Share

XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing
XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing
Penulis: Siti Auliya

JULUKAN XL

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-21 11:55:48

Hari ini adalah hari kedua Ardhia terbaring lemas di rumah sakit, setelah mencoba tidak makan demi bisa menjadi langsing. Setidaknya,  bisa turun beberapa ons saja sudah membuatnya senang.

Dia ingat dua hari yang lalu, Ardhia bertahan hanya dengan beberapa gelas air dan potongan buah. Tentu saja sudah dari malam kepalanya pusing cenat-cenut, tapi dia tidak memperdulikannya. Terkadang memang suka minder dengan berat badan yang berlebih, bayangkan saja seratus kilogram dengan tinggi 160 cm, apa gak kelebihan empat puluh kilogram kalau menurut perhitungan berat badan ideal. 

“Debam debum debam debum,” kata anak-anak kompleks kalau Ardhia lewat di gang. Langkahnya memang berhasil menggetarkan dunia, mending saja kalau karena kecantikan dunia ikut berguncang, lah ini ....

"XL !"

Suara teriakan teman-temannya dari balik pintu berhasil mengalihkan dunia, eh lamunannya. Mereka tertawa cengengesan sambil memamerkan bawaannya. Ada parcel buah-buahan dan satu wadah yang diikat pita cantik berwarna pink. XL adalah panggilan kesayangan mereka kepada Ardhia. Dasar teman gak ada akhlak, sudah bagus-bagus dinamain Ardhia oleh orang tuanya.  Eh ... mereka malah memberi nama baru yang artinya besar sekali.

"Taraaa!" teriak Sonia, teman XL yang paling kurus. 

Xl terbelalak melihat dalamnya, wadah berpita pink itu isinya adalah kue coklat kesukaannya. Coklatnya lumer-lumer membuatnya ingin mencolek dengan jari dan menjilatnya.

"Waw!" XL juga ikut berteriak karena senang. Sesaat kemudian tertunduk karena ingat kalau sesungguhnya dia sedang diet.

"Kenapa?" tanya Dina. "Apakah kamu tidak senang dengan pemberian kami?" sambungnya.

"Mengapa kalian tidak mengerti? aku masuk rumah sakit karena diet," kata Xl sambil cemberut. Namun, sumpah matanya tak lepas dari kue coklat. Air liurnya sudah menetes rasanya.

Farah mendelikkan matanya ke atas, sambil bahunya bergerak-gerak lucu.

"Apaaah, diet? Gak salah?" tanya Farah.

"Hahaha ... hahaha." 

Semuanya tertawa terpingkal-pingkal. Adalah berita sangat fenomenal jika XL diet.

"Huss, diam, mengganggu pasien lain tahu," ujar Xl ketus.

Mereka serentak menutup mulutnya, sambil tetap cekikikan. Tentu saja gadis gendut itu semakin kesal, mereka tidak percaya kalau dirinya juga bisa diet. 

“Huh ... teman macam apa sih, kalian? Ingin kusentil hidung mereka satu persatu.” XL membatin.

Melihat XL cemberut, mereka akhirnya terdiam, mungkin merasa bersalah sudah menertawakan teman mereka yang paling baik ini.

"Dengar XL! Kamu itu tidak usah diet, gendut adalah takdirmu, sudah terima saja, kami saja terima kamu apa adanya, masa kamu tidak menerima diri kamu sendiri!" kata Farah sok bijak.

"Eeh ... takdir katamu? Astaga tidak bolehkah aku mengubah takdirku sendiri, hiks ... hiks," sergah XL lalu pura-pura menangis.

Farah berdiri, kemudian membungkuk dan memakai HP-nya sebagai mic.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, jamaah oh jamaah, Allah tidak akan merubah suatu kaum, kalau--"

"Mulai deh mulai, ustadzah gadungan ceramah," potong Dina.

