Share

Yang Kucintai adalah Duri
Yang Kucintai adalah Duri
Author: Daya

Bab 1

Author: Daya
Dari awal hingga akhir, semuanya berlangsung tepat dua puluh menit, tidak lebih, tidak kurang.

Sepertinya ini sudah terjadi ratusan kali, hingga waktu pun bisa dikendalikan dengan begitu tepat.

Saat Alina sedang mengenakan pakaiannya, Gavin mengulurkan tangannya yang panjang, menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

Dengan wajah malu-malu, Alina melingkarkan tangannya di leher pria itu sambil berujar, "Pak Gavin, apa kamu merindukanku lagi?"

Gavin mengambil pakaian dalam berenda di sampingnya dengan ekspresi acuh tak acuh, lalu melemparkannya ke wajah Alina.

"Kamu lupa barangmu," ujar Gavin.

"Cepatlah, Melisa akan segera kembali," lanjut Gavin.

Senyum di wajah Alina seketika membeku, lalu dia mendengus dengan enggan.

"Ya, ya, mana mungkin aku bisa dibandingkan dengan Nona Melisa?" kata Alina.

"Hanya saja, kasihan sekali anak di dalam perutku ini. Belum lahir pun dia sudah ditakdirkan untuk lebih rendah dari orang lain .…"

Begitu kata "anak" terucap dari mulut Alina, senyum simpul muncul di wajah Gavin.

"Anak? Apa kamu hamil?" tanya pria itu.

Gavin mencium wajah Alina berulang kali, memeluknya erat, lalu berputar-putar dengan penuh kegembiraan.

Namun, kemudian dia seakan teringat sesuatu, buru-buru membantu Alina duduk, lalu dengan hati-hati menyentuh perutnya.

Alina yang melihat betapa gugupnya pria itu, tampak tersenyum sambil bersandar di dadanya.

"Sudah dua tahun. Bahkan pohon besi yang berusia seribu tahun pun seharusnya sudah berbunga," ujar Alina.

Dua tahun, ya ….

Kecelakaan mobil yang membuat penglihatanku terganggu juga terjadi dua tahun yang lalu.

Setelah kejadian itu, saat aku membuka mata lagi, semuanya sudah menjadi kabur.

Aku hanya bisa melihat bayangan samar-samar.

Gavin memeluk Alina dengan senyuman di matanya. Pandangannya tak pernah lepas dari perut Alina.

Gavin berkata, "Bagaimanapun juga, Melisa adalah istriku. Meski dia buta, aku nggak bisa bersikap keterlaluan."

"Tapi kamu .… Kamu juga adalah kekasihku. Bagaimana mungkin kamu lebih rendah dari orang lain?"

Ketika mendengar hal itu, Alina merajuk, meninju dada Gavin dengan lembut.

"Kamu hanya pandai membujukku dengan kata-kata manis. Kekasih atau bukan, aku nggak peduli," balas Alina.

"Katamu aku nggak lebih rendah dari orang lain, tapi anakku tetap saja hanya seorang anak haram yang nggak bisa terlihat di depan umum!"

Gavin terdiam sejenak karena ucapannya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya membuka mulut dengan ragu-ragu.

"Nggak akan. Anakku sudah pasti akan menjadi orang yang terhormat."

"Saat dia lahir nanti, aku akan meminta Melisa untuk mengadopsinya."

"Dengan begitu, kita sekeluarga bisa hidup bahagia bersama. Dia juga bisa mewarisi bisnis keluarga sebagai anakku yang sah."

Setelah mendengar janji itu, akhirnya ada senyuman di wajah Alina.

Ketika mendengar semuanya, aku hanya merasakan hawa dingin yang menjalar hingga ke tulang, membuat kedua kakiku gemetaran tak terkendali.

Pria yang paling aku percaya, ternyata diam-diam merencanakan semuanya agar aku harus hidup dengan aib sebesar ini.

