Share

KEHILANGAN IBU

Author: Siti Auliya
last update Last Updated: 2021-09-21 12:14:31

"Ini apa?" tanya perawat.

Teman-teman XL pucat wajahnya. Mereka seperti tersangka dalam sebuah kasus.

"Kaa … mi hanya memberinya ku … kue coklat," kata Dina terbata-bata.

"Nah itu masalahnya, pasien dengan masalah pencernaan akut tidak boleh makan coklat dulu, asam lambungnya bisa naik," ujar perawat menjelaskan.

"Ooh, maafkan kami, kami sungguh tidak tahu," kata Farah. Nampak raut mukanya sedih melihat keadaan Xl.

"It's oke, semua akan baik-baik saja, sebaiknya kalian pulang, biarkan pasien beristirahat," pinta perawat kepada mereka.

"Oh, iya ... iya, kami pergi sekarang," ujar Sonia cepat. Gadis itu bersiap-siap untuk segera pergi.

"XL, kami pulang dulu, ya, cepat sembuh! Tidak usah diet lagi, kami semua sayang kamu." Dina berpamitan. Sonia dan Farah ikut menanggukan kepala, mata mereka basah.

“Rupanya para mahluk tengil ini bisa juga terharu,” pikir Xl. Dia juga ikut larut dalam perasaan sedih.

XL berusaha untuk tersenyum, walau mungkin kelihatannya seperti sebuah seringai. “Sudahlah yang penting bibir tertarik ke atas, mau dimaknai seringai atau senyuman, bodo amat!” kata batin XL.

"Terima kasih, kuenya enak, aku mampu menghabiskan dua loyang lagi kalau ada," bisik XL ke telinga Farah saat memeluk.

"Eh!" Farah bereaksi kaget sambil mencubit pinggang Xl. "Asal kau sembuh, aku kasih tiga loyang," sambungnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Sip," jawab Xl sambil mengacungkan jempol. Matanya berbinar membayangkan lezatnya kue coklat.

"Aku jadi curiga, ada apa bisik-bisik?" tanya Dina.

"Rahasia ... sudahlah, ayo pulang sebelum kena marah perawat, let's go kita cabut," ajak Farah.

Setelah memeluk XL bergantian, mereka pergi meninggalkannya yang kembali kesepian dengan selang infus di tangan yang membuat tangannya pegal.

**

Rasa sepi ini membawa Xl teringat kembali kepada almarhumah ibunya. Dari kecil dia tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Ibunya meninggal saat usia gadis itu masuk SD. Bapaknya yang membesarkannya sendirian.

Bapak tidak tertarik untuk berumah tangga lagi, dirinya fokus mengurus dan menyekolahkan XL. Walau cuma lulus SLTA, tapi perjuangan bapaknya sungguh berat, menjadi seorang bapak sekaligus ibu. Ibu, samar-samar diingat XL adalah seorang yang lemah lembut, cantik dengan raut muka keibuan.

Tinggal di pemukiman yang masih belum terlalu ramai, perbatasan antara Jakarta dan Bogor. Cuacanya masih sejuk karena masih terdapat pohon-pohon besar, seperti pohon kecapi dan mahoni. Masih XL ingat dulu sering melihat orang memanjat kecapi, dan dirinya memungutnya di bawah. Asem manis rasanya dicocol sama kecap, enak.

Bertubuh bongsor sejak TK, banyak anak yang suka membully. Akan tetapi dia tidak menangis tapi lebih suka melawan karena ibunya dulu selalu berkata, " Tidak usah menangis, lawan orang yang menyakitimu!"

Masih XL ingat saat ibunya selalu pulang dulu dan dia ditinggalkan di sekolah sendiri, lalu nanti dijemput lagi. Merasa tidak akan ada yang membelanya seorang anak laki-laki mendekati, Irfan namanya.

"Gendut!” panggil Irfan keras. Bocah laki-laki itu bertolak pinggang sambil menatap XL tajam.

XL memandangnya sekilas, lalu lanjut kembali makan jajanan cilok kesukaannya. Nikmat sekali rasanya, bumbu kacangnya juga enak. Itu merupakan makanan favorit sampai sekarang.

