Aluna sangat senang, karena akhirnya rindu yang selama ini ia simpan rapih di hatinya dapat terbayarkan dengan melihat sosok laki-laki pujaannya di depan mata. Jantungnya pun berdegub kencang, rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam perut Aluna, wajahnya semakin memerah tatkala manik mata coklat tua milik Xavier menatapnya, sungguh euphoria yang tidak biasa ia rasakan dan kebahagiaan yang tidak dapat ia gambarkan.
Melihat Aluna dan Xavier yang masih saling tatap, Dira pun mulai merasa bahwa keberadaannya dilupakan. “ekhem, mon maap nih yee mas, mbak ada orang lain loh di sini.” Dira yang merasa diacuhkan pun bersuara.
“Oiya lupa ada orang ketiga hehehe, dan biasanya sih kalo ada cewe sama cowo lagi berduaan, yang ke tiga itu setan, Dir.”
“Jadi maksud lo, gue setan gitu, Lun? Ngajak berantem nih anak ya lama-lama.”
“Hahahahaha” Aluna tertawa mendengar perkataan sahabatnya, sedangkan Xavier semakin tersenyum lebar melihat senyum dan tawa Aluna lagi secara langsung, sungguh senyum dan suara tawa yang begitu ia rindukan selama pergi berlayar.
“Kalian belom pada pesen minum?” Xavier bertanya kepada dua wanita di hadapannya karena ia tak melihat satu gelas pesanan pun di meja mereka.
“Belum, tadi aku mau pesen tapi si Dira nya nggak mau.”
“Kan, gue lagi aja yang kesalahan.”
“Lah kan bener Dir, tadi pas gue tawarin lo, kata lo kan nanti aja.”
“Ya lo kalo mau pesen, pesen aja. Ngapain nungguin gue coba.”
“Yaa kan maksud gue biar barengan gitu Dir.”
Melihat dua gadis dihadapannya tengah beradu mulut, Xavier menggelengkan kepalanya sambil tertawa ringan. Kebiasaan Aluna belum berubah juga ternyata, gadis itu memang selalu suka memesan sesuatu berbarengan dengan sahabatnya, biar sekali jalan katanya.
“Udah…udah…Lo mau pesen apa Dir? Biar gue pesenin nanti.” Xavier menengahi Aluna dan Dira.
“Yaa .. karena gue nggak terlalu suka kopi, gue pesen Greentea Frappucino aja yang size Grande.”
“Oke. Ocean, temenin aku pesen ya, biar sekalian kamu pesen punya kamu sendiri.” Ajak Xavier kepada Aluna untuk menemaninya ke meja barista, laki-laki itu berkata begitu lembut. Hal yang selalu Aluna sukai dari Xavier.
“Dir, gue tinggal dulu ya.”
“Hmm”
Aluna dan Xavier berjalan berdampingan menuju meja barista, Aluna merasa seperti kurcaci yang berjalan bersisian dengan raksasa karena perbedaan tubuh mereka yang cukup kentara. Xavier memang lebih tinggi dari pada Aluna, tubuh laki-laki itu pun kekar dan berdada bidang ditambah kaos yang ia kenakan semakin memperlihatkan tubuh kekarnya dan otot-otot bisep di kedua lengannya, bisa dibilang body goals untuk ukuran laki-laki. Wajah Xavier pun terbilang tampan dengan kulit putih dan manik mata coklat tua yang semakin membuat para wanita menjerit dan terkesima melihat ketampanan Xavier. Sedangkan Aluna, gadis itu lebih pendek dari pada Xavier, bertubuh sedikit berisi dan bermata coklat. Banyak wanita yang melirik ke arah Xavier ketika mereka berdua melewati meja-meja pengunjung, tak bisa dipungkiri bahwa memang pesona Xavier itu begitu memikat bagi para kaum Hawa. Aluna merasa sedikit cemburu akan hal itu.
“Silahkan kak, mau pesan apa?” Aldi, nama salah satu barista yang bertanya kepada Xavier dan Aluna begitu mereka berdua tiba di meja barista.
“Ice Caramel Macchiato satu, Ice Greentea Frappucino satu. Kamu mau pesen apa, Ocean?” Xavier menoleh ke gadis disampingnya, Aluna tampak tengah memerhatikan menu coffee yang terpampang di sudut atas belakang barista tersebut, menimbang-nimbang hendak memesan apa.
