulu." ucap Maria.Dia menutup pintu lalu bergerak ke arah kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia masih ingat bagaimana semalam Jake menciumnya dan itu membuat dirinya risih.Tak ingin membuat sang bos barunya itu marah, Maria segera menyelesaikan mandinya, berjalan ke ruang ganti dan memakai pakaiannya sendiri, sebuah blouse putih panjang dengan tali di perut, dan sebuah celana jeans longgar. Dia tak selera memakai sebuah gaun. Bagaimana dia akan naik montornya nanti jika dia pakai rok?.Maria hanya memoles lipba

    Last Updated : 2021-04-26
  • You Are Mine, Maria   7. Mulai Bekerja

    Wanita yang berada di pangkuan Jake itu panik, dia segera berdiri dan terlihat merapikan pakaiannya. Melihat wanita yang menatapnya tajam, wanita itu berpikir mungkin dia salah satu wanita bosnya itu. Dia tidak ingin mencari masalah, dia hanyalah karyawan kecil di perusahaan ini, akhirnya dia pamit dan berjalan keluar dengan tergesa-gesa.Jake terlihat santai, dia menyenderkan tubuhnya dan melihat ke arah Maria yang bersedekap tangan masih memandangnya. Jake mengangkat sebelah alisnya tanpa mengatakan apapun.Maria berjalan mendekat dan langsung duduk di kursi yang ada di depan meja Jake, dia ikut menyenderkan badannya dan bersedekap."Kau menyuruhku kesini cepat-cepat hanya untuk melihatmu bercumbu?" tanya Maria ketus."Jika kau ingin dicumbu bilang saja, tidak usah berlagak cemburu seperti itu," kata Jake masih menatap Maria.Maria menganga mendengar ucapan bosnya itu, bagaimana bisa dia berpikir begitu."Cih, sudahlah. Itu tak penting, sekarang

    Last Updated : 2021-04-26
  • You Are Mine, Maria   8. Ke Salon

    Sudah satu minggu Maria tinggal di rumah Jake, setiap pagi dia selalu berkuliah, dan dilanjut dengan menjadi sekretaris Jake di kantor. Maria mulai terbiasa dengan kegiatannya itu. Dan sudah satu minggu setiap mereka bertemu hanya mengobrol secukupnya saja. Sampai saat ini pun Maria masih acuh kepada Jake, dia lebih diam dari biasanya yang suka membantah.Pagi ini mereka sedang sarapan seperti biasa, Jake sudah sibuk dengan handphonenya dan Maria sibuk memakan roti sarapannya. Setelah selesai Maria hendak berdiri pergi dari ruang makan, tapi tertahan karena omongan Jake."Aku sudah cukup sabar menghadapimu selama ini. Kau kira dengan diamnya aku, kau bisa seenaknya saja?" ucap Jake tanpa mengalihkan pandangannya.Maria kembali duduk, diam lagi tanpa menjawab. Hal itu membuat Jake bertambah kesal."Mulai malam nanti, kau harus siap melayaniku. Aku tidak menerima penolakan," ucap Jake, dia menggebrak meja dan meninggalkan Maria.Maria, meskipun di luar di

    Last Updated : 2021-04-26
  • You Are Mine, Maria   9. Cemburu?

    Maria sangat cantik malam ini, riasan di wajahnya yang natural membuat Maria yang memang cantik terlihat tambah cantik. Gaun hitam panjang belahan sampai lutut, dengan bagian belakang yang terbuka. Rambutnya digelung ke atas, menampakkan punggung Maria yang begitu putih dan halus.Jake terpana dengan penampilan Maria, dia terdiam beberapa saat tanpa mengalihkan pandangannya dari Maria."Ehem," suara Sisi merusak lamunan Jake."Bagaimana? Cantik kan? Karyaku tak pernah mengecewakan." ucap Sisi.Jake sekali lagi melihat dengan detail, menatap Maria dari atas sampai bawah, bahkan menyuruh Maria untuk berputar. Matanya terhenti ketika melihat punggung Maria yang terekspose itu, dia mengerutkan dahi dan menatap ke arah Sisi."Gerai saja rambutnya, aku tidak ingin wanitaku menjadi tontonan orang lain," ucap Jake bersedekap.Sisi mengerutkan dahinya, apa dia tidak salah dengar? Biasanya Jake yang paling membuat heboh soal wanita. Tapi apa kali ini, Sisi

    Last Updated : 2021-04-26

Latest chapter

  • You Are Mine, Maria   90. Bonus Part

    *5 tahun kemudian. "Xavier, jangan berlari nak. Kau bisa terjatuh nanti." Illene berteriak panik melihat cucunya berlari ke sana-sini di taman. Dia sampai kewalahan mengejar Xavier. Maria yang baru saja keluar dari arah dapur itu tersenyum. Dia meletakkan nampan berisi teh hangat dan beberapa cemilan di meja. "Sudahlah Bu, nanti juga dia berhenti sendiri. Tak udah dikejar atau Ibu yang akan kelelahan nanti." ucap Maria. Illene menghela nafas lalu duduk menyusul Maria. Wanita yang rambutnya sudah beruban itu tampak ngos-ngosan. Dia mencoba menarik nafas perlahan lalu mengambil secangkir teh hangat dan meminumnya. Dia menyesapnya sebentar sebelum menatap ke arah Maria. "Ya, kau benar Maria. Astaga, dia sangat aktif sekali." keluhnya. Maria hanya terkekeh, dia melirik ke arah anak lelakinya yang sekarang berumur 4 tahun. Dia lalu mengusap perutnya, kali ini Maria hamil lagi dan usia kandungannya sudah menginjak 7 bulan