Mereka kembali cekikikan sambil menunduk, takut kebablasan, ini kan rumah sakit. Ah, kalau mereka sudah berkumpul seperti ini memang apa-apa selalu menjadi bahan candaan. Ini yang XL suka dari mereka. Mereka tidak pernah merasa minder berteman dengannya yang gendut. Eh, jangan salah tapi, wajahnya itu cantik lho, kecantikan alami warisan dari almarhumah ibunya.

"Sudah ... sudah, ayo kita potong kue, mari kita kemon," ajak Sonia sambil mengambil pisau plastik. Gadis itu bersenandung kecil menyanyikan lagu potong kue, yang lain malah ikut-ikutan.

"Potong kuenya, potong kuenya sekarang juga … sekarang juga … sekarang juga, horeeee!" 

Asem banget kelakuan mereka, Xl dibuatnya tersipu-sipu. Dina memberikan satu potongan kue coklat yang besar. Ada sebuah manisan cherry di atasnya, merah merona warnanya, benar-benar sangat menggoda iman.

"Aduh, kalian mengapa jahat sekali terhadap temanmu yang imut ini," protes Xl sambil menerima potongan kue tersebut. Air liurnya sudah menetes-netes rasanya, tapi kan dia harus menjaga imej biar tidak terkesan rakus. Walaupun rasanya kue itu sudah ingin dicaplok beserta piringnya.

"Cieee ... cie, yang tidak sabar menunggu aba-aba," goda Dina. Dia mengerling nakal kepada XL sambil membagikan kue kepada yang lainnya.

"Sialan ya, masih berani menggoda orang sakit, gantian yo, mau gak?" tanya Xl kepada Dina.

"Dih, ogah amat gue sakit, luntur kecantikanku kalau aku sakit, apalagi masuk rumah sakit gara-gara tidak makan, mau ditaro di mana mukaku ini," sergah Dina.

"Tetep taro situ lah, emang mau dipindahin ke ketek apa? Bau lah," kelakar Xl. Walau sakit jiwa ngebanyolnya tetep ada.

"Sudah belum?" tanya Farah tiba-tiba.

"Apanya?" XL dan Dina balik bertanya.

"Berantem, kan? Kalau sudah, satu ... dua ... tiga, makan!" seru Farah.

Hap!

Potongan kue itu sudah berpindah ke dalam mulut mereka, rasanya endolita banget tentunya. Coklat meleleh di dalam, membuat mood kembali menjadi semangat '45. Sungguh ini lebih indah daripada memandangi artis yang lagi ngetop, begitu pikir mereka.

Mata Sonia mendelik karena seret tenggorokannya makan kue bolu. Dia mendongak, tangannya memegang leher. Dia memang paling tidak bisa makan kue-kue macam ini, cepat-cepat minum sebelum tersedak.

"Payah Lo, baru makan bolu sudah mendelik-delik macam orang kesurupan, apalagi kalau makan paku seperti Mr. Limbad, hahaha," ejek Dina sambil memijit bahu Sonia.

"Kamu pikir, aku tukang debus apa? Makan paku segala, kalau makan teman tuh baru keahlianku," kelakar Sonia

"Huuu, dasar tukang tikung," kata Farah sambil meninju pelan bahu Sonia.

"Hahaha ... hahaha." Semua tertawa mendengar kelakar Sonia.

Bahasa mereka memang amburadul, terkadang memanggil elo gue dalam berkata-kata. Sebagai warga Jakarta itu adalah bahasa sehari-hari mereka, walau bukan asli orang Jakarta, tapi mereka sudah terkontaminasi bahasa Betawi.

"Yang penting bukan pacar kamu, toh, selama janur kuning belum melingkar, sah saja ditikung," kata Sonia lagi.

"Melengkung ... melengkung, ular keles melingkar. Hihihi hihi," sergah Farah, dia tertawa sambil menutup mulutnya.

"Lho ... hiasannya bukannya melingkar-lingkar bulat, yang melengkung tiangnya, kan?" jelas Sonia. Matanya mendelik ke atas mengingat-ingat.