“Aku pesen Ice Americano aja deh satu.”
“Baik kak, mau pesan yang size apa?”
“Size grande aja semua.” Jawab Xavier
“Baik saya ulangi ya kak pesanannya, Ice Caramel Macchiato satu, Ice Greentea Frappucino satu sama Ice Americano nya satu. Untuk yang Caramel Macchiato dan Americano nya mau extra espresso shot kak?”
“Kamu mau extra espresso?” Xavier menoleh dan bertanya lembut kepada gadis disampingnya.
“Hmm… boleh deh.”
“Baik, Ice Americano extra espresso satu ya kak. Untuk makanannya mau pesan apa kak?”
“Scarlet velvet cake.” Aluna menjawab antusias, pasalnya gadis itu memang suka sekali dengan Red Velvet Cake, dan setiap kali ia berkunjung ke coffee shop ini pun ia selalu memesan cake yang sama.
Xavier tertawa melihat wajah antusiasnya Aluna, dalam hati ia bersyukur bisa melihat senyum cantik itu secara langsung, tidak melalui video call yang biasa mereka lakukan apabila sedang terpisah lautan.
“Scarlet Velvet Cake nya dua, New York Cheese Cake nya satu sama Classic Dark Chocolate Cake nya satu.” Xavier mengulangi pesanan Aluna dan menambahkan beberapa cake lain untuk dirinya juga Dira.
“Baik, ada tambahan lain kak? Untuk makanannya mau dine in atau take away”
“Kamu mau pesen apa lagi, Ocean?”
“Udah cukup, itu aja.”
“Cukup kak, itu aja pesanan kita dan dine in ya.”
“Baik saya ulangi ya kak pesanannya, Ice Caramel Macchiato satu, Ice Greentea Frappucino satu, Ice Americano extra espresso satu size grande semua dan dine in. Untuk makanannya Scarlet Velvet Cake dua, New York Cheese Cake satu sama Classic Dark Chocolate Cake nya satu dan dine in juga. Atas nama siapa kak pesanannya?”
“Atas nama Ocean.” Xavier menjawab sigap membuat Aluna melongo di sebelahnya.
“Oke pesanan atas nama Kak Ocean totalnya jadi Rp 278.000,- ya kak, pembayaran via apa kak?”
“Via ini aja kak.” Xavier mengangkat kartu ATM miliknya dan menyerahkan kartu tersebut kepada barista tadi untuk melakukan pembayaran.
“Ini struck nya, silahkan ditunggu ya kak.” Barista tadi pun menyerahkan kertas yang berisi salinan pesanan Aluna kepada temannya yang bertugas untuk menyiapkan pesanan, sedangkan ia kembali bersiap untuk mencatat pesanan customer berikutnya yang sudah antri di belakang Xavier dan Aluna.
Kedua orang itu tidak kembali ke meja mereka dan menghampiri Dira yang tinggal sendirian di sana, melainkan mereka duduk di salah satu kursi kosong di depan meja barista sambil menunggu nama Aluna dipanggil -tanda pesanan mereka telah siap-
Xavier terus menerus menatap Aluna, tatapan memuja yang selalu ia tunjukkan khusus hanya untuk calon istrinya itu, membuat yang ditatap menjadi salah tingkah. Aluna menundukkan pandangannya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang merona karena ditatap Xavier terlalu lama.
“Meja nya lebih menarik ya dari pada aku?”
Mendengar itu, Aluna mengangkat wajahnya dan berusaha memberanikan diri menatap mata Xavier, calon suaminya.
“Ehmm… engga gitu kok, masa aku lebih suka meja dari pada abang.” Aluna menjawab malu-malu, gadis itu masih berusaha mengontrol dirinya agar tidak terlalu terlihat salah tingkah di depan calon suaminya.
“Terus, kenapa malah mejanya yang diliatin, bukan aku? Emangnya aku jelek ya? Aku aneh?” Xavier kembali bertanya kepada Aluna, laki-laki itu sebenarnya sedang menggoda gadis di hadapannya, ia senang melihat wajah Aluna yang merona karena salah tingkah.