"Hai, gendut! Sudah gendut budek pula!" maki Irfan kesal.

Tetap XL biarkan karena yakin Irfan pasti akan kesal sendiri karena tidak direspon. Terbukti, lelaki kecil itu marah-marah dan mendorong dada gadis kecil tersebut. XL yang sudah siap dengan ajaran ibunya siap mempraktekkan sesuatu. Ibu seperti malaikat baginya, dia tahu dengan badan XL yang lebih besar dari anak-anak lain pasti akan ada yang merundungnya.

"Ardhia budek!" panggil Irfan lagi dengan keras.

Dia kembali mendorong XL. Tangan Irfan yang kecil ditangkap gadis itu, lalu dipelintir sedikit. Cukuplah untuk membuatnya meringis, tangan XL satu lagi menepuk dada Irfan.

"Kalau suka bilang dong," ujar XL sambil mengedipkan mata genit.

Irfan sangat malu mukanya merah padam, mungkin juga dia marah. Masa bodoh, XL kecil tidak peduli. Anak-anak perempuan yang lainnya bersorak gembira. Sebenarnya mereka juga tidak suka karena Irfan itu jahil. Kadang rambut mereka yang sudah diikat rapi dan diberi pita ditariknya sampai acak-acakan. Namun, mereka tidak berani melawan.

Melihat XL mampu membuat Irfan malu dan tidak berkutik, murid perempuan berkumpul di belakang gadis itu. Mereka menunjuk-nunjuk Irfan sambil tertawa-tawa.

"Bilang kalau suka," kata Julia. Lantas cekikikan sambil menutup mulutnya.

"Astaga, jangan-jangan kamu juga suka aku? Sebab kamu suka menarik kunciranku." Emily ikut bersuara.

Irfan yang sebenarnya bernyali kecil, tidak tahan lagi dengan cercaan anak-anak yang selalu diganggunya. Dia berlari menuju ibunya, kemudian menangis.

"Mamaa, Ardhia jahat ... Ardhia jahat." Sambil menangis dia mengadu, ibunya mendelik melihat Xl, tapi gadis itu tidak peduli.

“Aku tidak takut, aku juga sama punya ibu yang siap membelaku,” gumam XL sambil melengos.

Saat pulang, Ardhia menggandeng tangan ibunya. XL bercerita tentang kejadian tadi pagi.

"Ibu, tadi Irfan menyebutku gendut, budek," ujar XL. Gadis itu mulai melaporkan apa yang tadi dialaminya.

"Hmmm, lalu ...."

"Aku tepok dadanya, lalu aku pelintir tangannya sedikit. Gak kencang-kencang takutnya nanti patah. seperti kata Ibu, kalau suka bilang, begitu," tutur XL. Dia begitu antusias saat bercerita.

"Bagus!" puji ibunya singkat sambil tertawa kecil. Dia lantas mengusap rambut gadis kecilnya.

Sejak saat itu, XL tidak pernah membiarkan orang lain untuk merundungnya. Dia tumbuh menjadi orang yang percaya diri. Orang yang mengusik pasti akan kapok kalau sudah berurusan dengannya. Dia tidak takut berkelahi dengan anak laki-laki nakal. Namun, gadis itu juga tidak akan berkutik kalau dia yang salah. Meski demikian gadis itu selalu mendapat bulian.

**

Kenangan masa kecil itu begitu membekas, tidak terasa matanya basah. Dia teringat dengan ibunya. Seandainya masih ada tentu saat ini gadis itu tidak sendirian. Lamunan melayang ke episode sebelumnya. Hari itu tanpa lelah menangis di samping jenazah. Terus menangis sampai matanya bengkak dan napasnya sesak.

"Pak, aku tak bisa hidup tanpa Ibu," ratap XL kepada bapaknya.

"Sabar, Nak, kan masih ada, Bapak," kata bapaknya mencoba menenangkan.