"Sudah ... sudah, piringku menangis minta diisi lagi, nih!" ujar XL memelas.

"Makanya, masuk rumah sakit iya … diet gagal. Ini makan yang banyak!" suruh Dina sambil menyodorkan sisa kue tadi.

XL makan kue itu dengan nikmat, dia tidak peduli lagi dengan berat badan. Tidak peduli lagi dengan diet yang begitu menyiksa, kepala pusing, ulu hati sakit. Kue ini terlalu indah kalau tidak dinikmati.

Sambil hahaha hihihihi cekikikan, mereka ngobrol ngalor ngidul tak jelas arahnya. Terlihat mereka kadang saling cubit, saling dorong. Xl bahagia mempunyai teman seperti mereka.

"Aww!" Xl menjerit sambil memegangi perut. Tiba-tiba rasa perih seperti menusuk lambung Xl. "Tolong ... sakit!" ratapnya.

Teman-temannya sangat kaget dengan keadaan XL. Mereka saling pandang dengan paniknya. 

"Panggil perawat!" suruh Dina. Gadis itu mondar-mandir dengan cemas.

Farah memencet tombol yang ada di atas tempat tidur. Perawat pun datang dengan tergesa, kemudian memeriksa keadaan Xl.

"Habis makan apa ini?" perawat bertanya kepadanya. XL tidak menjawab hanya meringis menahan sakit. Perawat itu memandang curiga kepada teman-temannya, kemudian memandang sekeliling. Matanya tertumbuk pada pita pink.

Bab terkait

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    KEHILANGAN IBU

    "Ini apa?" tanya perawat.Teman-teman XL pucat wajahnya. Mereka seperti tersangka dalam sebuah kasus."Kaa … mi hanya memberinya ku … kue coklat," kata Dina terbata-bata."Nah itu masalahnya, pasien dengan masalah pencernaan akut tidak boleh makan coklat dulu, asam lambungnya bisa naik," ujar perawat menjelaskan."Ooh, maafkan kami, kami sungguh tidak tahu," kata Farah. Nampak raut mukanya sedih melihat keadaan Xl."It's oke, semua akan baik-baik saja, sebaiknya kalian pulang, biarkan pasien beristirahat," pinta perawat kepada mereka."Oh, iya ... iya, kami pergi sekarang," ujar Sonia cepat. Gadis itu bersiap-siap untuk segera pergi."XL, kami pulang dulu, ya, cepat sembuh! Tidak usah diet lagi, kami semua sayang kamu." Dina berpamitan. Sonia dan Farah ikut menanggukan kepala, mata mereka basah. “Rupanya para mahluk tengil ini bisa juga terharu,” pikir Xl. Dia juga ikut larut dalam perasaan sedih.XL berusaha untuk tersenyum, walau mungkin kelihatannya seperti sebuah seringai. “Sudahl

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    FARAH

    Samar-samar XL melihat wajah setengah tua itu memandangnya dengan perasaan sayang yang luar biasa."Nak, kamu tidak apa-apa, kan?" bisik orang tersebut. Mungkin ia menyangka XL masih tertidur.Gadis itu memperhatikan bapaknya sudah mulai tua, keriput di wajahnya sudah muncul satu persatu. Begitu juga uban sudah tumbuh di kepala. Laki-laki luar biasa ini sudah begitu banyak pengorbanan demi dirinya. Akan tetapi dirinya merasa belum berkesempatan untuk membalas segala kebaikannya itu."Ardhia," Bapak memanggil dengan lirih. Nampak kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya."Bapak," bisik XL pula. Gadis itu meraih tangan bapaknya dengan sebelah tangan. Menciumnya dengan takzim, gadis itu merasa sesak napasnya karena terharu."Bagaimana keadaanmu?" tanya bapak XL."Baik, Bapak sudah pulang kerja?""Iya, Nak.”Bapak XLnampak capek habis pulang kerja, orang tua itu bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kecamatan. "Banyak kerjaan ya, Pak?" tanya Ardhia melihat kelelahan di wajah Bapak."Ban