“Ih engga, engga gitu bener deh, nih aku liatin abang yaa.” Panik, Aluna takut Xavier marah, meski sebenarnya laki-laki itu tidak pernah marah sedikit pun kepadanya selama 8 tahun bersama. Lagi, Aluna kembali mengumpulkan kekuatannya untuk berani menatap wajah Xavier yang tampan mempesona itu. Hidung mancung, garis wajah tegas serta rambut cepak yang semakin menggambarkan wajah-wajah taruna pelayaran serta menambah pesona Xavier Alkatiri Ghazali.
“Kirain gitu, lama nggak ketemu terus muka aku berubah jadi nyeremin sampe kamu nggak mau liat aku.”
“Engga gitu, abang. Abang nggak nyeremin kok, serius deh.”
“Hmmm, oke.”
Lagi, Xavier masih berusaha menggoda Aluna. Kali ini ia memajukan wajahnya, menatap Aluna secara intens dan memasang wajah khawatir. Aluna yang kaget melihat Xavier tiba-tiba memajukan wajahnya mendekat ke arahnya pun refleks mundur sedikit hingga punggung gadis itu menabrak bagian belakang kursi yang ia duduki, wajahnya semakin memerah karena wajah Xavier yang begitu dekat dengannya dan ditatap secara intens oleh laki-laki itu.
“Ocean, kamu sakit?”
“Hah? e.. enggak kok.” Aluna menjawab gugup sambil berusaha menjauhkan wajahnya dari wajah Xavier yang semakin mendekat.
“Serius? Kok muka kamu merah gitu? Kenapa?” Xavier masih terus memperhatikan wajah gadis dihadapannya dengan seksama, membuat Aluna semakin salah tingkah dan wajahnya semakin memerah.
“Oh i… ini.. ini nggak kenapa-kenapa kok. Hehehe.. iya, nggak kenapa-kenapa” Aluna gelagapan menjawab pertanyaan Xavier, ia masih berusaha mengontrol dirinya agar tidak semakin terlihat salah tingkah.
“Duh.. Gusti, ini kenapa dia malah makin ngedeket sih. Nggak tau apa gue jadi makin salting diliatin dari deket begini, makin merah aja udah deh nih muka gue.” Batin Aluna.
“Terus kenapa muka kamu merah banget gitu? Kayak kepiting rebus ih, kamu salting ya aku liatin dari deket? Hahaha” Xavier tertawa riang melihat wajah Aluna yang semakin memerah dibuatnya.
“Tuh kan ketauan deh kalo gue salting.” Aluna kembali membatin.
Merasa digoda oleh Xavier, gadis itu menggelembungkan pipi nya, melipat kedua tangannya di depan dada dan membuang muka ke arah jendela yang ada di sisi kirinya. Tanda bahwa ia tengah merajuk akibat digoda oleh Xavier.
“Ih ada yang ngambek hahaha” ledek Xavier. Melihat hal ini justru membuat Xavier semakin gemas dengan segala tingkah calon istrinya. Ia menjawil pipi gembul Aluna sambil tersenyum senang. Aluna yang melihat senyum indah Xavier pun ikut tersenyum, batal sudah acara ngambek-ngambeknya kali ini.
Suasana di coffee shop semakin ramai, kursi-kursi yang sebelumnya kosong pun kini sudah mulai terisi oleh pengunjung yang mulai berdatangan. Sedangkan mereka yang sejak tadi masih sibuk dengan layar laptop dan sedang belajar pun masih tetap stay di kursi mereka masing-masing, membuat seluruh kursi-kursi di indoor area coffee shop penuh, hanya tersisa beberapa kursi kosong saja di outdoor area.Aluna, Xavier dan Dira sudah sejak tadi sibuk berbincang-bincang, Xavier pun menceritakan apa saja aktifitas kesehariannya di kapal selama dirinya pergi berlayar, dan Aluna pun menceritakan kesehariannya di rumah dan di kampus kepada Xavier. Hari itu mereka berbagi keluh kesah kesehariannya masing-masing dan bertukar rindu satu sama lain setelah sekian lama berpisah, sesekali bernostalgia ketika mereka berdua masih bersekolah di sekolah yang sama semasa Sekolah Menengah Pertama ditemani dengan cake dan minuman pesanan masing-masing. Dua Scarl