"Bagus sekali, Gavin. Kamu memang luar biasa," batinku.

Begitu suara pintu tertutup terdengar, aku akhirnya menggigit bibir, berjalan keluar dari dalam lemari.

Saat Gavin mengantar Alina pergi dan kembali ke ruang tamu, dia langsung melihatku duduk di sana.

Ekspresi panik melintas di wajahnya. Dia berujar dengan suara tergagap, "Melisa, sejak … sejak kapan kamu kembali?"

"Aku nggak pergi ke mana-mana hari ini," balasku.

Ketika mendengar itu, hati Gavin langsung berdetak kencang.

"Kalau begitu … apa kamu mendengar sesuatu?"

Sambil bertanya, Gavin bahkan melambaikan tangannya di depan mataku.

Aku berpura-pura tidak tahu, tetap tenang, lalu menggelengkan kepala.

"Nggak. Ada apa memangnya?" tanyaku.

Melihat mataku yang tidak berbeda dari sebelumnya, ketegangan di wajah Gavin akhirnya mengendur.

Pria itu duduk di sampingku, menggenggam tanganku, lalu berkata dengan penuh kasih sayang.

"Nggak apa-apa. Barusan ada pekerja yang datang memperbaiki sesuatu. Aku takut mengganggumu."

"Melisa, aku benar-benar mencintaimu."

Setelah itu, Gavin bertindak seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Dia merebuskan obat untukku, menyuapiku makan, serta memastikan setiap suapan sudah tidak panas sebelum dimasukkan ke mulutku.

Ketika melihat betapa perhatiannya pria ini, sesaat aku merasa ragu.

Mungkin semua yang terjadi hari ini hanyalah mimpi. Mungkin ini tidak nyata.

Namun, pada detik berikutnya, kata-kata Gavin menarikku kembali ke kenyataan.

"Melisa, bagaimana kalau kita mengadopsi seorang anak?"

Wajahku perlahan memucat, membuat Gavin buru-buru mengganti topik.

"Kalau kamu nggak suka, kita lupakan saja untuk sekarang."

"Maaf, aku sudah terlalu gegabah. Jangan marah, ya .…"

Maksud melupakan topik ini hanyalah penundaan sementara. Namun, anak di perut Alina tidak bisa menunggu.

Masalah adopsi ini sudah dipastikan akan terjadi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 2

    Keesokan harinya, saat langit baru saja mulai terang, Gavin sudah pergi.Aku tidak terlalu peduli, hanya mulai mempersiapkan keberangkatanku ke luar negeri."Melisa, kapan kamu akan datang?"Suara kakakku menenangkan kegelisahan di hatiku."Seminggu lagi," jawabku dengan nada tenang, tetapi penuh keteguhan.Setelah berbasa-basi beberapa saat, aku pun menutup telepon.Namun, saat aku berbalik, tiba-tiba aku melihat Gavin sudah berdiri di ambang pintu entah sejak kapan.Jantungku berdetak kencang, tetapi aku berpura-pura tidak melihatnya, langsung duduk dengan tenang.Suara berat Gavin terdengar, "Melisa?"Aku mengulurkan tangan, seolah-olah sedang meraba-raba sambil berkata, "Gavin? Kamu sudah pulang?"Pria itu hanya menjawab dengan gumaman singkat. Dia mengambil ponselku untuk melihat daftar kontaknya.Begitu melihat nama yang ada di layar, keningnya tampak makin berkerut."Apa kamu menghubungi kakakmu?" tanya Gavin.Dulu saat kakakku meninggalkan Kota Janitra untuk pergi ke Negara Mal