"Tidak bisa, Pak, tidak ada yang membelaku nanti, kalau aku diganggu orang, huu hu hu." XL menangis tanpa henti

"Masih ada Tante, sabar ya, Dia," hibur tantenya.

"Pak, uang Bapak habis ya, Pak,? Uang Bapak tidak cukup lagi ya, Pak, hingga Ibu begini, bangun ... Bu, bangun!" Ardhia terus menangis sambil mengguncang-guncang badan ibunya yang terbujur kaku.

Orang-orang melihat dengan tatapan yang trenyuh. Ardhia tidak perduli, hari ini adalah hari terakhirnya melihat Ibu.

"Pak, kalau kita bawa lagi ke rumah sakit, Ibu bangun kan, Pak?" tanya Xl pada Bapak.), PP

Bapak menggeleng lesu, air matanya perlahan jatuh tak mampu tertahan lagi. Semua orang menghibur, tapi saat itu gadis kecil itu tidak berhenti menangis. Dia memeluk Ibunya menunggu keajaiban dapat hidup lagi.

"Bu, aku tak kuat lagi, Bu, dadaku sesak, bangunlah, Bu, sebentar saja!" Ardhia masih terus meratap-ratap.

"Makanya, sudah nangisnya kalau dadamu sudah sesak, ayo pindah duduknya, jenazah ibumu harus segera dimandikan," kata tantenya.

"Biar aku saja yang mandikan, aku suka disuruh Ibu menggosok punggungnya, nanti aku gosok kakinya juga, huu hu hu," Ardhia berkata kepada tantenya, tangisannya tak juga reda.

"Boleh, kamu boleh ikut memandikan," jawab tantenya.

Dengan langkah terhuyung-huyung, Xl ikut memandikan Ibu, dirinya memperhatikan wajah ibunya baik-baik, merekam dalam ingatannya. Itulah terakhir Ardhia kecil melihat ibu.

Mata Xl panas rasanya, lalu menangis teringat Ibu. Mungkin karena pengaruh obat, kemudian dia pun tertidur. Terbangun saat satu tangan halus menggenggam tangannya. Perlahan gadis itu membuka matanya untuk melihat siapa yang datang?

Related chapters

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    FARAH

    Samar-samar XL melihat wajah setengah tua itu memandangnya dengan perasaan sayang yang luar biasa."Nak, kamu tidak apa-apa, kan?" bisik orang tersebut. Mungkin ia menyangka XL masih tertidur.Gadis itu memperhatikan bapaknya sudah mulai tua, keriput di wajahnya sudah muncul satu persatu. Begitu juga uban sudah tumbuh di kepala. Laki-laki luar biasa ini sudah begitu banyak pengorbanan demi dirinya. Akan tetapi dirinya merasa belum berkesempatan untuk membalas segala kebaikannya itu."Ardhia," Bapak memanggil dengan lirih. Nampak kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya."Bapak," bisik XL pula. Gadis itu meraih tangan bapaknya dengan sebelah tangan. Menciumnya dengan takzim, gadis itu merasa sesak napasnya karena terharu."Bagaimana keadaanmu?" tanya bapak XL."Baik, Bapak sudah pulang kerja?""Iya, Nak.”Bapak XLnampak capek habis pulang kerja, orang tua itu bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kecamatan. "Banyak kerjaan ya, Pak?" tanya Ardhia melihat kelelahan di wajah Bapak."Ban

    Last Updated : 2021-09-21
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    DINA

    XL terkekeh ingat dulu masa kecilnya, biarpun gendut tapi pemberani. Itu karena didikan almarhum ibunya yang mengajarkan kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak. Kalau orang lain bisa merundung kita, mengapa kita tidak bisa melawan. XL ingat-ingat itu sampai dirinya beranjak dewasa."Lalu, Lo kenal dengan Dina di mana?" tanya Farah. Bahasanya sudah amburadul, kadang kamu, kadang lo gue, mereka happy saja."Di tengah jalan raya," jawab XL. Sontak gadis di depannya kaget."Lho, kok bisa? Mana ada seperti itu. " Farah memandang XL keheranan."Bisa lah, kita berkenalan sama orang kan bisa di mana saja," jelas Xl. Dia tetap membuat Farah penasaran."Masa iya di tengah jalan raya? Aneh aja, ceritakan dong!" pinta Farah."Oke ... baiklah, tapi aku ngantuk ini, mungkin efek dari obat," keluh XL. Matanya tiba-tiba terasa berat, kepala terkulai karena rasa kantuk yang menyerang."Baiklah tidur saja, bercerita bisa kapan saja," sahut Farah. Gadis itu membenarkan letak selimut Xl. "Aku tungguin

    Last Updated : 2021-09-21
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    CALON SUAMI?