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    DINA

    XL terkekeh ingat dulu masa kecilnya, biarpun gendut tapi pemberani. Itu karena didikan almarhum ibunya yang mengajarkan kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak. Kalau orang lain bisa merundung kita, mengapa kita tidak bisa melawan. XL ingat-ingat itu sampai dirinya beranjak dewasa."Lalu, Lo kenal dengan Dina di mana?" tanya Farah. Bahasanya sudah amburadul, kadang kamu, kadang lo gue, mereka happy saja."Di tengah jalan raya," jawab XL. Sontak gadis di depannya kaget."Lho, kok bisa? Mana ada seperti itu. " Farah memandang XL keheranan."Bisa lah, kita berkenalan sama orang kan bisa di mana saja," jelas Xl. Dia tetap membuat Farah penasaran."Masa iya di tengah jalan raya? Aneh aja, ceritakan dong!" pinta Farah."Oke ... baiklah, tapi aku ngantuk ini, mungkin efek dari obat," keluh XL. Matanya tiba-tiba terasa berat, kepala terkulai karena rasa kantuk yang menyerang."Baiklah tidur saja, bercerita bisa kapan saja," sahut Farah. Gadis itu membenarkan letak selimut Xl. "Aku tungguin

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    CALON SUAMI?

    Tok tok tok.Suara ketukan halus di pintu itu terdengar lagi. Terasa horor sekali karena hari sudah lewat tengah malam. Tanpa menunggu ada yang membukakan pintu, pintu didorong dari luar karena pintu memang tidak dikunci. Seraut wajah ayu dengan baju putih menyembul dari balik pintu."Permisi … cek malam, Mbak," kata seorang suster. Dia mengecek infusan dan memberi XL sebutir pil.Ahh ... ternyata perawat yang jaga malam. Terlihat Farah dan Dina mengempaskan napas, begitupun XL, mereka mengira hantu yang ingin mengganggu karena menurut yang mereka dengar, makhluk seperti itu banyak terdapat di rumah sakit.Dina menutup pintu setelah perawat itu keluar, lantas mengelus dada, mungkin merasa lega, karena bukan suster ngesot yang muncul."Untung perawat beneran, coba kalau seperti yang di film-film mati berdiri aku, Rek," kata Dina, logat Surabayanya nongol."Dikira memang apa?" tanya XL."Ya seperti di film suster ngesot lah, suster melayang, tiren atau dokter padahal hantu, tapi dokter k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    MELAMAR ATAU DILAMAR?

    Semua kaget termasuk XL. Malah Sonia hampir menelan sendok kalau tidak segera dikeluarkan. "Uhukkks," Dina terbatuk-batuk. Entah keselek apa dia, mungkin biji durian, tapi kan mereka tidak sedang makan durian, oh mungkin keselek bijian nasi. Intinya mereka semua kaget dengan ucapan bapaknya XL.Mereka semua memandang bibir bapak XL, menanti ucapan yang akan keluar selanjutnya. Namun, bapak hanya tersenyum sok misterius. Tentu saja mereka sangat penasaran."Jangan sekate-kate ya, Pak," sergah XL. Matanya mendelik ke atas, mungkin akan terlihat lucu dan menggemaskan bagi yang melihatnya. Ooh, sepede itukah dia? Hihihi."Iya, Pak, kalau bawa info itu yang akurat, benarkah Yudha calon suami XL?" tanya Farah sambil mendekati bapak."XL?" Bapak mengernyitkan keningnya. Tentu saja dia tidak tahu siapa yang dimaksud."Eh ... eh ... Ardhia maksudnya, Pak. Hihihi," jelas Farah sambil tertawa, kemudian menutup mulutnya.Ardhia melotot memberi kode kepada Farah. Nanti bapaknya marah anak gadis ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    MELAMAR KERJA