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 3

    Aku masih ingat, terakhir kali Gavin menunjukkan ekspresi panik seperti itu adalah pada hari pernikahan kami.Saat itu, cintanya begitu menggebu-gebu, penuh gairah yang membara. Janji yang dia ucapkan terdengar begitu lantang serta penuh keyakinan.Bahkan ketika aku mengalami kecelakaan dan kehilangan penglihatanku, dia tetap berada di sisiku, merawatku dengan penuh perhatian.Aku pikir, kami akan selalu saling mencintai.Namun, mimpi indah pada akhirnya akan hancur.Beberapa saat kemudian, Gavin tampak ragu-ragu sebelum akhirnya berbicara."Melisa, bagaimana kalau tahun ini kita merayakan hari ulang pernikahan kita?"Baiklah, aku akan menggunakan pesta ini untuk mengakhiri pernikahan ini.Melihatku mengangguk, senyuman tulus akhirnya muncul di wajah Gavin.Beberapa hari berikutnya berlalu dengan tenang, seolah-olah semuanya kembali seperti sedia kala.Gavin sibuk keluar pagi dan pulang larut untuk mempersiapkan perayaan ulang tahun pernikahan kami.Dia memesan aula pesta di lantai ter

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 4

    Suara itu tiba-tiba terhenti. Kemudian, pintu kamar dibuka dengan kasar.Aku terkejut hingga napasku tercekat. Kemudian, aku memejamkan mata dengan cepat, mendengar langkah kaki mendekat, lalu menjauh lagi.Saat pintu tertutup kembali, suara Gavin terdengar sedikit lebih pelan."Aku memasang kamera pengawas di rumah hanya untuk mengawasi setiap gerak-geriknya, memastikan dia nggak tiba-tiba sembuh, lalu mengganggu anak yang dikandung Alina!""Sekarang kamu memberitahuku kalau dia akan sembuh?""Aku nggak peduli cara apa yang kamu gunakan, tapi Melisa harus tetap buta!"Gavin menarik kerah dokter itu dengan kasar. Setiap kata yang keluar dari mulutnya membuat hatiku makin membeku.Aku selalu berpikir bahwa semua ini terjadi karena nasibku yang buruk.Aku bahkan percaya bahwa Gavin sudah berusaha keras mencarikan pengobatan untukku. Setiap kali mendengar ada dokter terkenal, dia akan langsung memesan tiket untuk berangkat ke sana.Aku selalu merasa bersalah, berpikir bahwa aku telah meny

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 5

    Ada keheningan di ujung telepon. Satu menit kemudian, barulah terdengar suara tawa dari seberang sana."Melisa, jangan main-main. Lelucon seperti ini sama sekali nggak lucu," kata Gavin."Semua yang aku katakan adalah kebenaran," balasku.Nada tegas dalam suaraku membuat Gavin langsung kehilangan kendali."Melisa Galant!"Meskipun sedang marah, Gavin tetap menekan suaranya saat berbicara denganku.Gavin berkata, "Kamu hanya seorang buta. Kalau bukan denganku, mau ke mana lagi kamu?""Selain aku, nggak ada yang akan mengasihanimu dan merawatmu! Bahkan keluargamu sendiri pun nggak akan!""Kalau sekarang kamu mau mengakui kesalahanmu, aku masih bisa memaafkanmu. Kalau nggak, kamu hanyalah seorang yatim piatu yang nggak diinginkan siapa pun!"Dulu, begitulah cara pria ini mencuci otakku. Dia membuatku percaya bahwa aku adalah beban terbesar.Dia membuatku menyerah dan menerima permintaannya, agar aku tidak menyusahkan kakak-kakakku.Setiap kali Gavin berkata seperti ini, aku akan selalu me