    Tok tok tok.Suara ketukan halus di pintu itu terdengar lagi. Terasa horor sekali karena hari sudah lewat tengah malam. Tanpa menunggu ada yang membukakan pintu, pintu didorong dari luar karena pintu memang tidak dikunci. Seraut wajah ayu dengan baju putih menyembul dari balik pintu."Permisi … cek malam, Mbak," kata seorang suster. Dia mengecek infusan dan memberi XL sebutir pil.Ahh ... ternyata perawat yang jaga malam. Terlihat Farah dan Dina mengempaskan napas, begitupun XL, mereka mengira hantu yang ingin mengganggu karena menurut yang mereka dengar, makhluk seperti itu banyak terdapat di rumah sakit.Dina menutup pintu setelah perawat itu keluar, lantas mengelus dada, mungkin merasa lega, karena bukan suster ngesot yang muncul."Untung perawat beneran, coba kalau seperti yang di film-film mati berdiri aku, Rek," kata Dina, logat Surabayanya nongol."Dikira memang apa?" tanya XL."Ya seperti di film suster ngesot lah, suster melayang, tiren atau dokter padahal hantu, tapi dokter k

    Last Updated : 2021-09-22
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    MELAMAR ATAU DILAMAR?

    Semua kaget termasuk XL. Malah Sonia hampir menelan sendok kalau tidak segera dikeluarkan. "Uhukkks," Dina terbatuk-batuk. Entah keselek apa dia, mungkin biji durian, tapi kan mereka tidak sedang makan durian, oh mungkin keselek bijian nasi. Intinya mereka semua kaget dengan ucapan bapaknya XL.Mereka semua memandang bibir bapak XL, menanti ucapan yang akan keluar selanjutnya. Namun, bapak hanya tersenyum sok misterius. Tentu saja mereka sangat penasaran."Jangan sekate-kate ya, Pak," sergah XL. Matanya mendelik ke atas, mungkin akan terlihat lucu dan menggemaskan bagi yang melihatnya. Ooh, sepede itukah dia? Hihihi."Iya, Pak, kalau bawa info itu yang akurat, benarkah Yudha calon suami XL?" tanya Farah sambil mendekati bapak."XL?" Bapak mengernyitkan keningnya. Tentu saja dia tidak tahu siapa yang dimaksud."Eh ... eh ... Ardhia maksudnya, Pak. Hihihi," jelas Farah sambil tertawa, kemudian menutup mulutnya.Ardhia melotot memberi kode kepada Farah. Nanti bapaknya marah anak gadis ya

    Last Updated : 2021-09-24
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    MELAMAR KERJA

    'Kok, Yudha sih, duh ada apa dengan diriku ini?' Hati Ardhia berteriak-teriak. Sepertinya ia tak rela hatinya berceloteh tentang Yudha. Bukankah tadi siang dia sudah menyebutnya gendut, tapi kan bilang cantik juga? Bingung deh jadinya Xl, hati terbelah menjadi dua kubu, yang satu membenci Yudha, satu lagi tertarik. Aduh dia harus ikut yang mana sedangkan dua-duanya adalah hatinya yang utuh kalau bersatu."Ngelamunin apa, hayo?" kata Bapak."Bapak mengagetkan saja, bagaimana kalau anak Bapak yang cantik tiada duanya ini kena serangan jantung," rutuk Ardhia.Bapak cuma tertawa, giginya yang putih masih berbaris rapi di tempatnya, belum ada yang tanggal. Xl pikir dan pandang-pandang Bapak itu memang ganteng. Jadi, sudah tahu ya sekarang, Xl cantik itu turunan dari mana? gadis itu senyum-senyum sendiri."Lah itu, malah senyum-senyum gak jelas," kata Bapak. "Pasti lagi mikirin pacar, eh anak Bapak memang sudah punya pacar?" sambungnya bertanya.