Harapan dan angan mengecap kebahagiaan kini telah sirna,Digantikan dengan kecewa.Tak sadarkah kamu, bahwa aku terluka?Bukankah kamu rasakan hal yang sama?Lantas, mengapa kamu meminta menyudahi kisah kita? -Aluna Ocean AndromedaSesuai permintaan Aluna, malam ini Xavier bertandang ke rumah Aluna untuk menghadap kedua orang tuanya. Seperti biasa, kedatangan Xavier selalu disambut ramah oleh ayah dan ibu Aluna. Jika biasanya, Xavier datang untuk bersilaturahmi, sekadar main atau melepas rindu dengan Aluna dan ayah ibu nya setelah berlayar, kali ini kedatangannya malah membawa kabar yang kurang baik. Setelah dipersilakan masuk, mereka duduk bersama di ruang keluarga, lalu laki-laki itu meminta izin untuk mengutarakan maksud dan tujuannya datang kali ini. Xavier berusaha dengan tenang dan hati-hati menjelaskan inti percakapannya dengan Aluna yang terjadi di coffee shop siang tadi kepada ibu dan ayah. Aluna pun ikut memberikan
Aluna baru saja turun dari angkutan perkotaan tepat di depan gerbang masuk kampusnya, disana ia sudah disambut oleh ketiga teman dekatnya yaitu Keyara, Nasyika dan Fahrunnisa. Hari ini para panitia E-Fest tengah disibukkan dengan kegiatan Technical Meeting perlombaan yang mana akan diadakan minggu depan di kampus Aluna. Sudah sejak satu minggu yang lalu mereka berempat menjadi lebih sibuk dari biasanya, Aluna, Nasyika dan Nissa yang bertugas pada divisi LO (Liaison Officer) pun sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah yang menjadi peserta pada perlombaan yang diselenggarakan di E-Fest nanti, sedangkan Keyara yang bertugas di divisi soal pun sudah menyusun dan menyiapkan soal-soal yang akan diperlombakan dengan teman-teman satu divisinya.“Tumben lo baru dateng.” Keyara berujar.“Ketinggalan Transjakarta pertama tadi, jadi naik bus yang ke dua deh.”“Almet lo pake, Lun.” Nasyik
Adzan Subuh baru saja selesai berkumandang, Aluna sudah siap melaksanakan Sholat Subuh Ketika smartphone nya berdering tanda ada panggilan masuk. Gadis itu pun berjalan menuju tempat tidur dimana smartphone nya berada, layarnya menyala terang dan terdapat nama Fahrunissa di layar sebagai si pemanggil.Aluna mengangkat panggilan tersebut. “Assalamu’alaikum, kenapa Nis?”“Wa’alaikumussalam. Udah jalan belom lo, Ndut?”“Belum. Mau Sholat dulu abis itu jalan. Lo udah jalan emang?”“Udah. Lagi di Mushola terminal mau Sholat trus naik bus hijau yang jurusan kampus.”“Oalah oke, nanti kalo gue udah di Transjakarta, gue kabarin lo ya.”“Oke.”“Hati-hati di jalan, Nis.”“Iyaa. Lo juga yaa Ndut. Assalamu’alaikum.”“Wa’alaikumussalam.”Aluna meletakkan kembali smartphone hitamnya, Ia be
Hari ini, sebuah babak baru dalam kehidupan akan segera di mulai, hari dimana ia resmi menjadi mahasiswi setelah melewati masa orientasi selama tiga hari. Gadis itu tersenyum senang menatap pantulan dirinya di cermin yang berada di dalam kamarnya, ia merapihkan kembali khimarnya agar terlihat sempurna, senyum manis menghiasi wajahnya hingga menampakkan lesung pipit di sebelah kanan pipinya. Setelah memastikan bahwa tidak ada yang salah dengan penampilannya, gadis itu bergegas mengambil tas ransel berukuran sedang berwarna hitam di atas kasur yang memang sudah ia siapkan sejak tadi, ia menghampiri sang ibu yang berada di bawah untuk berpamitan."Luna berangkat kuliah dulu ya bu." Pamitnya sambil mencium punggung tangan ibunya itu dengan sopan."Iya, hati-hati ya Lun, di cek lagi barang-barangnya ada yang ketinggalan nggak? Kampus mu jauh loh sekarang, nggak kayak SMA mu yang tinggal nyebrang doang." Pesan sang ibu kepada putri semata wayangnya.Aluna mengangguk s
