Lady Lily dan Cecil masing-masing medapatkan pelayan sendiri-sendiri, sepertinya Duke of Greenock memang sudah mengatur kamar untuk setiap tamunya. Lily mendapatkan sebuah kamar yang menghadap kearah Lock, gadis itu sempat terpesona oleh pemandangan dari jendela besar kamarnya.
"Semoga Anda suka Lady," kata pelayan yang memgantarkannya.
"Ini indah."
"Ya, Anda sangat beruntung dulu ini adalah kamar Lady Annelies."
"Oh, apa ini tidak berlebihan, Bibi? "
"Panggil saja saya Huliet, my Lady."
"Terimakasih, Bibi Huliet, sepertinya Anda sudah lama bekerja di sini? "
"Anda benar, aku sudah mengurus Lady Anneliess sejak kecil tiap kali sang Lady berkunjung kemari."
"Ya, Lady Annelies yang cantik jelita, sebenarnya aku lebih sering mendengar tentang sang Lady dari kakak laki-lakiku," Lily masih ingat seluar biasa apa wanita yang di cintai Williamnya itu, meski sampai saat ini Lily belum terlalu berani berlama-lama memikirkan William.
*****Lily sedang menemani Lucy dan coba mengupaskan buah untuk saudarinya yang terus memuntahkan makanan sepanjang pagi. Mereka sengaja duduk di beranda untuk mendapat udara segar bagi Lucy, Cecil sudah berulang kali mengingatkan Lucy agar memikirkan hal lain tiap kali perutnya terasa mual, namun sepertinya saran itu selalu berakhir sia-sia.David baru kembali bersama Brandon yang juga baru turun dari punggung kudanya, kedua pria itu masih berjalan menyebrangi halaman saat Lucy menatap suaminya. David melambai kepadanya kemudian memukul bahu Brandon yang ikut tersenyum. Bukanya memperhatikan David yang bersemangat mendatangainya, Lucy justru memperhatikan Duke of Greenock yang terlihat lebih ceria dengan senyum paginya yang langka. Brandon memang tidak ikut menghampiri mereka, tapi bagi Lucy hal itu tetap aneh."Kenapa dia tersenyum ?" komentar Lucy saat menoleh Cecil yang duduk di sampingnya,"itu sangat aneh !" Lucy menyuarakan isi kepalanya.Cecil
Brandon, David dan Henry masih berdiskusi mengenai permintaan mendadak Lucy untuk segera pulang. Tapi mereka semua khawatir dengan kondisinya yang belum setabil, mereka masih butuh dokter untuk memastikan kehamilannya.Lily yang tidak berani mengatakan apa-apa hanya bisa berpura-pura mengelus-elus anjing kecil di pangkuannnya tiap kali Brandon coba menatapnya."Akan kuantar kalia sampai ke Glasgow, dan akan ku siapkan dokter terbaikku di sana untuk istrimu," Brandon hanya menatap David sebentar kemudian segera pergi memerintahkan para pekerjanya untuk menyiapkan perjalanan mereka besok pagi.Lily sengaja tidur bersama Cecil malam itu karena dia takut jika harus bertemu lagi denga Brandon Lington."Jujur aku agak cemas melihat kondisi Lucy," kata Cecil.Lily yang merasa bersalah tidak berani berkomentar apapun mengenai kekhawatiran saudarinya, dia ingat pesan Lucy untuk tidak bercerita pada siapapun termasuk kakak perempuannya, Cecil sekalipun. Lily
Lily masih agak linglung saat ternyata dirinya terbangun dikamar Brandon Lington, gadis itu segera berbalik untuk memeriksa pria yang masih tidur memeluk tubuhnya, Brandon pun ikut terbangun saat merasakan gadis itu mulai menggeliat."Kau benar-benar seperti monster, " kata Lily kemudian.Brandon memang benar-benar seperti monster yang sedang menunggangi tubuh kecil Lily dengan tanpa ampun."Kau boleh tidur lagi jika masih lelah," Brandon berusaha kembali menengelamkan gadis muda itu kedalam pelukannya, walau Lily masih ingat sesakit apa saat Brandon Lington agak memaksa memasukinya tapi merasakan bagaimana kulit telanjang hangat itu membungkus tubuhnya juga membuat Lily enggan bergerak."Kau akan segera terbiasa, " bisik Brando seolah sama sekali tidak mempertimbangkan berapa perbedaan proporsi tubuhnya dengan si kecil Lily yang harus menampungnya."Bukankah seharusnya kita menikah," kata Lily yang masih dalam pelukannya.