    Last Updated : 2021-09-28
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    HALU TINGKAT DEWA

    "Sini, dengarkan," bisik Ardhia."Apa?" jawab Farah."Pas dia lewat, aku sebarkan ini di depannya, lantai keramik kan licin, jadi ... brukkk!" Xl membalikkan tangan sambil mendelikkan mata, terlihat lucu sih.Farah tertawa sambil menutup mulutnya, Xl pun ikut-ikutan tertawa. Dasar memang pada gak ada akhlak, orang kena musibah malah senang, hihihihi. 'Inilah aku, Xl, daripada makan hati dibully orang, masih mending putar otak untuk membalas, benar kan?' kata batinnya.Seharian ini Xl belajar banyak tentang pekerjaan barunya, pokoknya siapa yang keteteran di kelompok, maka kursi ditarik ke sana. Menyenangkan sekali, bekerja tidak terlalu capek.Ardhia melihat Mbak Titik, orang yang tadi terjatuh di kantin, memandang padanya dengan sorot mata yang aneh. Ih masa bodoh lah ya, siapa suruh mentertawakan. Bukankah Ardhia dan dia sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.Sepulang kerja Ardhia dan Farah berencana mau makan-makan di warung pecel

    Last Updated : 2021-10-12
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 9. DIJODOHKAN

    Setelah kejadian di warung makan itu, XL seperti orang linglung. Rupanya dia sakit karena terkena panah asmara. Namun, dia berusaha untuk tidak menampakannya."Pak, memang Bapak serius mau menjodohkan aku sama Yudha?" tanya XL suatu hari. Rupanya XL sudah tidak tahan menahan rasa sukanya sama Yudha. Maka dicarilah alasan untuk bertanya tentang perjodohan yang pernah bapaknya dahulu bahas."Kamu tertarik?" tanya Bapak. Matanya tetap fokus pada surat kabar yang dibacanya."Mampus gue!" serunya dalam hati. "Bapak tahu isi hatiku, aku harus pura-pura tidak tertarik.""Bukan begitu," kilah XL. "Kalau memang benar, aku setuju saja, demi baktiku kepada orang tua." Halah, munafik. Memang dia paling bisa deh, pura-pura berbakti, padahal hatinya ngebet. Hahaha, bisa saja bapaknya dikibulin."Nanti Bapak bicara lagi dengan Pak Seno, sudah waktunya memang kalian berumah tangga," jawab bapak. Oh, Tuhan … tidak ada jawaban yang paling membahagiakan bagi XL, kecuali ini. Bapaknya dan calon mertuany

    Last Updated : 2023-08-25
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 10. MENCARI IDE

    XL tertawa kecut melihat teman-temannya kaget. Reaksi mereka persis seperti dia saat calon mertua menyuruhnya untuk langsing. XL tidak menyangka perkenalan dengan Yudha di rumah sakit waktu itu kini menumbuhkan perasaan lain di hatinya. Gadis itu begitu terpesona dengan ketampanan pemuda itu."Operasi apa?" Dina mengulang pertanyaan. "Operasi … operasi lambung apa, ya, katanya tadi. Itu tuh seperti artis yang dulunya gemoy sekarang berubah langsing setelah operasi itu. Padahal aku takut." XL menunduk, dia menyembunyikan kegelisahannya.“Gila saja, jangan mau!” teriak Farah. “Hanya makan tiga sendok makan sehari yang masuk perutmu, apa kamu kuat?” Gadis itu menggelengkan kepala, tidak habis mengerti dengan pikiran orang-orang macam itu.XL menunduk menyembunyikan semburat gelisah di matanya. Andai teman-temannya tahu, dirinya juga sangat takut dengan meja operasi. Berbagai macam pisau-pisau itu berdentingan suaranya di otaknya. Tiba-tiba dirinya bergidik."Hii … takut aku. Aku tidak