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kini sudah memasuki bulan ke tiga Aluna menjalani hidup sebagai seorang mahasiswi di salah satu Universitas Islam di ibu kota. Kini, gadis itu sudah tidak diantar oleh ayahnya lagi setiap ingin berangkat kuliah, Aluna memilih naik transportasi umum yaitu Transjakarta yang kebetulan menyediakan rute dari rumahnya menuju kampus, cukup satu kali naik, tanpa perlu berpindah-pindah halte (transit) maka Aluna sudah sampai di halte Transjakarta dekat kampusnya.Pagi ini suasana di dalam bus Transjakarta cukup ramai, kursi-kursi penumpang pun terisi penuh oleh para pengguna jasa angkutan Transjakarta, Alhamdulillahnya Aluna masih mendapat tempat duduk sehingga gadis itu tidak perlu berdiri. Jalanan cukup lengang pagi ini, langit pun masih cukup gelap karena sang mentari yang masih malu-mal
Aluna terlihat begitu gelisah pagi ini, baru saja ia mendapat kabar dari Pembina Ekstrakurikuler Paskibra di SMP nya dulu untuk menyiapkan upacara Hari Guru yang akan dilaksanakan tanggal 25 November nanti. Selain sibuk kuliah, Aluna juga sibuk melatih ekskul paskibra di SMP nya dulu bersama dengan seorang teman, dan akhir-akhir ini mereka memang tengah disibukkan untuk menyiapkan upacara-upacara hari besar di bulan November, setelah mereka selesai mengurus upacara Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November kemarin, kini Aluna dan partner -nya dalam melatih paskibra harus kembali disibukkan untuk persiapan upacara Hari Guru.“Kenapa sih lo Lun, masih pagi udah ribet sendiri aja. Lagi ada masalah?” Keyara bertanya kepada Aluna, gadis itu bingung sendiri melihat kegelisahan yang muncul pada raut wajah sahabatnya.“Gue lagi bingung nih.”“Bingung kenapa?” Nasyika bertanya.“Pegangan sono lo nd
Hari yang dinanti-nantikan pun tiba, hari dimana dilaksanakannya acara Pelatihan Tingkat Dasar yang diikuti oleh Aluna dan ketiga sahabatnya. Pagi ini Aluna berangkat ke kampus diantar oleh sang ayah, karena ia harus sudah tiba di kampus pukul lima pagi sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh kak Dipta, kakak fasilitator yang bertanggung jawab atas kelompoknya Aluna.Sepanjang perjalanan, Aluna menguap sesekali. Gadis itu masih sedikit mengantuk karena ia tidur larut tadi malam dan harus sudah bangun pada pukul 03.30 pagi, untuk kemudian bersiap-siap berangkat ke kampus pada pukul 04.00 pagi. Aluna tidur larut malam karena ia terus memikirkan akan seperti apa acara Pelatihan Tingkat Dasar ini, apakah akan sama seperti ketika ia mengikuti acara pelantikan ekskul paskibra dulu ketika ia masih SMP dan SMA. Aluna terus memikirkan hal itu sembari mengingat-ingat kembali pengalamannya di masa sekolah menengah dulu. Dalam benaknya, Aluna sudah menyiapkan dirinya untuk kemungkina
Adzan Subuh baru saja selesai berkumandang, Aluna sudah siap melaksanakan Sholat Subuh Ketika smartphone nya berdering tanda ada panggilan masuk. Gadis itu pun berjalan menuju tempat tidur dimana smartphone nya berada, layarnya menyala terang dan terdapat nama Fahrunissa di layar sebagai si pemanggil.Aluna mengangkat panggilan tersebut. “Assalamu’alaikum, kenapa Nis?”“Wa’alaikumussalam. Udah jalan belom lo, Ndut?”“Belum. Mau Sholat dulu abis itu jalan. Lo udah jalan emang?”“Udah. Lagi di Mushola terminal mau Sholat trus naik bus hijau yang jurusan kampus.”“Oalah oke, nanti kalo gue udah di Transjakarta, gue kabarin lo ya.”“Oke.”“Hati-hati di jalan, Nis.”“Iyaa. Lo juga yaa Ndut. Assalamu’alaikum.”“Wa’alaikumussalam.”Aluna meletakkan kembali smartphone hitamnya, Ia be