Lily mulai bosan harus berkeliaran sendirian saat Brandon sedang sibuk dengan pekerjaannya. Di luar salju sudah semakin tebal tidak mungkin untuk pergi kemanapun, dan tidak ada kegiatan menarik yang bisa di lakukannya di dalam rumah. Lily mulai keluyuran menelusuri lorong -lorong panjang di Lockwood palace yang ternyata sangat mengagumkan dengan disain arsitektur yang penuh detail luar biasa, terlihat sekali jika pemiliknya memiliki selera yang sangat bagus dan mahal untuk ukuran bangsawan kaya sekalipun. Lukisan-lukisan besar tergantung di dinding-dinding tinggi yang seluruh lantainya di alasi permadani dengan motif unik yang belum pernah Lily lihat di manapun. Gadis itu hanya penasaran apa mungkin itu salah satu motif khas dataran tinggi yang memang belum pernah diketahuinya. Tanpa sadar Lily sampai di depan ruang kerja Brandon Lington yang terasnya menghadap ke arah Lock yang sudah sempurna tertutup salju. Kebetulan pintu itu masih setengah terbuka.
Lily hanya memperhatikan bagaimana Brandon bisa terlihat begitu cocok dalam obrolannya dengan King George. Lily mendengar jika kesehatan raja mereka agak menurun belakangan ini tapi beliau terihat masih cukup bersemangat untuk memberikan beberpa nasehat dan pujian untuk Brandon, sang Raja memang menyukai pemuda itu dan sempat berpikir mengenai beberapa putrinya yang belum menikah.Raja George memang terkenal menyayangi putri-putrinya bahkan seolah tidak rela jika mereka nanti harus menikah. Raja adalah pria sederhana yang shaleh dan terkenal sangat taat, tak heran sepertinya Brandon juga sangat mengagumi sosok rajanya tersebut. Sifat dermawan dan keperduliannya pada ilmu pengetahuan dan pendidikan membuat Brandon ikut termotivasi untuk tidak pernah menyerah melanjutkan perjuangan kakeknya, Henry Lington.Dulu kakeknya HENRY lingtoon juga berteman baik dengan sang Raja, karena itu pula spertinya Raja George juga sangan menyukai cucu laki-lakinya. B
Empat bulan ke mudianLucy dibawa David pulang ke Newcastle sejak kehamilan enambulan nya, sekarang tinggal Lily dan Cecil yang tinggal di Chatebury bersama neneknya.Sikap Lily juga jadi semakin pendiam sejak saat kepulangannya bersama Brandon Lington saat itu, karena itu Cecil semakin cemas melihat kondisi adik perempuannya. Lily pernah mengalami depresi yang berat setelah kepergian William dan Cecil tidak mau hal seperti itu sampai terjadi lagi. Walaupun tidak tau pasti tentang hubungan adik perempuannya dan Brandon Lington tapi Cecil masih cukup peka dengan semua saudari perempuannya.Tiap kali sedang sendiri dan merasa di tinggalkan Lily selalu akan kembali teringat kakak laki-lakinya, William, karena rasanya hampir sama.William Harrington yang selalu berjanji akan menyayanginya pun juga sudah pergi dan Lily tau dia sudah tidak akan bisa kembali tak peduli sebesar apapun dia menginginkannya. Kadang secara tidak sadar kita memang
Lily yakin semuanya akan tetap berlalu sama seperti yang lainnya, dulu dia juga pernah kehilangan Will dengan tidak mudah bahkan sempat meninggalkan trauma dalam waktu yang cukup lama. Untuk Brandon sepertinya Lily lebih bisa mengerti, Duke of Greenock memang memiliki tanggung jawab yang tidak sederhana.Henry kembali berkunjung di awal musim panas sebelum seasons di mulai, pemuda itu sengaja tidak membahas apapun tentang kakak laki-laki nya, Lily pun berusaha bersikap normal meski akhirnya tetap menjadi canggung. Karena sejak kepulangannya dari Lockwood bersama Brandon Lington waktu itu Lily belum pernah benar-benar memiliki kesempatan untuk bicara kepada Henry."Maafkan aku, Henry," kata gadis itu pada akhirnya, karena sudah tidak tahan lagi jika harus terus berpura-pura tidak terjadi apa-apa di antara mereka."Tidak apa-apa," kata Henry agak mengejutkan."Benarkah kau tidak ingin marah padaku?""Aku akan sangat marah jika dia bukan Brandon."
