Setelah pernikahan Lucy yang berjalan lancar, semua keluarga nampak ikut gembira menikmati puncak pesta perjamuan yang di adakan keluarga Harrington selama hampir satu minggu berturut-turut.
Lily terlihat serasi dengan gaun pucatnya yang senada dengan rompi keemasan yang di kenakan Henry, pemuda itu menuntunnya ke lantai dansa dengan gerakan lembut. Sikap periang Lily yang dikombinasikan dengan humor ringan Henry membuat pasangan muda itu terlihat paling bersinar di antara para tamu, senyum Lily seolah tidak pernah pudar saat pemuda itu mengecup punggung tangannya berulang kali.
Seperti yang di katakan Cecil, Henry adalak"Sosok lembut yang mau belajar", gambaran itu memang begitu tepat menggambarkan seorang Henry Stanley, begitulah pemuda itu selalu sabar saat mendengarkan dan memikirkan tiap perkataan sepele Lily yang kadang kurang masuk akal. Mungkin mereka memang akan bahagia jika kelak akan hidup bersama, Lily sempat merasa tenang dengan pemikiran itu samp
Dengan mengabaika pertanyaan Lily yang tersaruk-saruk mengikuti langkah lebarnya, ternyata Brandon membawa gadis itu kembali ke manor, kebetulan manor khusus tamu itu sedang sangat sepi karena semua orang masih mengikuti pesta di rumah utama."Oh tidak !" pekik Lily sudah sangat terlambat karena Brandon sudah mengangkat tubuhnya, dan melempar kannya ke atas ranjang. Ranjang tersebut sampai ikut berdencit ketika Brandon ikut merangkak naik untuk menciun Lily dengan caranya."Seharusnya Anda tidak mengajarkan seorang gadis untuk berbuat seperti ini," Lily masih mencengkram kemeja Brandon yang sebagian sudah berhasil ia buka, Lily masih tidak percaya dengan apa yang sudah dilakukannya."Lakukan saja," Brandon justru mempersilahkan Lily untuk melanjutkannya."Mungkin tidak akan lagi untuk selamanya," akhirnya Lily bisa bicara dengan tegas sambil segera membenahi gaunnya sendiri kemudian menarik pita hiasan di pinggang untuk mengikat rambut gelapnya dengan asa
Lima bulan setelah pernikahannya, David membawa lucy berkunjung ke Scotland, Lucy juga membawa kedua saudarinya Cecil dan Lily dalam rangka kunjungan keluarga tersebut. Lady Merry sebenarnya juga ingin ikut tapi kondisi kesehatannya sangat tidak memungkinkan, penyakit rematik yang sering dirasakannya lima tahun belakangan ini menjadikannya mustahil untuk melakukan perjalanan di akhir tahun, apa lagi cuaca di utara bisa berubah sangat ekstrim tiap kali memasuki musim dingin.Lily juga membawa anjingnya ikut bersama mereka, jangan heran jika akhirnya Cecil jadi ikut kerepotan mengurusinya. Mereka membawa dua kereta, satu kereta untuk Lucy dan suaminya, sementara Lily satu kereta dengan Cecil. Karena Lord Harrington juga membawa sang Countess dalam perjalanan bisnisnya ke Amerika Utara, akhirnya hanya tinggal Lily dan Cecil yang bisa ikut bersama Lucy dan David untuk mengunjungi keluarganya.Lily melihat keluar jendela di mana keretanya serasa berjalan lebih lambat, andai
Lady Lily dan Cecil masing-masing medapatkan pelayan sendiri-sendiri, sepertinya Duke of Greenock memang sudah mengatur kamar untuk setiap tamunya. Lily mendapatkan sebuah kamar yang menghadap kearah Lock, gadis itu sempat terpesona oleh pemandangan dari jendela besar kamarnya."Semoga Anda suka Lady," kata pelayan yang memgantarkannya."Ini indah.""Ya, Anda sangat beruntung dulu ini adalah kamar Lady Annelies.""Oh, apa ini tidak berlebihan, Bibi? ""Panggil saja saya Huliet, my Lady.""Terimakasih, Bibi Huliet, sepertinya Anda sudah lama bekerja di sini? ""Anda benar, aku sudah mengurus Lady Anneliess sejak kecil tiap kali sang Lady berkunjung kemari.""Ya, Lady Annelies yang cantik jelita, sebenarnya aku lebih sering mendengar tentang sang Lady dari kakak laki-lakiku," Lily masih ingat seluar biasa apa wanita yang di cintai Williamnya itu, meski sampai saat ini Lily belum terlalu berani berlama-lama memikirkan William.
