Clarence tersenyum cerah. "Kalau begitu... bisakah anda mengabulkan keinginan saya, Yang Mulia?""... apa?"Ini adalah kesempatan, yang mungkin adalah terakhir kalinya. Dia tidak bisa melewatkannya begitu saja. Meskipun Clarence paham kalau apa yang terjadi semalam adalah 'hukuman', tapi dia tetap memasang muka tembok. Bertanya, seolah-olah Leopold mengambil sesuatu darinya secara paksa, dan meminta kompensasi dari suaminya itu.Lagipula, Clarence yang asli adalah gadis bangsawan bar-bar yang tidak tahu aturan. Jadi tidak tahu malu sedikit seharusnya tidak apa-apa. Toh, dia yakin tidak akan ada yang menyadarinya."Jika tidak bisa bercerai, maka... bagaimana dengan pernikahan kontrak?"Saat itu, matahari mulai bangkit. Sinarnya menelusup dari sela-sela tirai yang terbuka, dan membasuh dada telanjang Leopold. Wajah dinginnya nampak sedikit toleran karena itu. Dia... terlihat lebih mudah didekati dari biasanya, jadi Clarence berani mengajukan permintaan itu.Walau sialnya, dengan sinar
Mengejutkan!Gadis bangsawan yang dilewati Clarence seketika menahan napas, dan mematung, seolah-olah sangat ketakutan. Sementara yang laki-laki, memandanginya tanpa berkedip, sempurna takjub dengan kecantikan yang dia miliki.Tapi dia tidak berhenti atau menoleh sama sekali. Pandangannya tetap lurus pada punggung pria itu. Suasana yang Clarence buat menciptakan berbagai spekulasi di kerumunan. Perbincangan dengan nada rendah pun mulai terdengar, yang perlahan-lahan, semakin panas."Entah kalian sadar atau tidak, tapi semenjak pernikahan, gadis bar-bar itu tidak membuat ulah sama sekali. Aku jadi curiga..." Seorang gadis dengan gaun bunga yang memiliki belahan panjang hingga setengah paha pada bagian bawahnya berbisik."Benar, aku tidak tahu kau juga memikirkannya. Kupikir hanya aku saja." Yang lain tertawa. "Haha, apakah Nona Lien dan Kansas berpikir gadis gila itu berubah? Tidak mungkin. Aku yakin dia hanya bersandiwara saat ini.""Kenapa kau memikirkan hal itu, Nona Adama? Aku pik
Senyuman aneh Leopold adalah yang Clarence temui ketika jarak mereka hanya tiga meter.Langkah Clarence seketika berhenti. Tubuhnya mengalami tremor kecil. Apa ini? Kenapa Leopold tiba-tiba tersenyum padanya?Dan, bukannya menimbulkan kesan meneduhkan, pria itu malah membuat Clarence berpikir bahwa mendengarkan omelan mertua yang cerewet lebih baik daripada melihat senyuman mengerikan ini."Yang Mulia, saya mendengar anda memanggil saya." Kata Clarence dengan perilaku khas bangsawan.Untungnya, tidak ada yang aneh dalam suaranya. Hanya sedikit getaran, yang Clarence yakin, tidak dapat disadari orang-orang."Datang."Meski takut, Clarence tetap mematuhi perintahnya. Dia mengambil beberapa langkah mendekat dan memangkas jarak, hanya untuk tertegun setelahnya."Ini..."Tangan Leopold tiba-tiba menelusup, dan memegang pinggang Clarence dengan posesif. Dia berujar dingin, "Ya. Paman yang kau rindukan akhirnya datang mengunjungimu, istriku."Tidak ada kehangatan dalam suara maupun gerak-geri