    Last Updated : 2023-08-28

Latest chapter

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 36. PERJANJIAN

    Mendengar keributan yang terjadi antara Yudha dengan ibunya membuat Ardhia bangun. Dia mengendap-ngendap keluar dari kamarnya dan mendengar percakapan mereka.Ardhia sedih mendengar kata-kata mamanya alias mertuanya, tidak menyangka sebegitu bencinya mertuanya itu kepadanya.Masih beruntung Yudha membelanya walau tidak sepenuhnya. Ardhia dengan cepat balik lagi ke kamar setelah mendengar Yudha menaiki tangga. Namun, masih terdengar olehnya Wina mengumpat Yudha“Astaga Ibu macam apa seperti itu. Kamu beruntung Nak, mempunyai Ibu seperti aku. Ibu tidak akan berlaku seperti itu kepadamu, kamu baik-baik, ya di dalam perut Ibu,” bisik Ardhia sambil mengusap perutnya.Ardhia memasang telinganya baik-baik, mendengar ada suara mendatangi kamarnya. “Apakah itu Yudha?” tanyanya dalam hati. “Mau apa dia ke sini? Sial pintunya belum dikunci lagi tadi,” gumam Ardhia sambil membetulkan selimutnya, pura-pura tertidur pulasKlotak! Terdengar pintu dibuka, Yudha melongokkan kepalanya ke kamar Ardhia

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 35. HAMIL ANAK SIAPA?

    Hari demi hari dijalani Ardhia dengan bimbang. Sementara Yudha belum berubah dan Wina bertambah tidak menyukainya. Hanya Seno yang selalu memperhatikannya dan itu membuat Wina cemburu.“Papa … Mama nggak suka ya, kalau Papa terlalu memperhatikan Ardhia! Apakah Papa suka sama dia?” tanya Wina tanpa tedeng aling-aling. Tentu saja Seno terkejut mendapat pertanyaan dari Wina seperti itu. Matanya melotot, hampir melompat dari tempatnya.“Suka bagaimana? Fari dulu juga Papa suka sama Ardhia. Makanya dia Papa jadikan menantu, aneh-aneh aja,” jawab Seno sambil memandang istrinya tajam. Tidak suka sama sekali dengan ucapan istrinya.“Maksud Mama bukan itu. Papa suka sama dia?” tanya Wina lagi semakin kurang ajar. Wanita itu memandang penulis selidik.“Jaga ucapanu! Mama tidak pantas berbicara seperti itu. Ardhia itu menantuku dan dia sekarang sedang mengandung anak Yudha!” ujar Seno keras karena emosi. Dia keceplosan dan berbicara tentang kehamilan Ardhia.“Apa hamil? tanya Wina gak kalah kag

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 34. DIKETAHUI SENO

    Perlahan-lahan tangan keriput itu menyentuh perut Ardhia, rupanya butuh tenaga ekstra agar bisa mendapatkan apa yang dimaksud. Soalnya perut ardia sedikit gendut walaupun dia sudah berkurang beberapa kilogram tapi perutnya masih besar.Dengan harap-harap cemas Ardhia memegang perut dan tangan nenek parah. Dia terkikik sendiri.“Kamu diam tangannya! Jangan dipegang tangan Nenek,” ujar nenek sambil tersenyum. Dia maklum jika Ardhia belum pernah diurut.“Geli Nek … geli, hihi hihihi,” kata ardia sambil cekikikan lagi. Dia merasa tidak tahan saat tangan neneknya Farah menjelajahi perutnya.“Tahan sedikit, kamu mau tahu nggak, hamil atau tidaknya?” tanya neneknya Farah. Tangannya tetap menelusuri perut Ardhia yang sudah licin berminyak. Tiba-tiba nenek itu terdiam saat merasakan sesuatu, ditekannya lagi berkali-kali untuk memastikan perasaannya.Farah tahu apa yang ditemukan neneknya itu, dia memandang tegang ke arah neneknya. Ardhia juga memandang ke wajah nenek dan Farah dengan bingung