*****Lily sedang menemani Lucy dan coba mengupaskan buah untuk saudarinya yang terus memuntahkan makanan sepanjang pagi. Mereka sengaja duduk di beranda untuk mendapat udara segar bagi Lucy, Cecil sudah berulang kali mengingatkan Lucy agar memikirkan hal lain tiap kali perutnya terasa mual, namun sepertinya saran itu selalu berakhir sia-sia.David baru kembali bersama Brandon yang juga baru turun dari punggung kudanya, kedua pria itu masih berjalan menyebrangi halaman saat Lucy menatap suaminya. David melambai kepadanya kemudian memukul bahu Brandon yang ikut tersenyum. Bukanya memperhatikan David yang bersemangat mendatangainya, Lucy justru memperhatikan Duke of Greenock yang terlihat lebih ceria dengan senyum paginya yang langka. Brandon memang tidak ikut menghampiri mereka, tapi bagi Lucy hal itu tetap aneh."Kenapa dia tersenyum ?" komentar Lucy saat menoleh Cecil yang duduk di sampingnya,"itu sangat aneh !" Lucy menyuarakan isi kepalanya.Cecil
Brandon, David dan Henry masih berdiskusi mengenai permintaan mendadak Lucy untuk segera pulang. Tapi mereka semua khawatir dengan kondisinya yang belum setabil, mereka masih butuh dokter untuk memastikan kehamilannya.Lily yang tidak berani mengatakan apa-apa hanya bisa berpura-pura mengelus-elus anjing kecil di pangkuannnya tiap kali Brandon coba menatapnya."Akan kuantar kalia sampai ke Glasgow, dan akan ku siapkan dokter terbaikku di sana untuk istrimu," Brandon hanya menatap David sebentar kemudian segera pergi memerintahkan para pekerjanya untuk menyiapkan perjalanan mereka besok pagi.Lily sengaja tidur bersama Cecil malam itu karena dia takut jika harus bertemu lagi denga Brandon Lington."Jujur aku agak cemas melihat kondisi Lucy," kata Cecil.Lily yang merasa bersalah tidak berani berkomentar apapun mengenai kekhawatiran saudarinya, dia ingat pesan Lucy untuk tidak bercerita pada siapapun termasuk kakak perempuannya, Cecil sekalipun. Lily
Lily masih agak linglung saat ternyata dirinya terbangun dikamar Brandon Lington, gadis itu segera berbalik untuk memeriksa pria yang masih tidur memeluk tubuhnya, Brandon pun ikut terbangun saat merasakan gadis itu mulai menggeliat."Kau benar-benar seperti monster, " kata Lily kemudian.Brandon memang benar-benar seperti monster yang sedang menunggangi tubuh kecil Lily dengan tanpa ampun."Kau boleh tidur lagi jika masih lelah," Brandon berusaha kembali menengelamkan gadis muda itu kedalam pelukannya, walau Lily masih ingat sesakit apa saat Brandon Lington agak memaksa memasukinya tapi merasakan bagaimana kulit telanjang hangat itu membungkus tubuhnya juga membuat Lily enggan bergerak."Kau akan segera terbiasa, " bisik Brando seolah sama sekali tidak mempertimbangkan berapa perbedaan proporsi tubuhnya dengan si kecil Lily yang harus menampungnya."Bukankah seharusnya kita menikah," kata Lily yang masih dalam pelukannya.
Lily mulai bosan harus berkeliaran sendirian saat Brandon sedang sibuk dengan pekerjaannya. Di luar salju sudah semakin tebal tidak mungkin untuk pergi kemanapun, dan tidak ada kegiatan menarik yang bisa di lakukannya di dalam rumah. Lily mulai keluyuran menelusuri lorong -lorong panjang di Lockwood palace yang ternyata sangat mengagumkan dengan disain arsitektur yang penuh detail luar biasa, terlihat sekali jika pemiliknya memiliki selera yang sangat bagus dan mahal untuk ukuran bangsawan kaya sekalipun. Lukisan-lukisan besar tergantung di dinding-dinding tinggi yang seluruh lantainya di alasi permadani dengan motif unik yang belum pernah Lily lihat di manapun. Gadis itu hanya penasaran apa mungkin itu salah satu motif khas dataran tinggi yang memang belum pernah diketahuinya. Tanpa sadar Lily sampai di depan ruang kerja Brandon Lington yang terasnya menghadap ke arah Lock yang sudah sempurna tertutup salju. Kebetulan pintu itu masih setengah terbuka.
Lily hanya memperhatikan bagaimana Brandon bisa terlihat begitu cocok dalam obrolannya dengan King George. Lily mendengar jika kesehatan raja mereka agak menurun belakangan ini tapi beliau terihat masih cukup bersemangat untuk memberikan beberpa nasehat dan pujian untuk Brandon, sang Raja memang menyukai pemuda itu dan sempat berpikir mengenai beberapa putrinya yang belum menikah.Raja George memang terkenal menyayangi putri-putrinya bahkan seolah tidak rela jika mereka nanti harus menikah. Raja adalah pria sederhana yang shaleh dan terkenal sangat taat, tak heran sepertinya Brandon juga sangat mengagumi sosok rajanya tersebut. Sifat dermawan dan keperduliannya pada ilmu pengetahuan dan pendidikan membuat Brandon ikut termotivasi untuk tidak pernah menyerah melanjutkan perjuangan kakeknya, Henry Lington.Dulu kakeknya HENRY lingtoon juga berteman baik dengan sang Raja, karena itu pula spertinya Raja George juga sangan menyukai cucu laki-lakinya. B