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 6

    Setelah menyelesaikan semuanya, aku pindah ke rumah kakakku.Saat melihat mataku yang sudah bisa melihat kembali, kakakku menangis terharu, berkali-kali mengucap syukur atas anugerah ini.Tiba-tiba, sesuatu terlintas di benaknya. Kakakku mengernyitkan kening, lalu menegurku."Kalau saja kamu dari dulu setuju pergi ke luar negeri, mungkin matamu sudah sembuh sejak lama. Semua karena bajingan itu, kamu sampai terlambat mendapatkan pengobatan."Aku tersenyum, lalu menenangkan hatinya, "Sekarang pun belum terlambat."Namun, dalam hati aku tahu bahwa apa yang dikatakan kakakku benar.Aku masih ingat saat pertama kali bertemu Gavin. Saat itu, matanya bersih dan jernih, tanpa sedikit pun noda kebohongan.Pria itu menghormatiku, mencintaiku, serta selalu mengutamakan diriku dalam segala hal.Meskipun aku tiba-tiba ingin makan kue dari tempat yang berjarak ribuan kilometer, dia akan langsung memesan tiket tanpa ragu.Pada saat itu, aku benar-benar percaya bahwa aku telah menemukan cinta sejati.

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 7

    Aku akan mengenali suara ini meski aku berubah menjadi abu.Aku menatapnya dengan waspada sambil bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?"Gavin berdiri di sana dengan janggut tipis di wajahnya, rambut berantakan, serta pakaian penuh lipatan. Jelas sekali dia telah menempuh perjalanan panjang.Dalam ingatanku, Gavin selalu tampil rapi dan sempurna. Ini pertama kalinya aku melihatnya begitu berantakan.Matanya memerah, air mata menggantung di pelupuknya ketika dia berujar, "Melisa, aku nggak ingin bercerai.""Maaf, aku tahu aku salah. Bisakah kamu memaafkanku?"Pria itu mengulurkan tangan, hendak menggenggam tanganku, tetapi aku dengan sigap menghindar.Ketika melihat ekspresi kecewanya yang makin dalam, aku hanya bisa mencibir."Gavin, apa kamu nggak lelah berpura-pura setiap hari seperti ini?"Tanpa sadar, Gavin ingin membela diri. Namun, aku sudah tidak tertarik untuk mendengarkan kata-katanya."Melisa …."Aku langsung memotongnya, "Kalau begitu, kita selesaikan di pengadilan. Pengacaraku

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 8

    Sejak hari itu, Gavin seakan menghilang dari dunia ini, tidak pernah datang lagi untuk mencariku.Aku juga sudah menghapusnya dari pikiranku, sepenuhnya tenggelam dalam kesibukan kerja yang membuatku melupakan segalanya.Namun, masalah surat cerai masih belum juga diselesaikan. Selama Gavin belum menandatangani dokumen itu, hubungan kami tetap belum sepenuhnya terputus.Ketika mengingat hal ini, aku kembali menelepon pengacaraku, memintanya untuk mendesak Gavin.Namun, yang aku dapatkan bukanlah surat cerai, melainkan kedatangan Alina."Dasar wanita jalang! Aku akan mencabik-cabikmu!""Gara-gara kamu, Gavin menolak mengakui anak yang aku kandung! Kamu harus mengembalikan suamiku! Kembalikan Ayah dari anakku!"Emosinya meledak-ledak. Perut buncitnya yang sedang hamil tampak naik turun dengan hebat."Aku dan Gavin sudah dalam proses perceraian. Urusannya nggak ada hubungannya denganku," balasku.Selesai berkata demikian, aku hendak menutup pintu.Namun, Alina dengan cepat menahan kusen p

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 9

    Setelah kejadian hari itu, aku takut mereka akan muncul lagi. Jadi, aku pindah dari rumah kakakku.Hari-hariku kembali seperti biasa. Aku bahkan mendaftar di banyak kelas minat, membuat hariku lebih sibuk serta menyenangkan.Namun, saat aku sedang bersiap menyambut hidup baru, sebuah paket tiba-tiba datang.Di dalamnya ada boneka bayi yang berlumuran darah palsu.Selain itu, ada pula fotoku dengan bagian wajah yang disayat menggunakan pisau kecil.Di bagian belakang foto itu, tertulis kata-kata dengan tinta merah, "Nggak akan mati dengan baik!"Jantungku berdebar kencang karena ketakutan. Aku segera menghubungi pihak keamanan gedung untuk memeriksa rekaman kamera pengawas. Namun, mereka memberitahuku bahwa tiga hari lalu, sistem kamera pengawas sudah lebih dulu dirusak oleh seseorang.Pada saat itu juga, aku sadar bahwa ini bukan kebetulan. Seseorang memang sengaja melakukannya.Aku belum sempat menyelesaikan masalah ini, tetapi tiba-tiba aku mendapat tugas baru dari perusahaan. Ini ad