Aluna baru saja turun dari angkutan perkotaan tepat di depan gerbang masuk kampusnya, disana ia sudah disambut oleh ketiga teman dekatnya yaitu Keyara, Nasyika dan Fahrunnisa. Hari ini para panitia E-Fest tengah disibukkan dengan kegiatan Technical Meeting perlombaan yang mana akan diadakan minggu depan di kampus Aluna. Sudah sejak satu minggu yang lalu mereka berempat menjadi lebih sibuk dari biasanya, Aluna, Nasyika dan Nissa yang bertugas pada divisi LO (Liaison Officer) pun sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah yang menjadi peserta pada perlombaan yang diselenggarakan di E-Fest nanti, sedangkan Keyara yang bertugas di divisi soal pun sudah menyusun dan menyiapkan soal-soal yang akan diperlombakan dengan teman-teman satu divisinya.“Tumben lo baru dateng.” Keyara berujar.“Ketinggalan Transjakarta pertama tadi, jadi naik bus yang ke dua deh.”“Almet lo pake, Lun.” Nasyik
Harapan dan angan mengecap kebahagiaan kini telah sirna,Digantikan dengan kecewa.Tak sadarkah kamu, bahwa aku terluka?Bukankah kamu rasakan hal yang sama?Lantas, mengapa kamu meminta menyudahi kisah kita? -Aluna Ocean AndromedaSesuai permintaan Aluna, malam ini Xavier bertandang ke rumah Aluna untuk menghadap kedua orang tuanya. Seperti biasa, kedatangan Xavier selalu disambut ramah oleh ayah dan ibu Aluna. Jika biasanya, Xavier datang untuk bersilaturahmi, sekadar main atau melepas rindu dengan Aluna dan ayah ibu nya setelah berlayar, kali ini kedatangannya malah membawa kabar yang kurang baik. Setelah dipersilakan masuk, mereka duduk bersama di ruang keluarga, lalu laki-laki itu meminta izin untuk mengutarakan maksud dan tujuannya datang kali ini. Xavier berusaha dengan tenang dan hati-hati menjelaskan inti percakapannya dengan Aluna yang terjadi di coffee shop siang tadi kepada ibu dan ayah. Aluna pun ikut memberikan
Suasana di coffee shop semakin ramai, kursi-kursi yang sebelumnya kosong pun kini sudah mulai terisi oleh pengunjung yang mulai berdatangan. Sedangkan mereka yang sejak tadi masih sibuk dengan layar laptop dan sedang belajar pun masih tetap stay di kursi mereka masing-masing, membuat seluruh kursi-kursi di indoor area coffee shop penuh, hanya tersisa beberapa kursi kosong saja di outdoor area.Aluna, Xavier dan Dira sudah sejak tadi sibuk berbincang-bincang, Xavier pun menceritakan apa saja aktifitas kesehariannya di kapal selama dirinya pergi berlayar, dan Aluna pun menceritakan kesehariannya di rumah dan di kampus kepada Xavier. Hari itu mereka berbagi keluh kesah kesehariannya masing-masing dan bertukar rindu satu sama lain setelah sekian lama berpisah, sesekali bernostalgia ketika mereka berdua masih bersekolah di sekolah yang sama semasa Sekolah Menengah Pertama ditemani dengan cake dan minuman pesanan masing-masing. Dua Scarl
Aluna sangat senang, karena akhirnya rindu yang selama ini ia simpan rapih di hatinya dapat terbayarkan dengan melihat sosok laki-laki pujaannya di depan mata. Jantungnya pun berdegub kencang, rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam perut Aluna, wajahnya semakin memerah tatkala manik mata coklat tua milik Xavier menatapnya, sungguh euphoria yang tidak biasa ia rasakan dan kebahagiaan yang tidak dapat ia gambarkan.Melihat Aluna dan Xavier yang masih saling tatap, Dira pun mulai merasa bahwa keberadaannya dilupakan. “ekhem, mon maap nih yee mas, mbak ada orang lain loh di sini.” Dira yang merasa diacuhkan pun bersuara.“Oiya lupa ada orang ketiga hehehe, dan biasanya sih kalo ada cewe sama cowo lagi berduaan, yang ke tiga itu setan, Dir.”“Jadi maksud lo, gue setan gitu, Lun? Ngajak berantem nih anak ya lama-lama.”“Hahahahaha” Aluna tertawa mendengar perkataan sahabatnya, sedangkan Xavier