    'Kok, Yudha sih, duh ada apa dengan diriku ini?' Hati Ardhia berteriak-teriak. Sepertinya ia tak rela hatinya berceloteh tentang Yudha. Bukankah tadi siang dia sudah menyebutnya gendut, tapi kan bilang cantik juga? Bingung deh jadinya Xl, hati terbelah menjadi dua kubu, yang satu membenci Yudha, satu lagi tertarik. Aduh dia harus ikut yang mana sedangkan dua-duanya adalah hatinya yang utuh kalau bersatu."Ngelamunin apa, hayo?" kata Bapak."Bapak mengagetkan saja, bagaimana kalau anak Bapak yang cantik tiada duanya ini kena serangan jantung," rutuk Ardhia.Bapak cuma tertawa, giginya yang putih masih berbaris rapi di tempatnya, belum ada yang tanggal. Xl pikir dan pandang-pandang Bapak itu memang ganteng. Jadi, sudah tahu ya sekarang, Xl cantik itu turunan dari mana? gadis itu senyum-senyum sendiri."Lah itu, malah senyum-senyum gak jelas," kata Bapak. "Pasti lagi mikirin pacar, eh anak Bapak memang sudah punya pacar?" sambungnya bertanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    HALU TINGKAT DEWA

    "Sini, dengarkan," bisik Ardhia."Apa?" jawab Farah."Pas dia lewat, aku sebarkan ini di depannya, lantai keramik kan licin, jadi ... brukkk!" Xl membalikkan tangan sambil mendelikkan mata, terlihat lucu sih.Farah tertawa sambil menutup mulutnya, Xl pun ikut-ikutan tertawa. Dasar memang pada gak ada akhlak, orang kena musibah malah senang, hihihihi. 'Inilah aku, Xl, daripada makan hati dibully orang, masih mending putar otak untuk membalas, benar kan?' kata batinnya.Seharian ini Xl belajar banyak tentang pekerjaan barunya, pokoknya siapa yang keteteran di kelompok, maka kursi ditarik ke sana. Menyenangkan sekali, bekerja tidak terlalu capek.Ardhia melihat Mbak Titik, orang yang tadi terjatuh di kantin, memandang padanya dengan sorot mata yang aneh. Ih masa bodoh lah ya, siapa suruh mentertawakan. Bukankah Ardhia dan dia sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.Sepulang kerja Ardhia dan Farah berencana mau makan-makan di warung pecel

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 9. DIJODOHKAN

    Setelah kejadian di warung makan itu, XL seperti orang linglung. Rupanya dia sakit karena terkena panah asmara. Namun, dia berusaha untuk tidak menampakannya."Pak, memang Bapak serius mau menjodohkan aku sama Yudha?" tanya XL suatu hari. Rupanya XL sudah tidak tahan menahan rasa sukanya sama Yudha. Maka dicarilah alasan untuk bertanya tentang perjodohan yang pernah bapaknya dahulu bahas."Kamu tertarik?" tanya Bapak. Matanya tetap fokus pada surat kabar yang dibacanya."Mampus gue!" serunya dalam hati. "Bapak tahu isi hatiku, aku harus pura-pura tidak tertarik.""Bukan begitu," kilah XL. "Kalau memang benar, aku setuju saja, demi baktiku kepada orang tua." Halah, munafik. Memang dia paling bisa deh, pura-pura berbakti, padahal hatinya ngebet. Hahaha, bisa saja bapaknya dikibulin."Nanti Bapak bicara lagi dengan Pak Seno, sudah waktunya memang kalian berumah tangga," jawab bapak. Oh, Tuhan … tidak ada jawaban yang paling membahagiakan bagi XL, kecuali ini. Bapaknya dan calon mertuany