Latest chapter

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 9

    Setelah kejadian hari itu, aku takut mereka akan muncul lagi. Jadi, aku pindah dari rumah kakakku.Hari-hariku kembali seperti biasa. Aku bahkan mendaftar di banyak kelas minat, membuat hariku lebih sibuk serta menyenangkan.Namun, saat aku sedang bersiap menyambut hidup baru, sebuah paket tiba-tiba datang.Di dalamnya ada boneka bayi yang berlumuran darah palsu.Selain itu, ada pula fotoku dengan bagian wajah yang disayat menggunakan pisau kecil.Di bagian belakang foto itu, tertulis kata-kata dengan tinta merah, "Nggak akan mati dengan baik!"Jantungku berdebar kencang karena ketakutan. Aku segera menghubungi pihak keamanan gedung untuk memeriksa rekaman kamera pengawas. Namun, mereka memberitahuku bahwa tiga hari lalu, sistem kamera pengawas sudah lebih dulu dirusak oleh seseorang.Pada saat itu juga, aku sadar bahwa ini bukan kebetulan. Seseorang memang sengaja melakukannya.Aku belum sempat menyelesaikan masalah ini, tetapi tiba-tiba aku mendapat tugas baru dari perusahaan. Ini ad

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 8

    Sejak hari itu, Gavin seakan menghilang dari dunia ini, tidak pernah datang lagi untuk mencariku.Aku juga sudah menghapusnya dari pikiranku, sepenuhnya tenggelam dalam kesibukan kerja yang membuatku melupakan segalanya.Namun, masalah surat cerai masih belum juga diselesaikan. Selama Gavin belum menandatangani dokumen itu, hubungan kami tetap belum sepenuhnya terputus.Ketika mengingat hal ini, aku kembali menelepon pengacaraku, memintanya untuk mendesak Gavin.Namun, yang aku dapatkan bukanlah surat cerai, melainkan kedatangan Alina."Dasar wanita jalang! Aku akan mencabik-cabikmu!""Gara-gara kamu, Gavin menolak mengakui anak yang aku kandung! Kamu harus mengembalikan suamiku! Kembalikan Ayah dari anakku!"Emosinya meledak-ledak. Perut buncitnya yang sedang hamil tampak naik turun dengan hebat."Aku dan Gavin sudah dalam proses perceraian. Urusannya nggak ada hubungannya denganku," balasku.Selesai berkata demikian, aku hendak menutup pintu.Namun, Alina dengan cepat menahan kusen p

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 7

    Aku akan mengenali suara ini meski aku berubah menjadi abu.Aku menatapnya dengan waspada sambil bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?"Gavin berdiri di sana dengan janggut tipis di wajahnya, rambut berantakan, serta pakaian penuh lipatan. Jelas sekali dia telah menempuh perjalanan panjang.Dalam ingatanku, Gavin selalu tampil rapi dan sempurna. Ini pertama kalinya aku melihatnya begitu berantakan.Matanya memerah, air mata menggantung di pelupuknya ketika dia berujar, "Melisa, aku nggak ingin bercerai.""Maaf, aku tahu aku salah. Bisakah kamu memaafkanku?"Pria itu mengulurkan tangan, hendak menggenggam tanganku, tetapi aku dengan sigap menghindar.Ketika melihat ekspresi kecewanya yang makin dalam, aku hanya bisa mencibir."Gavin, apa kamu nggak lelah berpura-pura setiap hari seperti ini?"Tanpa sadar, Gavin ingin membela diri. Namun, aku sudah tidak tertarik untuk mendengarkan kata-katanya."Melisa …."Aku langsung memotongnya, "Kalau begitu, kita selesaikan di pengadilan. Pengacaraku