Tiga tahun berlalu...."Bibi bisakah kau ambilkan keranjang untuk willo ?""Apa dia sakit lagi, My Lady? " bibi Dorothy ikut merunduk untuk memastikan mahluk kecil di pangkuan nonanya masih bergerak."Dia masih agak lemah, Bibi.""Akan kuambilkan keranjangnya, mungkin willo perlu istirahat."Taklama Bibi Dorothy sudah kembali dengan membawa keranjang yang sudah di lapisi bantalan lembut dan selimut kecil. Pelan-pelan Lily memindahkan mahluk kecil itu dari pangkuannya dengan hati-hati. Sudah hampir satu minggu anjing kecil berbulu kuning itu kehilangan selera makannya, sampai puncaknya dua hari lalu Willo sama sekali tidak mau makan Lily sangat khawatir melihat kondisi anjing kesayangan nya itu . Lily ingat bagaimana mahluk kecil itu selalu setia menemaninya dalam setiap masalah, sejak William pergi Lily memang semakin sering menjadikan anjing pemberian kakak nya itu sebagai teman bicara, meski mahluk berbulu kuning itu hanya bisa m
Henry sadar dia sudah sangat terlambat untuk sebuah pesta, dia hanya berharap cukup beruntung untuk bisa menemukan siapapun yang mungkin masih belum tidur di malam selarut ini. Samar-samar Henry mendengar sedikit keributan dari ruang perjamuan yang seharusnya sudah kosong, dia agak terkejut karena melihat Lady Cecilia Harrington yang sedang menikmati minumannya bersama dengan Houl Anderson. Henry hanya tak berminat untuk mengusik obrolan mereka, karena sepertinya Lady Cecil juga terlihat banyak tertawa malam itu. Bahkan saat dia melihat Houl membawa sang lady ke salah satu kamar tamu sepertinya Henry juga tidak merasa memiliki hak untuk melarangnya walaupun dia tau pria macam apa Houl Anderson selama ini.*****Dua bulan kemudian Henry tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Lucy yang mengatakan bahwa Lady Cecil sedang mengandung anaknya. Walaupun berita itu masih mengejutkan, tapi Henry memang tetap akan bertanggung jawab tanpa keraguan. Karena jika mem
Tinggal di London memang bukan pilihan mudah, Lady Cecil pasti harus bertemu kembali dengan Houl Anderson di beberapa kesempatan dalam pergaulan masyarakat London. Selain itu Henry juga memiliki beberapa urusan bisnis dengan perusahaan Anderson dalam pembelian beberapa kapal, itulah kenapa mereka jadi lebih sering bertemu akhir-akhir ini. Cecil memang sudah lebih pasrah untuk menghadapi kenyataan hidupnya, bahkan dia sudah rela jika Houl akhirnya memang memilih untuk menghancurkannya.Sementara di sisi lain Houl sepertinya juga hanya bisa menyaksikan keharmonisan keluarga Cecil dan Henry yang terlihat sempurna itu dengan rasa iri yang semakin luar biasa. Houl benar-benar tidak bisa mencegah rasa cemburunya tiap kali melihat kedekatan Henry dengan putrinya. Walaupun Houl sadar sepertinya Lady Cecil memang benar, gadis kecil itu memang sudah tidak membutuhkannya.... *****Lady Cecil sedang bermain bersama pu