Clarence mondar-mandir di kamar tidurnya sesaat setelah dia selesai berkutat di dapur.Sesekali, tatapannya akan tertuju pada makanan ringan di atas meja, beralih ke pintu, atau pada perjanjian kontrak yang baru dia buat tengah malam tadi.Putra Mahkota mengatakan kalau dia harus mengirimnya saja melalui pelayan, namun Clarence sama sekali tidak bisa percaya pada mereka. Di buku novel, meski ketakutan pada tingkah buruk Clarence, sampai akhir mereka masih berusaha mencela dan menjatuhkannya. Saat kematian Clarence asli lah, mereka menjadi paling bahagia.Apalagi, saat ini, pelayan belum merasa takut padanya, dan masih berani bersikap arogan. Pada Pamannya, Grand Duke August Rivas yang konon katanya memiliki kekuatan setara dengan Kerajaan Thaas Rachem pun, mereka sama sekali tidak takut. Jika begitu, bagaimana dengan dia?"Kecuali, jika aku berhasil mendapatkan kepercayaan Putra Mahkota, dan berteman dengannya." Clarence melanjutkan pemikirannya dengan gumaman penuh tekad.Setelah se
Itu adalah bayangan hitam yang tiba-tiba melesat entah darimana. Dan di tengah-tengah keterkejutan Clarence, dia tiba-tiba berlutut. Aura dingin dan serius menguar darinya, meski hanya samar-samar.Sesuatu yang mau tidak mau mengingatkan Clarence pada Leopold, entah kenapa."Hormat pada Tuan Putri. Saya adalah penjaga bayangan yang ditugaskan Putra Mahkota untuk menjaga Putri, dan memastikan Putri Mahkota aman di sepanjang perjalanan."Ada fluktuasi di mata Clarence. Dia memandang rumit pada penjaga bayangan itu, berpikir dalam. Clarence sama sekali tidak menyangka kalau Leopold akan sebaik ini padanya. Izin dari Leopold untuk dia menunjukkan kontrak pernikahan yang dibuat Clarence seharusnya sudah menjadi batas toleransi pria itu. Saat ini, jika Clarence tidak salah ingat, adalah permulaan cerita. Konflik utama belum terlihat, hanya meninggalkan sedikit taburan kecil sebagai persiapan. Jadi Leopold seharusnya masih membencinya sepenuh hati hingga tidak bisa menahan untuk menunjukkan
Clarence adalah seorang wanita, dan dia tidak memiliki senjata di tangannya. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa melawan?Dia merengut sembari berusaha menghindar dari tebasan pedang salah satu bandit. Pinggangnya bergerak dengan lincah, dan tidak nampak goyah ketika pada detik berikutnya, dia menendang tubuh bagian bawah orang yang berniat menyentuhnya.Orang-orang ini gila. Mereka masih sempat-sempatnya berpikiran kotor di tengah pertarungan. Padahal, saat ini, Clarence sudah ngos-ngosan. Di kehidupan sebelumnya, Clarence memang mempelajari beberapa jenis bela diri agar bisa menghentikan takdir buruk. Tapi pada akhirnya dia gagal, dan tetap mati. Jadi, di kehidupan ini, Clarence menjadi malas, dan menunda-nunda berlatih hingga sekarang.Yang pada akhirnya juga sama-sama menyesal, karena baru beberapa waktu berlalu, kulitnya sudah tergores ujung pedang hingga mengeluarkan darah, dan pinggangnya terasa pegal. Gerakan Clarence juga tidak selincah sebelumnya, membuat dia tak bisa menahan
Weids't Reine adalah kota yang buruk, amat jauh dibandingkan dengan ibukota yang megah. Jika di Querencia banyak pusat hiburan dan kebudayaan, disini hanya ada beberapa bar besar, dan tempat sauna untuk membeli pelacur.Di Thaas Rachem, kota Weids't Reine adalah yang paling terburuk. Tak hanya tertinggal oleh kecemerlangan kota lain, kota ini juga amat sombong, dan tidak menerima aturan dari pemerintah. Mereka hanya menginginkan banyak uang, untuk terus menjalankan tempat perdagangan budak dan sauna pelacurnya.Beberapa menteri dan pegawai pemerintahan yang nakal sering mengambil selir dari tempat pelacuran ini, atau hanya sekedar singgah untuk menikmati jamuan erotis dari beberapa pelacur di dalamnya.Yang paling dicari adalah seseorang dengan tubuh cantik, halus, dan tanpa bekas luka, serta masih perawan. Mereka bahkan rela membayar sepuluh koin perak untuk itu.Di Thaas Rachem, satu koin perunggu bisa menghidupi rakyat jelata selama seminggu, tapi itu tidak berguna bagi orang berku
