*****
Lily sedang menemani Lucy dan coba mengupaskan buah untuk saudarinya yang terus memuntahkan makanan sepanjang pagi. Mereka sengaja duduk di beranda untuk mendapat udara segar bagi Lucy, Cecil sudah berulang kali mengingatkan Lucy agar memikirkan hal lain tiap kali perutnya terasa mual, namun sepertinya saran itu selalu berakhir sia-sia.
David baru kembali bersama Brandon yang juga baru turun dari punggung kudanya, kedua pria itu masih berjalan menyebrangi halaman saat Lucy menatap suaminya. David melambai kepadanya kemudian memukul bahu Brandon yang ikut tersenyum. Bukanya memperhatikan David yang bersemangat mendatangainya, Lucy justru memperhatikan Duke of Greenock yang terlihat lebih ceria dengan senyum paginya yang langka. Brandon memang tidak ikut menghampiri mereka, tapi bagi Lucy hal itu tetap aneh.
"Kenapa dia tersenyum ?" komentar Lucy saat menoleh Cecil yang duduk di sampingnya,"itu sangat aneh !" Lucy menyuarakan isi kepalanya.Cecil
Brandon, David dan Henry masih berdiskusi mengenai permintaan mendadak Lucy untuk segera pulang. Tapi mereka semua khawatir dengan kondisinya yang belum setabil, mereka masih butuh dokter untuk memastikan kehamilannya.Lily yang tidak berani mengatakan apa-apa hanya bisa berpura-pura mengelus-elus anjing kecil di pangkuannnya tiap kali Brandon coba menatapnya."Akan kuantar kalia sampai ke Glasgow, dan akan ku siapkan dokter terbaikku di sana untuk istrimu," Brandon hanya menatap David sebentar kemudian segera pergi memerintahkan para pekerjanya untuk menyiapkan perjalanan mereka besok pagi.Lily sengaja tidur bersama Cecil malam itu karena dia takut jika harus bertemu lagi denga Brandon Lington."Jujur aku agak cemas melihat kondisi Lucy," kata Cecil.Lily yang merasa bersalah tidak berani berkomentar apapun mengenai kekhawatiran saudarinya, dia ingat pesan Lucy untuk tidak bercerita pada siapapun termasuk kakak perempuannya, Cecil sekalipun. Lily
Lily masih agak linglung saat ternyata dirinya terbangun dikamar Brandon Lington, gadis itu segera berbalik untuk memeriksa pria yang masih tidur memeluk tubuhnya, Brandon pun ikut terbangun saat merasakan gadis itu mulai menggeliat."Kau benar-benar seperti monster, " kata Lily kemudian.Brandon memang benar-benar seperti monster yang sedang menunggangi tubuh kecil Lily dengan tanpa ampun."Kau boleh tidur lagi jika masih lelah," Brandon berusaha kembali menengelamkan gadis muda itu kedalam pelukannya, walau Lily masih ingat sesakit apa saat Brandon Lington agak memaksa memasukinya tapi merasakan bagaimana kulit telanjang hangat itu membungkus tubuhnya juga membuat Lily enggan bergerak."Kau akan segera terbiasa, " bisik Brando seolah sama sekali tidak mempertimbangkan berapa perbedaan proporsi tubuhnya dengan si kecil Lily yang harus menampungnya."Bukankah seharusnya kita menikah," kata Lily yang masih dalam pelukannya.
Lily mulai bosan harus berkeliaran sendirian saat Brandon sedang sibuk dengan pekerjaannya. Di luar salju sudah semakin tebal tidak mungkin untuk pergi kemanapun, dan tidak ada kegiatan menarik yang bisa di lakukannya di dalam rumah. Lily mulai keluyuran menelusuri lorong -lorong panjang di Lockwood palace yang ternyata sangat mengagumkan dengan disain arsitektur yang penuh detail luar biasa, terlihat sekali jika pemiliknya memiliki selera yang sangat bagus dan mahal untuk ukuran bangsawan kaya sekalipun. Lukisan-lukisan besar tergantung di dinding-dinding tinggi yang seluruh lantainya di alasi permadani dengan motif unik yang belum pernah Lily lihat di manapun. Gadis itu hanya penasaran apa mungkin itu salah satu motif khas dataran tinggi yang memang belum pernah diketahuinya. Tanpa sadar Lily sampai di depan ruang kerja Brandon Lington yang terasnya menghadap ke arah Lock yang sudah sempurna tertutup salju. Kebetulan pintu itu masih setengah terbuka.