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab. 33 ALTERNATIF

    Ardia dan Farah duduk menghadapi masing-masing semangkuk mie ayam. Ardhia menunduk setelah mendengar perkataan dokter tadi.“Negatif.”Kata-kata dokter tadi membuatnya sedikit kecewa. Sesungguhnya dia berharap keajaiban terjadi. Dia ingin hamil dan mengandung anak Yudha. Seandainya mereka pisah nanti ada kesibukan mengurus anak.“Baguslah kamu nggak hamil,” kata Farah. Dia melihat ke arah sahabatnya itu, hatinya ikut merasakan sakit mendengar penuturan Ardhia yang tidak diperbolehkan mertuanya untuk satu kamar dengan Yuda.“Eh buset, harusnya aku hamil ini,” tukas Ardhia sambil mengaduk-aduk mie.“Lho, gimana sih, tadi katanya masih perawan, hamil anak siapa jadinya?” Ardhia tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. Kelebihan Ardhia adalah, mampu menyembunyikan rasa sakit dalam senyuman.“Tapi kok aku seperti orang hamil, ya? Ini aja mual-mual tiap pagi. Sebenarnya aku punya rahasia, tapi ini cuma kamu dan aku saja ya.” Ardhia berbisik sambil memandang Farah.Terlihat keraguan dari

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 32. HAMIL

    Esok harinya mereka pulang kembali ke Jakarta. Wina masih tetap ketakutan dengan boneka hantu tersebut, dirinya tetap mengira jika kamar Ardhia ada hantunya.“Pokoknya aku mau pulang hari ini,” kata Wina. Dia membereskan kopernya, tanpa jalan-jalan ke pantai ataupun belanja oleh-oleh. Pokoknya harus pulang hari ini, begitu pikirnya“Ya, udah Mama saja yang pulang. Aku masih seminggu di sini,” kata Ardhia dia tidak mau mengikuti kata mertuanya itu. “Salah sendiri ikut-ikutan bulan madu, pengantin juga bukan,” pikir Ardhia.“Ya udah, kalau kita mau pulang,” kata Seno. “Biarkan Yudha dan Ardhia tetap di sini.”“Tidak bisa … tidak bisa, Yudha harus pulang juga. Ardhia cepat bereskan bajumu!” suruh mertuanya itu.Ardhia memanyunkan bibirnya, dia kesal dengan campur tangan mertuanya itu. Urusannya apa dia ikut-ikutan ke Bali. “Huh ngapain, sih? Dia sekarang ngerecokin lagi. Sudah jauh-jauh malah ikut-ikutan datang ke sini. Bulan maduku jadi gagal,” gerutu Ardhia dalam hati. Kemarin digang

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 31. BIKIN KAPOK MERTUA

    Ardhia yang tengah tertidur pulas terganggu dengan dinyalakannya lampu oleh Seno. Dia terkejut saat bapak mertuanya ada di kamarnya. Tidak sadar kapan masuknya. “Papa sedang apa?” tanya Ardhia. Gadis itu cepat bangkit dari tidurnya. Merasa curiga dengan mertuanya diam-diam dirinya memeriksa tubuhnya. Tidak ada yang mencurigakan.“Mamamu bilang ada boneka hantu di sini?” kata Seno. Terbungkuk-bungkuk lelaki itu mencari boneka yang dimaksud.“Mana ada boneka hantu … tidak ada,” kata Ardhia. “Ayo lihat, kita periksa bareng-bareng!” ajak Ardhia sambil berdiri. Wanita itu mengawasi sekitar, tidak terlihat ada yang aneh dan mencurigakan“Dasar mamakmu, ada-ada saja,” sahut Seno kesal. Lelaki itu juga mencari-cari tidak ada boneka apalagi boneka hantuTidak lama kemudian datang Yudha bersama Wina, rupanya pemuda itu terganggu tidurnya karena kegaduhan mereka.“Ada apa sih selalu ribut-ribut … dari tadi ribut sekarang ribut,” gerutu Yudha. “Mama kamu nih, selalu bikin onar, sekarang dia bi