"A-apa?"Clarence tidak tahu apa yang Leopold maksud. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya bisa menadapati satu kemungkinan, dan dengan takut-takut bertanya, "Apakah ini adalah..."Cengkeraman Leopold mengendur setelah melihat sorot kebingungan wanita itu. Dia bertanya, "Kau benar-benar tidak tahu?"Mata adalah anggota tubuh yang tidak dapat berbohong. Meski banyak bangsawan disini bisa memanipulasi sorot itu, Leopold adalah orang yang telah berkecimpung di dalam dunia intrik sejak dia lahir, jadi dia sangat bisa membedakan kepalsuan dan kejujuran, tidak peduli seberapa tebal topeng orang tersebut.Dan melihat Clarence benar-benar tampak tidak mengerti apa yang ia maksud, Leopold akhirnya berhenti mengintimidasinya."Putra Mahkota ini bertanya, apa yang kau lakukan disini jika bukan mengikutiku?" tanya Leopold dengan nada dingin.Clarence terdiam sejenak, dan akhirnya mengingat tujuan awalnya. "Aku ingin mengantarkan makanan ringan untukmu, dan juga surat kontrak pernikahan kita. Tap
"A-apa?"Clarence tidak tahu apa yang Leopold maksud. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya bisa menadapati satu kemungkinan, dan dengan takut-takut bertanya, "Apakah ini adalah..."Cengkeraman Leopold mengendur setelah melihat sorot kebingungan wanita itu. Dia bertanya, "Kau benar-benar tidak tahu?"Mata adalah anggota tubuh yang tidak dapat berbohong. Meski banyak bangsawan disini bisa memanipulasi sorot itu, Leopold adalah orang yang telah berkecimpung di dalam dunia intrik sejak dia lahir, jadi dia sangat bisa membedakan kepalsuan dan kejujuran, tidak peduli seberapa tebal topeng orang tersebut.Dan melihat Clarence benar-benar tampak tidak mengerti apa yang ia maksud, Leopold akhirnya berhenti mengintimidasinya."Putra Mahkota ini bertanya, apa yang kau lakukan disini jika bukan mengikutiku?" tanya Leopold dengan nada dingin.Clarence terdiam sejenak, dan akhirnya mengingat tujuan awalnya. "Aku ingin mengantarkan makanan ringan untukmu, dan juga surat kontrak pernikahan kita. Tap
Weids't Reine adalah kota yang buruk, amat jauh dibandingkan dengan ibukota yang megah. Jika di Querencia banyak pusat hiburan dan kebudayaan, disini hanya ada beberapa bar besar, dan tempat sauna untuk membeli pelacur.Di Thaas Rachem, kota Weids't Reine adalah yang paling terburuk. Tak hanya tertinggal oleh kecemerlangan kota lain, kota ini juga amat sombong, dan tidak menerima aturan dari pemerintah. Mereka hanya menginginkan banyak uang, untuk terus menjalankan tempat perdagangan budak dan sauna pelacurnya.Beberapa menteri dan pegawai pemerintahan yang nakal sering mengambil selir dari tempat pelacuran ini, atau hanya sekedar singgah untuk menikmati jamuan erotis dari beberapa pelacur di dalamnya.Yang paling dicari adalah seseorang dengan tubuh cantik, halus, dan tanpa bekas luka, serta masih perawan. Mereka bahkan rela membayar sepuluh koin perak untuk itu.Di Thaas Rachem, satu koin perunggu bisa menghidupi rakyat jelata selama seminggu, tapi itu tidak berguna bagi orang berku