  • You Are Mine, Maria   89. Baby Xavier (End)

    Kandungan Maria sudah memasuki minggu ke-35, artinya tinggal menghitung hari Maria akan melahirkan. Hari ini Jake memutuskan untuk libur dan menemani Maria untuk mendekorasi kamar calon anak mereka. Karena sampai saat ini mereka belum tahu jenis kelamin anak mereka, jadi mereka mengisi kamar itu dengan warna netral.Kamar yang dulu dipakai oleh Maria sekarang menjadi kamar calon anak mereka. Jaccob memutuskan merenovasi untuk memberikan pintu penghubung ke kamarnya."Kau tak boleh kelelahan Mary, biarkan aku saja yang membersihkan kamar ini. Kau duduk saja dan lihatlah!" perintah Jaccob.Tapi ucapan itu tak dihiraukan Maria. Dia bahkan dengan senang hati merapikan satu-persatu baju kecil yang terlihat lucu baginya. Dia memisahkan di antara perlengkapan lainnya."Benar yang dikatakan Jaccob, Maria, lebih baik kau istirahat saja," ucap Illene yang ada di sana membantu mereka."Kalian tak bisa melarangku. Aku juga ingin menyiapkan keperluan anakku," u

  • You Are Mine, Maria   88. Pernikahan Sera dan Lucas

    "Kau terlihat sangat cantik Sera," ucap Maria yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel.Sera yang mendengar itu langsung menoleh, menatap Maria yang juga sangat cantik dengan perutnya yang sudah membesar. Wanita itu bahkan berjalan tertatih sambil memegangi perutnya."Maria," seru Sera dengan senang. "Kau sendirian?" tanya Sera."Tidak, Jaccob ada di sini, tapi dia pergi untuk melihat Lucas." Maria mendekat ke arah Sera, menyerahkan sebuket bunga mawar putih kepada Sera. "Khusus permintaan ibu," ucapnya sambil tersenyum.Sera menerimanya, dia meletakkan bunga itu di meja. Dia tidak bisa banyak bergerak sekarang karena Sisi masih merias wajahnya.Hari ini adalah hari pernikahan Sera dan Lucas. Sudah sejak setengah tahun lalu hubungan mereka dengan Maria dan Jaccob membaik. Sera bahkan sering menginap di rumah Jaccob untuk menemani ibu hamil yang banyak maunya itu."Bagaimana, apa semua sudah siap?" Illene

  • You Are Mine, Maria   87. Memeriksakan Kehamilan

    Lagi-lagi rumah sakit dibuat kalang kabut ketika mendengar pemilik rumah sakit, Jaccob akan datang ke sini. Para senior dan junior dokter terlihat gugup menanti orang yang diisukan dengan sikap yang kejam itu. Mereka bahkan sudah menunggu di depan pintu masuk rumah sakit tersebut.Mobil yang ditumpangi Jake berhenti, Aciel segera membuka pintu untuk Jake dan Maria. Jake masuk ke dalam sambil menggandeng tangan Maria."Apa kabar Maria?" sapa dokter Nathan yang mendekat ke arah mereka."Aku baik Paman," balas Maria dengan senyuman."Kenapa semua orang ada di sini?" tanya Jaccob heran melihat semua orang menyambutnya.Kening dokter Nathan mengerut, dia menatap Jaccob dengan heran. "Bukannya kau datang untuk memeriksa kepentingan rumah sakit?" tanyanya."Aciel," panggil Jaccob sambil menoleh ke belakang. Sedangkan Aciel hanya meringis sambil menggaruk tengkuknya."Aku lupa tak memberitahu dokter Nathan."Jake menghela nafas kasar,

  • You Are Mine, Maria   86. Drama Pagi Hari

    "Kenapa kau membawa wanita ini ke sini?" tanya Jake menatap tajam Lucas."Jake," lirih Illene, mencoba melerai tak ingin ada pertengkaran."Kau tak tahu Bu, mereka yang menyebabkan Maria kehilangan bayinya dulu," ucap Jake masih dengan nada yang dingin."Semua sudah berlalu Jake, bahkan kau pun sudah membalasnya pada Sera," jawab Lucas dengan tenang."Ya, tapi aku belum membunuhmu!" sengit Jake."Jake, Lucas, kemarilah!" perintah Illene dengan nada tegas.Mereka mendekat, duduk saling berhadapan. Jake masih menatap Lucas dengan tajam, sedangkan Lucas tak menhiraukannya, dia bersikap dengan tenang. Karena memang, dia ke sini hanya ingin perdamaian, tak ingin permusuhan mereka terus berlanjut. Lucas ingin memperbaiki semuanya."Kalian adalah anak-anak Ibu. Jika kalian terus bertengkar seperti itu, Ibu akan merasa sedih." Rikard sudah berdiri di belakang Illene, dia mengusap pundak Illene lembut ketika wanita itu mulai menangis.