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25

Bab terbaru

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 36. PERJANJIAN

    Mendengar keributan yang terjadi antara Yudha dengan ibunya membuat Ardhia bangun. Dia mengendap-ngendap keluar dari kamarnya dan mendengar percakapan mereka.Ardhia sedih mendengar kata-kata mamanya alias mertuanya, tidak menyangka sebegitu bencinya mertuanya itu kepadanya.Masih beruntung Yudha membelanya walau tidak sepenuhnya. Ardhia dengan cepat balik lagi ke kamar setelah mendengar Yudha menaiki tangga. Namun, masih terdengar olehnya Wina mengumpat Yudha“Astaga Ibu macam apa seperti itu. Kamu beruntung Nak, mempunyai Ibu seperti aku. Ibu tidak akan berlaku seperti itu kepadamu, kamu baik-baik, ya di dalam perut Ibu,” bisik Ardhia sambil mengusap perutnya.Ardhia memasang telinganya baik-baik, mendengar ada suara mendatangi kamarnya. “Apakah itu Yudha?” tanyanya dalam hati. “Mau apa dia ke sini? Sial pintunya belum dikunci lagi tadi,” gumam Ardhia sambil membetulkan selimutnya, pura-pura tertidur pulasKlotak! Terdengar pintu dibuka, Yudha melongokkan kepalanya ke kamar Ardhia

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 35. HAMIL ANAK SIAPA?

    Hari demi hari dijalani Ardhia dengan bimbang. Sementara Yudha belum berubah dan Wina bertambah tidak menyukainya. Hanya Seno yang selalu memperhatikannya dan itu membuat Wina cemburu.“Papa … Mama nggak suka ya, kalau Papa terlalu memperhatikan Ardhia! Apakah Papa suka sama dia?” tanya Wina tanpa tedeng aling-aling. Tentu saja Seno terkejut mendapat pertanyaan dari Wina seperti itu. Matanya melotot, hampir melompat dari tempatnya.“Suka bagaimana? Fari dulu juga Papa suka sama Ardhia. Makanya dia Papa jadikan menantu, aneh-aneh aja,” jawab Seno sambil memandang istrinya tajam. Tidak suka sama sekali dengan ucapan istrinya.“Maksud Mama bukan itu. Papa suka sama dia?” tanya Wina lagi semakin kurang ajar. Wanita itu memandang penulis selidik.“Jaga ucapanu! Mama tidak pantas berbicara seperti itu. Ardhia itu menantuku dan dia sekarang sedang mengandung anak Yudha!” ujar Seno keras karena emosi. Dia keceplosan dan berbicara tentang kehamilan Ardhia.“Apa hamil? tanya Wina gak kalah kag

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 34. DIKETAHUI SENO

    Perlahan-lahan tangan keriput itu menyentuh perut Ardhia, rupanya butuh tenaga ekstra agar bisa mendapatkan apa yang dimaksud. Soalnya perut ardia sedikit gendut walaupun dia sudah berkurang beberapa kilogram tapi perutnya masih besar.Dengan harap-harap cemas Ardhia memegang perut dan tangan nenek parah. Dia terkikik sendiri.“Kamu diam tangannya! Jangan dipegang tangan Nenek,” ujar nenek sambil tersenyum. Dia maklum jika Ardhia belum pernah diurut.“Geli Nek … geli, hihi hihihi,” kata ardia sambil cekikikan lagi. Dia merasa tidak tahan saat tangan neneknya Farah menjelajahi perutnya.“Tahan sedikit, kamu mau tahu nggak, hamil atau tidaknya?” tanya neneknya Farah. Tangannya tetap menelusuri perut Ardhia yang sudah licin berminyak. Tiba-tiba nenek itu terdiam saat merasakan sesuatu, ditekannya lagi berkali-kali untuk memastikan perasaannya.Farah tahu apa yang ditemukan neneknya itu, dia memandang tegang ke arah neneknya. Ardhia juga memandang ke wajah nenek dan Farah dengan bingung