Lily hanya memperhatikan bagaimana Brandon bisa terlihat begitu cocok dalam obrolannya dengan King George. Lily mendengar jika kesehatan raja mereka agak menurun belakangan ini tapi beliau terihat masih cukup bersemangat untuk memberikan beberpa nasehat dan pujian untuk Brandon, sang Raja memang menyukai pemuda itu dan sempat berpikir mengenai beberapa putrinya yang belum menikah.Raja George memang terkenal menyayangi putri-putrinya bahkan seolah tidak rela jika mereka nanti harus menikah. Raja adalah pria sederhana yang shaleh dan terkenal sangat taat, tak heran sepertinya Brandon juga sangat mengagumi sosok rajanya tersebut. Sifat dermawan dan keperduliannya pada ilmu pengetahuan dan pendidikan membuat Brandon ikut termotivasi untuk tidak pernah menyerah melanjutkan perjuangan kakeknya, Henry Lington.Dulu kakeknya HENRY lingtoon juga berteman baik dengan sang Raja, karena itu pula spertinya Raja George juga sangan menyukai cucu laki-lakinya. B
Empat bulan ke mudianLucy dibawa David pulang ke Newcastle sejak kehamilan enambulan nya, sekarang tinggal Lily dan Cecil yang tinggal di Chatebury bersama neneknya.Sikap Lily juga jadi semakin pendiam sejak saat kepulangannya bersama Brandon Lington saat itu, karena itu Cecil semakin cemas melihat kondisi adik perempuannya. Lily pernah mengalami depresi yang berat setelah kepergian William dan Cecil tidak mau hal seperti itu sampai terjadi lagi. Walaupun tidak tau pasti tentang hubungan adik perempuannya dan Brandon Lington tapi Cecil masih cukup peka dengan semua saudari perempuannya.Tiap kali sedang sendiri dan merasa di tinggalkan Lily selalu akan kembali teringat kakak laki-lakinya, William, karena rasanya hampir sama.William Harrington yang selalu berjanji akan menyayanginya pun juga sudah pergi dan Lily tau dia sudah tidak akan bisa kembali tak peduli sebesar apapun dia menginginkannya. Kadang secara tidak sadar kita memang
Lily yakin semuanya akan tetap berlalu sama seperti yang lainnya, dulu dia juga pernah kehilangan Will dengan tidak mudah bahkan sempat meninggalkan trauma dalam waktu yang cukup lama. Untuk Brandon sepertinya Lily lebih bisa mengerti, Duke of Greenock memang memiliki tanggung jawab yang tidak sederhana.Henry kembali berkunjung di awal musim panas sebelum seasons di mulai, pemuda itu sengaja tidak membahas apapun tentang kakak laki-laki nya, Lily pun berusaha bersikap normal meski akhirnya tetap menjadi canggung. Karena sejak kepulangannya dari Lockwood bersama Brandon Lington waktu itu Lily belum pernah benar-benar memiliki kesempatan untuk bicara kepada Henry."Maafkan aku, Henry," kata gadis itu pada akhirnya, karena sudah tidak tahan lagi jika harus terus berpura-pura tidak terjadi apa-apa di antara mereka."Tidak apa-apa," kata Henry agak mengejutkan."Benarkah kau tidak ingin marah padaku?""Aku akan sangat marah jika dia bukan Brandon."
Tiga tahun berlalu...."Bibi bisakah kau ambilkan keranjang untuk willo ?""Apa dia sakit lagi, My Lady? " bibi Dorothy ikut merunduk untuk memastikan mahluk kecil di pangkuan nonanya masih bergerak."Dia masih agak lemah, Bibi.""Akan kuambilkan keranjangnya, mungkin willo perlu istirahat."Taklama Bibi Dorothy sudah kembali dengan membawa keranjang yang sudah di lapisi bantalan lembut dan selimut kecil. Pelan-pelan Lily memindahkan mahluk kecil itu dari pangkuannya dengan hati-hati. Sudah hampir satu minggu anjing kecil berbulu kuning itu kehilangan selera makannya, sampai puncaknya dua hari lalu Willo sama sekali tidak mau makan Lily sangat khawatir melihat kondisi anjing kesayangan nya itu . Lily ingat bagaimana mahluk kecil itu selalu setia menemaninya dalam setiap masalah, sejak William pergi Lily memang semakin sering menjadikan anjing pemberian kakak nya itu sebagai teman bicara, meski mahluk berbulu kuning itu hanya bisa m
Lily memang benar-benar kembali bertemu dengan Brandon Lington, dan entah bagaimana Duke of Greenock itu sama sekali tidak pernah terlihat buruk meski sepertinya sudah beberapa hari tidak ber cukur.Tanpa ingin ber lama-lama mengagumi sang Duke, Lily segera sadar jika pria itu hanya akan menyesatkannya. Selanjutnya Lily hanya tersenyum mendapati Brandon yang masih terkejut melihatnya kedatangnya bersama Henry.Sepertinya Lily memang sudah tumbuh terlalu banya selama beberapa tahun ini, dia sudah menjadi seorang wanita muda yang matang dan sulit sekali bagi Brandon Lington untuk berhenti memikirkannya meski dia tau gadis itu pasti sudah mendengar semua isi kepalanya dengan lantang dan itu memalukan.Gadis itu bersama adik laki-lakinya kali ini,Brandon coba berpikir masuk akal. Bukannya Henry tidak menyadari ketegangan kakak laki-lakinya tiap kali diam-diam memperhatikan gadis muda yang duduk di sampingnya. Henri hanya berusaha berpikir wajar, karena bagaim