  • You Are Mine, Maria   85. Datang ke Rumah

    Maria terbangun karena aroma dari masakan yang tercium di hidungnya. Dia membuka matanya perlahan, menoleh ke sampingnya tapi tak menemukan keberadaan suaminya.Akhirnya Maria bangun, dia menutupi tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia menikmati guyuran air shower yang membuat tubuhnya menjadi segar. Setelah selesai dia segera keluar.Maria memeriksa koper yang masih ada di sebelah sofa. Karena kegiatan semalam, dia sampai lupa belum membereskan barang-barang yang dibawanya.Maria mengeluarkan satu-persatu baju yang ada di sana. Tapi dia menyerngit heran, semua bajunya hanyalah sebuah gaun tipis, baju tanktop, celana pendek dan....lingerie. Apa-apaan ini? Siapa yang menyiapkan baju-baju laknat seperti ini?Maria mendesah, dia segera memakai salah satu gaun yang ada di sana. Ini terlalu pendek, pikir Maria ketika melihat tampilannya di cermin. Tapi dia mengabaikannya dan segera keluar dalam keadaan rambut setengah basah.

  • You Are Mine, Maria   84. First Night (WARNING!!!)

    *HARAP BIJAK MEMILAH BACAAN!*Malam semakin larut, tapi kebahagian orang-orang yang ada di sana masih terpancar dengan jelas. Beberapa orang ada yang sudah berpamitan untuk pulang, sebagian lagi masih ada di sana.Jake menyuapi Maria makanan kecil, dari tadi dia tak beranjak meninggalkan Maria sedikitpun. Membuat teman-teman wanita Maria di agency menjadi iri melihatnya."Kau lelah?" tanya Jake."Tidak, aku hanya ingin ganti baju. Gaun ini membuatku kedinginan," ucap Maria menatap memelas pada Jake.Jake membuka jasnya dan menyampirkan di pundak Maria. "Kalau begitu kau harus segera ganti baju." ucap Jake.Maria mengangguk, dia berpamitan pada Illene, Rikard dan yang lainnya. Tapi bukannya membawa Maria masuk ke dalam Mansion, Jake malah menuntun Maria masuk ke dalam mobil."Kita akan ke mana Jake?" tanya Maria heran."Pergi ke suatu tempat," balas Jake dengan tersenyum.Maria tak bertanya lagi, dia yang le

  • You Are Mine, Maria   83. A Wedding

    Saat sampai di tempat, Maria segera masuk ke dalam. Di sana terlihat sepi, hanya ada para pelayan toko yang berlalu lalang. Aciel menyuruh Maria untuk berjalan duluan, dia mengikutinya dari belakang.Senyum Maria merekah ketika melihat Jake berdiri di depan sana bersama seorang lelaki yang tak dikenalnya."Jake," panggil Maria sambil melambaikan tangannya.Jake tersenyum, dia menyuruh Maria untuk mendekat. Saat Maria ada di sampingnya, dia langsung memeluk pinggul Maria."Ricky, perkenalkan calon istriku, Maria," ucap Jaccob tersenyum bangga.Ricky tersenyum, dia menjabat tangan Maria yang dibalas oleh Maria."Baiklah, akan aku tunjukan koleksi berlianku," ajak Ricky setelah perkenalan singkat itu. Dia berjalan ke tempat lebih dalam dari tokonya ini, sesampainya di sana, ada anak buahnya yang menunggunya dengan 3 buah kotak berisikan berlian berwarna-warni."Ini koleksi terbaruku, yang ini salah satu paling sulit ditemukan. Hanya ada

  • You Are Mine, Maria   82. Rencana yang Gagal

    "Bagaimana kabar Ayah hari ini?" tanya Maria begitu dia masuk ke dalam kamar rawat ayahnya. Di tangannya terdapat sebuah parcel buah, dia meletakkannya di meja dan duduk di dekat ayahnya.Petra tersenyum, dan menatap Maria. "Ayah lebih sehat dari kemarin, trimakasih Maria." ucapnya."Tak ada trimakasih di antara kita Ayah. Kita memang harus saling membantu," ucap Maria diselingi dengan tawa. "Ayah mau jeruk? Akan aku kupas untuk Ayah."Petra hanya mengangguk, dia mengamati anak tirinya itu yang mengupas kulit jeruk. Maria sangat telaten, dia bahkan mencucinya terlebih dulu sebelum diserahkan pada ayahnya."Bantu aku duduk Maria," pinta Petra.Maria dengan segera menaikan sisi ranjang rumah sakit ini. Dia membantu ayahnya untuk duduk bersender di sana.Maria menyuapi satu-persatu jeruk itu ke mulut ayahnya. Mereka saling bercanda sampai Jake masuk ke dalam ruangan itu. Sikap Petra langsung sedikit diam, dia masih takut dengan perlakuan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status