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab. 33 ALTERNATIF

    Ardia dan Farah duduk menghadapi masing-masing semangkuk mie ayam. Ardhia menunduk setelah mendengar perkataan dokter tadi.“Negatif.”Kata-kata dokter tadi membuatnya sedikit kecewa. Sesungguhnya dia berharap keajaiban terjadi. Dia ingin hamil dan mengandung anak Yudha. Seandainya mereka pisah nanti ada kesibukan mengurus anak.“Baguslah kamu nggak hamil,” kata Farah. Dia melihat ke arah sahabatnya itu, hatinya ikut merasakan sakit mendengar penuturan Ardhia yang tidak diperbolehkan mertuanya untuk satu kamar dengan Yuda.“Eh buset, harusnya aku hamil ini,” tukas Ardhia sambil mengaduk-aduk mie.“Lho, gimana sih, tadi katanya masih perawan, hamil anak siapa jadinya?” Ardhia tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. Kelebihan Ardhia adalah, mampu menyembunyikan rasa sakit dalam senyuman.“Tapi kok aku seperti orang hamil, ya? Ini aja mual-mual tiap pagi. Sebenarnya aku punya rahasia, tapi ini cuma kamu dan aku saja ya.” Ardhia berbisik sambil memandang Farah.Terlihat keraguan dari

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 32. HAMIL

    Esok harinya mereka pulang kembali ke Jakarta. Wina masih tetap ketakutan dengan boneka hantu tersebut, dirinya tetap mengira jika kamar Ardhia ada hantunya.“Pokoknya aku mau pulang hari ini,” kata Wina. Dia membereskan kopernya, tanpa jalan-jalan ke pantai ataupun belanja oleh-oleh. Pokoknya harus pulang hari ini, begitu pikirnya“Ya, udah Mama saja yang pulang. Aku masih seminggu di sini,” kata Ardhia dia tidak mau mengikuti kata mertuanya itu. “Salah sendiri ikut-ikutan bulan madu, pengantin juga bukan,” pikir Ardhia.“Ya udah, kalau kita mau pulang,” kata Seno. “Biarkan Yudha dan Ardhia tetap di sini.”“Tidak bisa … tidak bisa, Yudha harus pulang juga. Ardhia cepat bereskan bajumu!” suruh mertuanya itu.Ardhia memanyunkan bibirnya, dia kesal dengan campur tangan mertuanya itu. Urusannya apa dia ikut-ikutan ke Bali. “Huh ngapain, sih? Dia sekarang ngerecokin lagi. Sudah jauh-jauh malah ikut-ikutan datang ke sini. Bulan maduku jadi gagal,” gerutu Ardhia dalam hati. Kemarin digang

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 31. BIKIN KAPOK MERTUA

    Ardhia yang tengah tertidur pulas terganggu dengan dinyalakannya lampu oleh Seno. Dia terkejut saat bapak mertuanya ada di kamarnya. Tidak sadar kapan masuknya. “Papa sedang apa?” tanya Ardhia. Gadis itu cepat bangkit dari tidurnya. Merasa curiga dengan mertuanya diam-diam dirinya memeriksa tubuhnya. Tidak ada yang mencurigakan.“Mamamu bilang ada boneka hantu di sini?” kata Seno. Terbungkuk-bungkuk lelaki itu mencari boneka yang dimaksud.“Mana ada boneka hantu … tidak ada,” kata Ardhia. “Ayo lihat, kita periksa bareng-bareng!” ajak Ardhia sambil berdiri. Wanita itu mengawasi sekitar, tidak terlihat ada yang aneh dan mencurigakan“Dasar mamakmu, ada-ada saja,” sahut Seno kesal. Lelaki itu juga mencari-cari tidak ada boneka apalagi boneka hantuTidak lama kemudian datang Yudha bersama Wina, rupanya pemuda itu terganggu tidurnya karena kegaduhan mereka.“Ada apa sih selalu ribut-ribut … dari tadi ribut sekarang ribut,” gerutu Yudha. “Mama kamu nih, selalu bikin onar, sekarang dia bi