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 6

    Setelah menyelesaikan semuanya, aku pindah ke rumah kakakku.Saat melihat mataku yang sudah bisa melihat kembali, kakakku menangis terharu, berkali-kali mengucap syukur atas anugerah ini.Tiba-tiba, sesuatu terlintas di benaknya. Kakakku mengernyitkan kening, lalu menegurku."Kalau saja kamu dari dulu setuju pergi ke luar negeri, mungkin matamu sudah sembuh sejak lama. Semua karena bajingan itu, kamu sampai terlambat mendapatkan pengobatan."Aku tersenyum, lalu menenangkan hatinya, "Sekarang pun belum terlambat."Namun, dalam hati aku tahu bahwa apa yang dikatakan kakakku benar.Aku masih ingat saat pertama kali bertemu Gavin. Saat itu, matanya bersih dan jernih, tanpa sedikit pun noda kebohongan.Pria itu menghormatiku, mencintaiku, serta selalu mengutamakan diriku dalam segala hal.Meskipun aku tiba-tiba ingin makan kue dari tempat yang berjarak ribuan kilometer, dia akan langsung memesan tiket tanpa ragu.Pada saat itu, aku benar-benar percaya bahwa aku telah menemukan cinta sejati.

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 5

    Ada keheningan di ujung telepon. Satu menit kemudian, barulah terdengar suara tawa dari seberang sana."Melisa, jangan main-main. Lelucon seperti ini sama sekali nggak lucu," kata Gavin."Semua yang aku katakan adalah kebenaran," balasku.Nada tegas dalam suaraku membuat Gavin langsung kehilangan kendali."Melisa Galant!"Meskipun sedang marah, Gavin tetap menekan suaranya saat berbicara denganku.Gavin berkata, "Kamu hanya seorang buta. Kalau bukan denganku, mau ke mana lagi kamu?""Selain aku, nggak ada yang akan mengasihanimu dan merawatmu! Bahkan keluargamu sendiri pun nggak akan!""Kalau sekarang kamu mau mengakui kesalahanmu, aku masih bisa memaafkanmu. Kalau nggak, kamu hanyalah seorang yatim piatu yang nggak diinginkan siapa pun!"Dulu, begitulah cara pria ini mencuci otakku. Dia membuatku percaya bahwa aku adalah beban terbesar.Dia membuatku menyerah dan menerima permintaannya, agar aku tidak menyusahkan kakak-kakakku.Setiap kali Gavin berkata seperti ini, aku akan selalu me

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 4

    Suara itu tiba-tiba terhenti. Kemudian, pintu kamar dibuka dengan kasar.Aku terkejut hingga napasku tercekat. Kemudian, aku memejamkan mata dengan cepat, mendengar langkah kaki mendekat, lalu menjauh lagi.Saat pintu tertutup kembali, suara Gavin terdengar sedikit lebih pelan."Aku memasang kamera pengawas di rumah hanya untuk mengawasi setiap gerak-geriknya, memastikan dia nggak tiba-tiba sembuh, lalu mengganggu anak yang dikandung Alina!""Sekarang kamu memberitahuku kalau dia akan sembuh?""Aku nggak peduli cara apa yang kamu gunakan, tapi Melisa harus tetap buta!"Gavin menarik kerah dokter itu dengan kasar. Setiap kata yang keluar dari mulutnya membuat hatiku makin membeku.Aku selalu berpikir bahwa semua ini terjadi karena nasibku yang buruk.Aku bahkan percaya bahwa Gavin sudah berusaha keras mencarikan pengobatan untukku. Setiap kali mendengar ada dokter terkenal, dia akan langsung memesan tiket untuk berangkat ke sana.Aku selalu merasa bersalah, berpikir bahwa aku telah meny