Clarence adalah seorang wanita, dan dia tidak memiliki senjata di tangannya. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa melawan?Dia merengut sembari berusaha menghindar dari tebasan pedang salah satu bandit. Pinggangnya bergerak dengan lincah, dan tidak nampak goyah ketika pada detik berikutnya, dia menendang tubuh bagian bawah orang yang berniat menyentuhnya.Orang-orang ini gila. Mereka masih sempat-sempatnya berpikiran kotor di tengah pertarungan. Padahal, saat ini, Clarence sudah ngos-ngosan. Di kehidupan sebelumnya, Clarence memang mempelajari beberapa jenis bela diri agar bisa menghentikan takdir buruk. Tapi pada akhirnya dia gagal, dan tetap mati. Jadi, di kehidupan ini, Clarence menjadi malas, dan menunda-nunda berlatih hingga sekarang.Yang pada akhirnya juga sama-sama menyesal, karena baru beberapa waktu berlalu, kulitnya sudah tergores ujung pedang hingga mengeluarkan darah, dan pinggangnya terasa pegal. Gerakan Clarence juga tidak selincah sebelumnya, membuat dia tak bisa menahan
Itu adalah bayangan hitam yang tiba-tiba melesat entah darimana. Dan di tengah-tengah keterkejutan Clarence, dia tiba-tiba berlutut. Aura dingin dan serius menguar darinya, meski hanya samar-samar.Sesuatu yang mau tidak mau mengingatkan Clarence pada Leopold, entah kenapa."Hormat pada Tuan Putri. Saya adalah penjaga bayangan yang ditugaskan Putra Mahkota untuk menjaga Putri, dan memastikan Putri Mahkota aman di sepanjang perjalanan."Ada fluktuasi di mata Clarence. Dia memandang rumit pada penjaga bayangan itu, berpikir dalam. Clarence sama sekali tidak menyangka kalau Leopold akan sebaik ini padanya. Izin dari Leopold untuk dia menunjukkan kontrak pernikahan yang dibuat Clarence seharusnya sudah menjadi batas toleransi pria itu. Saat ini, jika Clarence tidak salah ingat, adalah permulaan cerita. Konflik utama belum terlihat, hanya meninggalkan sedikit taburan kecil sebagai persiapan. Jadi Leopold seharusnya masih membencinya sepenuh hati hingga tidak bisa menahan untuk menunjukkan
Clarence mondar-mandir di kamar tidurnya sesaat setelah dia selesai berkutat di dapur.Sesekali, tatapannya akan tertuju pada makanan ringan di atas meja, beralih ke pintu, atau pada perjanjian kontrak yang baru dia buat tengah malam tadi.Putra Mahkota mengatakan kalau dia harus mengirimnya saja melalui pelayan, namun Clarence sama sekali tidak bisa percaya pada mereka. Di buku novel, meski ketakutan pada tingkah buruk Clarence, sampai akhir mereka masih berusaha mencela dan menjatuhkannya. Saat kematian Clarence asli lah, mereka menjadi paling bahagia.Apalagi, saat ini, pelayan belum merasa takut padanya, dan masih berani bersikap arogan. Pada Pamannya, Grand Duke August Rivas yang konon katanya memiliki kekuatan setara dengan Kerajaan Thaas Rachem pun, mereka sama sekali tidak takut. Jika begitu, bagaimana dengan dia?"Kecuali, jika aku berhasil mendapatkan kepercayaan Putra Mahkota, dan berteman dengannya." Clarence melanjutkan pemikirannya dengan gumaman penuh tekad.Setelah se
Senyuman aneh Leopold adalah yang Clarence temui ketika jarak mereka hanya tiga meter.Langkah Clarence seketika berhenti. Tubuhnya mengalami tremor kecil. Apa ini? Kenapa Leopold tiba-tiba tersenyum padanya?Dan, bukannya menimbulkan kesan meneduhkan, pria itu malah membuat Clarence berpikir bahwa mendengarkan omelan mertua yang cerewet lebih baik daripada melihat senyuman mengerikan ini."Yang Mulia, saya mendengar anda memanggil saya." Kata Clarence dengan perilaku khas bangsawan.Untungnya, tidak ada yang aneh dalam suaranya. Hanya sedikit getaran, yang Clarence yakin, tidak dapat disadari orang-orang."Datang."Meski takut, Clarence tetap mematuhi perintahnya. Dia mengambil beberapa langkah mendekat dan memangkas jarak, hanya untuk tertegun setelahnya."Ini..."Tangan Leopold tiba-tiba menelusup, dan memegang pinggang Clarence dengan posesif. Dia berujar dingin, "Ya. Paman yang kau rindukan akhirnya datang mengunjungimu, istriku."Tidak ada kehangatan dalam suara maupun gerak-geri