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 30. BONEKA MISTERIUS

    Yudha datang sambil berkacak pinggang, dia melongo melihat orang tuanya datang. Tadi sempet juga ibunya menelpon tapi tidak digubrisnya dia sangat terpukul dengan kejadian semalam. Eh … rupanya tadi itu sudah di bandara.“Apa-apaan ini?” tanya Yuda. Dia tidak habis pikir mengapa mama dan papanya ada di sini. Mau apa mereka datang. “Mama jelaskan padaku!” suruh Yudha. Kepalanya semakin mumet rasanya. Nyut-nyutan seperti mau pecah.“Mama aja tidak mau terjadi apa-apa dengan Ardhia.” Wina memandang menantu gendutnya itu. Ardhia jadi salah tingkah, merasa jika mertuanya itu sebenarnya perhatian padanya.“Maksudnya apa?” tanya Ardhia. Rasanya dia sudah bisa mengurus dirinya sendiri. “Mama tidak usah terlalu khawatir.” Wina terlihat gugup mendengar pertanyaan ardia sementara Seno hanya melongo saja. Lelaki itu tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Biasanya juga orang bulan madu itu tidak membawa keluarga.“Mama, ayo ke kamar kita!” ajak Seno. Dia merasa istrinya itu sudah ngelantur. Bil

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 29. PINDAH KAMAR

    Ardhia terkekeh melihat Yudha meremas kepalanya. Lelaki itu merasa sangat bodoh dengan kejadian ini. Dia meyakini bahwa ini benar-benar terjadi.“Mengapa kamu tidak tidur di bawah semalam?” tanya Yudha dengan wajah keruh. “Itu … itu … darah per ….” Yudha tidak melanjutkan perkataannya. Dia maklum sendiri, apa yang sudah terjadi sesungguhnya. Sedikit kelegaan menjalar di hatinya. “Ternyata dia masih gadis tulen.”“Enak aja suruh tidur di bawah, kucing di rumahku aja tidur di kasur.” Ardhia menjawab tak kalah judes. Dia sudah menemukan jati dirinya. Tidak akan terima begitu saja direndahkan oleh Yudha. Wanita itu harus mengikuti permainan Yudha.Gadis itu tahu, suaminya itu takut dengan ayahnya alias mertuanya. Sedangkan Ardhia adalah menantu pilihannya. Jadi, dia kini tidak akan mengalah begitu saja. Sok aja kalau berani.“Lalu … semalam itu?” Yudha rupanya masih menyesali perbuatannya. Masih berharap dirinya hanya tidur tanpa grapa grepe ke istrinya. Namun, sulit dipercaya jika tidak

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 28. AZIMAT

    Ardhia tertawa puas sambil menutup mulut. Dia berjingkat-jingkat menuju kursi dekat meja rias. Ingin melihat siapa saja yang komen. “Hah, ibu mertuaku kasih emot melongo. Ckckck … di luar nurul.” Ardhia senang karena orang-orang yang dibidiknya sudah melihat siaran langsungnya. Cepat-cepat Ardhia menghapus postingannya tersebut.Ping ping ping ping.Terdengar tanda pesan masuk di HP Yudha. Entah berapa puluh kali, pasti itu dari Nissa. Puas rasanya Ardhia sudah melakukan sesuatu yang memaksa mereka untuk mengakuinya sebagai istri Yudha.“Kurus aku jika lama-lama makan hati.” Ardhia mengusap lehernya yang rata. Tidak ada tulang menonjol seperti model-model. Dia yakin jika ikut senam BL (Body Language) juga dirinya pasti langsing. “Hoam.” Terganggu dengan bunyi ponselnya, Yudha membuka matanya. Dia meraba-raba kasur mencari benda tersebut sambil menguap.Rupanya rasa kantuk yang luar biasa tidak membuat lelaki itu membuka ponselnya. Dia malah tertidur lagi dengan layar ponsel yang terb

DMCA.com Protection Status