Bayi montok itu sepertinya sayup-sayup mulai tertidur di pangkuan ibunya, Cecil sengaja menggunakan kebisuannya sebagai alasan untuk tidak mengganggu jam tidur siang putrinya, dan hal itu memang terlihat wajar oleh Henry. Henry juga tidak banyak bertanya ketika Cecil tadi buru-buru mengajaknya pulang. Jarak rumah mereka memang tidak terlalu jauh, sepertinya Mia kecil memang belum benar-benar terlelap ketika kereta mereka sudah kembali berhenti di halaman rumah mereka sendiri.Henry turun lebih dulu untuk mengambil Mia dari pangkuan ibunya, bayi lima bulan itu menghisab-hisab bibir bawahnya sambil tertidur, Henry cukup berhati-hati untuk tidak membangunkannya. Henry langsung membawa putrinya ke kamar bayi, sementara Cecil hanya berjalan mengekor di belakang mereka dengan langkah malas karena berbagai bayangan mengerikan di otaknya. Cecil takut kehilangan putrinya, Cecil takut kehilangan Henry tapi dari semua itu ternyata Cecil paling takut jika sampai putrinya kehilangan
"Bangunlah Lady, lihat kita sudah terlambat untuk menghadiri pesta pamanmu," bisik Henry menggelitik telinga Cecil yang masih enggan untuk bergerak akibat jam tidurnya yang semakin berantakan belakangan ini."Oh, " keluh Cecil ketika melihat Henry yang sudah duduk setengah menaunginya dengan selimut yang sekedar jatuh di garis rendah pinggangnya."Kita sama-sama bangun kesiangan.""Bagaimana dengan Putri kita? " Cecil baru ingat harus menyiapkan putrinya juga."Lily sudah membawanya, dan kita akan segera menyusul."Henry sudah menarik selimut mereka dan mengangkat Cecil tiba-tiba."Kau akan membawaku kemana? " Protes Cecil bingung."Bak mandi," tambah Henry dengan acuh, "kita perlu menghemat waktu.""Aku ragu dengan hal itu," keluh Cecil meski tidak sungguh-sungguh dengan keberatannya ketika Henry benar-benar memasukkannya kedalam bak yang sudah berisi air hangat. "Oh Tuhan, apa kau serius akan melakukan ini."Henry teta
Cecil terlihat sangat buruk ketika Lucy datang, entah sejak kapan kakak perempuannya itu sudah duduk seperti mayat hidup penunggu bingkai jendela.Lucy yang baru datang dari Newcastle segera mendatangi kediaman kakaknya, entah sudah berapa lama dirinya tidak melihat Cecil, kakaknya itu terlihat agak kurus dan pucat. sambil melepas kancing mantelnya Lucy berjalan menghampiri kakak perempuannya, dia meletakkan mantel tersebut di punggung kursi yang akhirnya dia duduki untuk menghadapi Cecil yang masih diam seperti marmer beku yang sewaktu-waktu bisa hancur atau terbelah. Ya, sepertinya Cecil memang sedang labil seperti apa yang ia tulis dalam surat-suratnya."Sepertinya aku akan gila Lucy," ungkap Cecil seperti sudah benar-benar kehilangan semangat hidup."Apa yang ter jadi?" tanya Lucy yang mulai memperhatikan gadis kecil di pangkuan kakaknya, gadis kecil itu kembali menggeliat saat Cecil coba menahannya di sana. Lucy pun segera mengulurkan tangannya untuk
Bagaimana semua ini bisa terjadi, dirinya menikahi wanita yang juga tidak menginginkannya. Bahkan kali ini dirinya juga sedang melakukan saran sang Lady untuk mencari wanita untuk kesenangannya. Henry memasuki sebuah rumah hiburanyang terkenal menyajikan wanita-wanita dengan kualitas terbaik di seluruh London. Tadinya dia pikir beberapa wanita akan cukup untuk melupakan masalahnya, tapi ternyata dirinya tetap tidak bisa menikmati apa pun di tempat itu, begitulah akhirnya Henry kembali memilih pulang dengan berjalan kaki. Henry sampai kembali dirumahnya setelah lewat tengah malam, dan dia hanya ingin segera kembali melihat putrinya. Dia segera berjalan menaiki tangga tanpa memanggil pelayan dia hanya melempar mantelnya di sofa kemudian langsung menuju kamar bayi. Henry hanya tidak menyangka bakal menemukan Lady Cecil yang sedang tertidur di kamar bayinya sambil menyusui putrinya, Henry yang masih berdiri di ambang pintu hanya memperhatikannya sampai bebe