Mengejutkan!Gadis bangsawan yang dilewati Clarence seketika menahan napas, dan mematung, seolah-olah sangat ketakutan. Sementara yang laki-laki, memandanginya tanpa berkedip, sempurna takjub dengan kecantikan yang dia miliki.Tapi dia tidak berhenti atau menoleh sama sekali. Pandangannya tetap lurus pada punggung pria itu. Suasana yang Clarence buat menciptakan berbagai spekulasi di kerumunan. Perbincangan dengan nada rendah pun mulai terdengar, yang perlahan-lahan, semakin panas."Entah kalian sadar atau tidak, tapi semenjak pernikahan, gadis bar-bar itu tidak membuat ulah sama sekali. Aku jadi curiga..." Seorang gadis dengan gaun bunga yang memiliki belahan panjang hingga setengah paha pada bagian bawahnya berbisik."Benar, aku tidak tahu kau juga memikirkannya. Kupikir hanya aku saja." Yang lain tertawa. "Haha, apakah Nona Lien dan Kansas berpikir gadis gila itu berubah? Tidak mungkin. Aku yakin dia hanya bersandiwara saat ini.""Kenapa kau memikirkan hal itu, Nona Adama? Aku pik
Clarence tersenyum cerah. "Kalau begitu... bisakah anda mengabulkan keinginan saya, Yang Mulia?""... apa?"Ini adalah kesempatan, yang mungkin adalah terakhir kalinya. Dia tidak bisa melewatkannya begitu saja. Meskipun Clarence paham kalau apa yang terjadi semalam adalah 'hukuman', tapi dia tetap memasang muka tembok. Bertanya, seolah-olah Leopold mengambil sesuatu darinya secara paksa, dan meminta kompensasi dari suaminya itu.Lagipula, Clarence yang asli adalah gadis bangsawan bar-bar yang tidak tahu aturan. Jadi tidak tahu malu sedikit seharusnya tidak apa-apa. Toh, dia yakin tidak akan ada yang menyadarinya."Jika tidak bisa bercerai, maka... bagaimana dengan pernikahan kontrak?"Saat itu, matahari mulai bangkit. Sinarnya menelusup dari sela-sela tirai yang terbuka, dan membasuh dada telanjang Leopold. Wajah dinginnya nampak sedikit toleran karena itu. Dia... terlihat lebih mudah didekati dari biasanya, jadi Clarence berani mengajukan permintaan itu.Walau sialnya, dengan sinar
Clarence menjadi sangat penurut hari ini. Itu lah yang menyebabkan Leopold merasa aneh. Ada perasaan gusar yang menyeruak di dalam hatinya, menyebabkannya bertanya-tanya. Bagaimana mungkin, seorang pemberontak seperti ini menjadi patuh tanpa sebab. Pernikahan ini memang hanya sebuah aliansi tanpa nama. Kerajaan ingin 'menggenggam' kekuatan Duke August, memastikan bahwa tidak akan ada pemberontakan di kemudian hari. Raja meminta, dan dia menyetujui tanpa syarat. Tentu saja, setelah sebelumnya menyelidiki tentang calon istrinya itu, dan mengetahui segalanya tentang dia. Tapi Leopold tidak menyangka, bahwa hanya dengan sedikit tekanan saja, Clarence bisa tunduk seperti ini. Matanya melihat wanita yang terengah-engah di bawahnya dengan sorot dingin. Pada awalnya, Leopold berpikir bahwa istrinya ini sedang merencanakan sesuatu yang bisa menodai nama baiknya. Namun... "Wanita yang diceraikan dengan tidak hormat oleh Pangeran setelah menjalani malam penyatuan, hanya akan berakhir dengan