Hari-hari terus berlalu, dan hari ini adalah hari yang begitu dinanti-nantikan oleh Aluna, hari yang sangat spesial baginya, hari yang akan menjadi pertemuan pertamanya dengan Xavier setelah 3 tahun mereka terpisahkan oleh lautan. Aluna tidak sabar ingin segera bertemu dengan Xavier, memeluk erat laki-laki itu serta bercerita banyak hal kepada laki-laki yang sudah menemaninya selama 8 tahun ke belakang. Sebetulnya, laki-laki itu sudah kembali ke rumah sejak 2 hari lalu, namun karena satu dan lain hal, mereka baru sempat bertemu hari ini, di tanggal 08 Januari, sesuai dengan janji Xavier kepada Aluna kala itu melalui chating.Aluna kembali memeriksa penampilannya di cermin, memastikan agar ia tidak terlihat aneh ketika bertemu Xavier nanti. Senyum manis selalu tersemat di wajahnya, membuat pola bulan sabit mini terlihat jelas di pipi kanan gadis itu. Spesial untuk hari ini, Aluna mengenakan gamis hitam serta kerudung hitam panjang yang menutup lekukan tubuhnya, ia kem
Siang ini, selasar Pendidikan Ekonomi cukup ramai oleh para panitia acara EFest atau (Economic Festival) yang merupakan salah satu program kerja dari HIMPE. EFest sendiri merupakan sebuah acara yang melibatkan mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi serta siswa-siswi SMA/K/MA, dimana acara ini terdiri dari beberapa perlombaan seperti lomba Akuntansi(MYOB), lomba Pemasaran dan lomba Administrasi Perkantoran yang dikhususkan untuk siswa-siswi SMK serta lomba Debat untuk siswa-siswi SMA/MA dan dipenghujung acara ini diisi oleh kegiatan Seminar Nasional serta Expo untuk para Mahasiswa Pendidikan Ekonomi di kampus Aluna. Acara ini diselenggarakan selama 3 hari berturut-turut, dimana pada hari pertama dan kedua di khususkan untuk perlombaan-perlombaan, sedangkan di hari ketiga diisi dengan seminar dan expo. EFest sendiri diadakan setiap tahun sekali di awal tahun dengan mengusung tema dan konsep yang berbeda-beda setiap tahunnya, dan hari ini, sebagian dari panitia EFest tengah sibuk m
Hari yang dinanti-nantikan pun tiba, hari dimana dilaksanakannya acara Pelatihan Tingkat Dasar yang diikuti oleh Aluna dan ketiga sahabatnya. Pagi ini Aluna berangkat ke kampus diantar oleh sang ayah, karena ia harus sudah tiba di kampus pukul lima pagi sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh kak Dipta, kakak fasilitator yang bertanggung jawab atas kelompoknya Aluna.Sepanjang perjalanan, Aluna menguap sesekali. Gadis itu masih sedikit mengantuk karena ia tidur larut tadi malam dan harus sudah bangun pada pukul 03.30 pagi, untuk kemudian bersiap-siap berangkat ke kampus pada pukul 04.00 pagi. Aluna tidur larut malam karena ia terus memikirkan akan seperti apa acara Pelatihan Tingkat Dasar ini, apakah akan sama seperti ketika ia mengikuti acara pelantikan ekskul paskibra dulu ketika ia masih SMP dan SMA. Aluna terus memikirkan hal itu sembari mengingat-ingat kembali pengalamannya di masa sekolah menengah dulu. Dalam benaknya, Aluna sudah menyiapkan dirinya untuk kemungkina
Aluna terlihat begitu gelisah pagi ini, baru saja ia mendapat kabar dari Pembina Ekstrakurikuler Paskibra di SMP nya dulu untuk menyiapkan upacara Hari Guru yang akan dilaksanakan tanggal 25 November nanti. Selain sibuk kuliah, Aluna juga sibuk melatih ekskul paskibra di SMP nya dulu bersama dengan seorang teman, dan akhir-akhir ini mereka memang tengah disibukkan untuk menyiapkan upacara-upacara hari besar di bulan November, setelah mereka selesai mengurus upacara Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November kemarin, kini Aluna dan partner -nya dalam melatih paskibra harus kembali disibukkan untuk persiapan upacara Hari Guru.“Kenapa sih lo Lun, masih pagi udah ribet sendiri aja. Lagi ada masalah?” Keyara bertanya kepada Aluna, gadis itu bingung sendiri melihat kegelisahan yang muncul pada raut wajah sahabatnya.“Gue lagi bingung nih.”“Bingung kenapa?” Nasyika bertanya.“Pegangan sono lo nd