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 3

    Aku masih ingat, terakhir kali Gavin menunjukkan ekspresi panik seperti itu adalah pada hari pernikahan kami.Saat itu, cintanya begitu menggebu-gebu, penuh gairah yang membara. Janji yang dia ucapkan terdengar begitu lantang serta penuh keyakinan.Bahkan ketika aku mengalami kecelakaan dan kehilangan penglihatanku, dia tetap berada di sisiku, merawatku dengan penuh perhatian.Aku pikir, kami akan selalu saling mencintai.Namun, mimpi indah pada akhirnya akan hancur.Beberapa saat kemudian, Gavin tampak ragu-ragu sebelum akhirnya berbicara."Melisa, bagaimana kalau tahun ini kita merayakan hari ulang pernikahan kita?"Baiklah, aku akan menggunakan pesta ini untuk mengakhiri pernikahan ini.Melihatku mengangguk, senyuman tulus akhirnya muncul di wajah Gavin.Beberapa hari berikutnya berlalu dengan tenang, seolah-olah semuanya kembali seperti sedia kala.Gavin sibuk keluar pagi dan pulang larut untuk mempersiapkan perayaan ulang tahun pernikahan kami.Dia memesan aula pesta di lantai ter

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 2

    Keesokan harinya, saat langit baru saja mulai terang, Gavin sudah pergi.Aku tidak terlalu peduli, hanya mulai mempersiapkan keberangkatanku ke luar negeri."Melisa, kapan kamu akan datang?"Suara kakakku menenangkan kegelisahan di hatiku."Seminggu lagi," jawabku dengan nada tenang, tetapi penuh keteguhan.Setelah berbasa-basi beberapa saat, aku pun menutup telepon.Namun, saat aku berbalik, tiba-tiba aku melihat Gavin sudah berdiri di ambang pintu entah sejak kapan.Jantungku berdetak kencang, tetapi aku berpura-pura tidak melihatnya, langsung duduk dengan tenang.Suara berat Gavin terdengar, "Melisa?"Aku mengulurkan tangan, seolah-olah sedang meraba-raba sambil berkata, "Gavin? Kamu sudah pulang?"Pria itu hanya menjawab dengan gumaman singkat. Dia mengambil ponselku untuk melihat daftar kontaknya.Begitu melihat nama yang ada di layar, keningnya tampak makin berkerut."Apa kamu menghubungi kakakmu?" tanya Gavin.Dulu saat kakakku meninggalkan Kota Janitra untuk pergi ke Negara Mal

  • Yang Kucintai adalah Duri   Bab 1

    Dari awal hingga akhir, semuanya berlangsung tepat dua puluh menit, tidak lebih, tidak kurang.Sepertinya ini sudah terjadi ratusan kali, hingga waktu pun bisa dikendalikan dengan begitu tepat.Saat Alina sedang mengenakan pakaiannya, Gavin mengulurkan tangannya yang panjang, menarik wanita itu ke dalam pelukannya.Dengan wajah malu-malu, Alina melingkarkan tangannya di leher pria itu sambil berujar, "Pak Gavin, apa kamu merindukanku lagi?"Gavin mengambil pakaian dalam berenda di sampingnya dengan ekspresi acuh tak acuh, lalu melemparkannya ke wajah Alina."Kamu lupa barangmu," ujar Gavin."Cepatlah, Melisa akan segera kembali," lanjut Gavin.Senyum di wajah Alina seketika membeku, lalu dia mendengus dengan enggan."Ya, ya, mana mungkin aku bisa dibandingkan dengan Nona Melisa?" kata Alina."Hanya saja, kasihan sekali anak di dalam perutku ini. Belum lahir pun dia sudah ditakdirkan untuk lebih rendah dari orang lain .…"Begitu kata "anak" terucap dari mulut Alina, senyum simpul muncu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status