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 30. BONEKA MISTERIUS

    Yudha datang sambil berkacak pinggang, dia melongo melihat orang tuanya datang. Tadi sempet juga ibunya menelpon tapi tidak digubrisnya dia sangat terpukul dengan kejadian semalam. Eh … rupanya tadi itu sudah di bandara.“Apa-apaan ini?” tanya Yuda. Dia tidak habis pikir mengapa mama dan papanya ada di sini. Mau apa mereka datang. “Mama jelaskan padaku!” suruh Yudha. Kepalanya semakin mumet rasanya. Nyut-nyutan seperti mau pecah.“Mama aja tidak mau terjadi apa-apa dengan Ardhia.” Wina memandang menantu gendutnya itu. Ardhia jadi salah tingkah, merasa jika mertuanya itu sebenarnya perhatian padanya.“Maksudnya apa?” tanya Ardhia. Rasanya dia sudah bisa mengurus dirinya sendiri. “Mama tidak usah terlalu khawatir.” Wina terlihat gugup mendengar pertanyaan ardia sementara Seno hanya melongo saja. Lelaki itu tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Biasanya juga orang bulan madu itu tidak membawa keluarga.“Mama, ayo ke kamar kita!” ajak Seno. Dia merasa istrinya itu sudah ngelantur. Bil

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 29. PINDAH KAMAR

    Ardhia terkekeh melihat Yudha meremas kepalanya. Lelaki itu merasa sangat bodoh dengan kejadian ini. Dia meyakini bahwa ini benar-benar terjadi.“Mengapa kamu tidak tidur di bawah semalam?” tanya Yudha dengan wajah keruh. “Itu … itu … darah per ….” Yudha tidak melanjutkan perkataannya. Dia maklum sendiri, apa yang sudah terjadi sesungguhnya. Sedikit kelegaan menjalar di hatinya. “Ternyata dia masih gadis tulen.”“Enak aja suruh tidur di bawah, kucing di rumahku aja tidur di kasur.” Ardhia menjawab tak kalah judes. Dia sudah menemukan jati dirinya. Tidak akan terima begitu saja direndahkan oleh Yudha. Wanita itu harus mengikuti permainan Yudha.Gadis itu tahu, suaminya itu takut dengan ayahnya alias mertuanya. Sedangkan Ardhia adalah menantu pilihannya. Jadi, dia kini tidak akan mengalah begitu saja. Sok aja kalau berani.“Lalu … semalam itu?” Yudha rupanya masih menyesali perbuatannya. Masih berharap dirinya hanya tidur tanpa grapa grepe ke istrinya. Namun, sulit dipercaya jika tidak

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 28. AZIMAT

    Ardhia tertawa puas sambil menutup mulut. Dia berjingkat-jingkat menuju kursi dekat meja rias. Ingin melihat siapa saja yang komen. “Hah, ibu mertuaku kasih emot melongo. Ckckck … di luar nurul.” Ardhia senang karena orang-orang yang dibidiknya sudah melihat siaran langsungnya. Cepat-cepat Ardhia menghapus postingannya tersebut.Ping ping ping ping.Terdengar tanda pesan masuk di HP Yudha. Entah berapa puluh kali, pasti itu dari Nissa. Puas rasanya Ardhia sudah melakukan sesuatu yang memaksa mereka untuk mengakuinya sebagai istri Yudha.“Kurus aku jika lama-lama makan hati.” Ardhia mengusap lehernya yang rata. Tidak ada tulang menonjol seperti model-model. Dia yakin jika ikut senam BL (Body Language) juga dirinya pasti langsing. “Hoam.” Terganggu dengan bunyi ponselnya, Yudha membuka matanya. Dia meraba-raba kasur mencari benda tersebut sambil menguap.Rupanya rasa kantuk yang luar biasa tidak membuat lelaki itu membuka ponselnya. Dia malah tertidur lagi dengan layar ponsel yang terb

DMCA.com Protection Status