Akhirnya lady Cecil siuman setelah hampir dua minggu, bibi Dorothy segera membantu sang Lady untuk duduk."Oh, Nona, apa Anda ingin minum, " sang bibi sudah mengambil cangkir berisi air putih untuk nonanya yang sepertinya belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi."Bibi dimana bayiku?, tanya Cecil setelah menyentuh perutnya yang rata."Putri Anda sedang tidur di kamarnya," terang sang bibi sambil kembali membenahi selimut Lady Cecil."Putri, " kutip Cecil, dan sang bibi hanya mengangguk dan tersenyum." Istirahatlah, Nona, ini masih larut. ""Aku ingin melihatnya," mohon Cecil."Bayi Anda masih tidur. ""Aku hanya ingin melihatnya, antarkan aku ke kamar bayiku, " Cecil benar-benar mulai berkeras sampai sang bibi tidak punya pilihan kecuali menuruti keinginan nonanya."Baik lah tapi Anda masih harus berhati-hati saat berjalan, Nona. "Cecil mengangguk dan mengikuti instruksi sang bibi untuk tetap berpegangan p
"Bangunlah Cecil... Bangun! " Henry kembali memberinya udara untuk mendorong paru-parunya kemudian memompa lagi, berulang-ulang sampai tiba-tiba nafas Lady Cecil kembali tersengal berat dan Henry merasakan jantunya ikut berdenyut kembali."Oh Tuhan...! " Mia terlonjak dari keterpurukannya dan segera kembali memeriksa denyut nadi dan jantung putrinya"George tolong aku! "Henry segera bangkit dan mundur menjauh, membiarkan George dan Mia menangani putrinya. Mia menggosok telapak tangan dan telapak kaki Cecil agar tetap hangat, George menarik batal memiringkan putrinya ke kiri sebentar sambil menekan-nekan pangkal tenggorokannya agar bisa kembali bernafas, karena Cecil seperti masih tersengal-sengal untuk mendapatkan udara. Sebuah tarikan nafas dalam mengakhiri ketegangan mereka karena selanjutnya, nafas sang Lady mulai menjadi teratur setelah sempat terbatuk-batuk kecil. George membaringkan tubuh putrinya pelahan, meluruskannya agar peredaran darahnya segera kemb
James dan Alex sengaja berkunjung ke Canterbury untuk berlibur di akhir pekan, kadang Alex memang masih sering rindu pada sang bibi, jadi selama dia tinggal di London Alex memang sengaja memanfaatkan waktunya untuk sesering mungkin berkunjung. Kadang hanya untuk menemani sang Bibi mengurus taman mawarnya atau hanya sekedar menghabiskan waktu untuk menyulam. Entah bagaimana kegiatan yang dulu sangat di bencinya itu belakangan mulai menjadi kegiatan yang menyenangkan, mengingat betapa Alex pernah sangat merindukan hal sepele itu selama dia tinggal di Amerika. Mungkin benar jika tempat terbaik untuk hidup itu adalah tempat dimana orang-orang yang kita kenal berada, itulah kenapa Alex mulai kembali mempertimbangkan keinginannya untuk kembali menetap di Inggris.Ini adalah kali pertama Lady Cecil bisa menemukan cukup banyak teman untuk menyulam di rumahnya, karena dulu Lucy dan Lily memang lebih sering mengabaikannya, Lucy lebih suka mengurung diri dengan buku-bukunya,dan bagi Lil