Share

DINA

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-21 22:35:53

XL terkekeh ingat dulu masa kecilnya, biarpun gendut tapi pemberani. Itu karena didikan almarhum ibunya yang mengajarkan kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak. Kalau orang lain bisa merundung kita, mengapa kita tidak bisa melawan. XL ingat-ingat itu sampai dirinya beranjak dewasa.

"Lalu, Lo kenal dengan Dina di mana?" tanya Farah. Bahasanya sudah amburadul, kadang kamu, kadang lo gue, mereka happy saja.

"Di tengah jalan raya," jawab XL. Sontak gadis di depannya kaget.

"Lho, kok bisa? Mana ada seperti itu. " Farah memandang XL keheranan.

"Bisa lah, kita berkenalan sama orang kan bisa di mana saja," jelas Xl. Dia tetap membuat Farah penasaran.

"Masa iya di tengah jalan raya? Aneh aja, ceritakan dong!" pinta Farah.

"Oke ... baiklah, tapi aku ngantuk ini, mungkin efek dari obat," keluh XL. Matanya tiba-tiba terasa berat, kepala terkulai karena rasa kantuk yang menyerang.

"Baiklah tidur saja, bercerita bisa kapan saja," sahut Farah. Gadis itu membenarkan letak selimut Xl. "Aku tungguin sambil baca novel digital kesayanganku, IPRIT," imbuhnya.

Ardhia hanya menganggukkan kepala, karena ucapan Farah semakin lama semakin samar. Dia tertidur dengan cerita Farah yang masih terdengar tentang novel kesayangannya.

Lamat-lamat XL mendengar Farah tengah asyik bercerita tentang seorang pendekar bernama Wisaka, tokoh dari novelnya tersebut. Namun, XL lebih tertarik dengan seorang bayangan yang berdiri di dekat jendela kamar rumah sakit ini. “Ibu ... benarkah itu Ibu?” tanya batinnya.

Silau sekali sinar lampu kamar ini. Tunggu, bukan sinar dari lampu yang menyamarkan wajah ibunya, tapi sinar dari wajahnya sendiri. Perempuan itu terlihat tersenyum ke arahnya. XL mengangkat tangan ke atas dahi, melindungi matanya dari cahaya yang menyilaukan itu.

Perlahan-lahan bayangan itu melangkah mendekati ranjangnya, semakin jelas wajahnya terlihat. Wajah yang begitu cantik dan bersih.

"Ibu ... Ibu," bisiknya. XL melirik Farah yang tertidur di sofa satu-satunya di ruangan ini. Rupanya dia tertidur setelah membaca novel.

Ibu tersenyum, kemudian menyentuh dan membelai rambut XL. Gadis itu ingat kalau ibu sudah meninggalkan dirinya. Tak sanggup lagi dia menahan air mata, XL menangis sambil memeluk tangan ibunya.

"Mengapa Ibu baru menengok aku sekarang?" tanyanya XL. Matanya tak lepas dari wajah yang sangat dirindukannya selama ini.

Ibu tidak menjawab, dia memberi isyarat kepada XL untuk mengikutinya. Lho, bagaimana bisa mengikutinya, bukankah di tangannya masih tertancap selang infus. Namun, sepertinya ibunya tetap ingin agar XL ikut, ibunya menuntunnya.

Ajaib, Xl melangkah mengikuti ibunya, tetapi dia masih bisa melihat badannya yang terbujur di ranjang tengah tertidur pulas.

"Mau ke mana, Bu?"

"Ikutlah, Ibu tunjukkan suatu tempat yang indah," jawabnya ibunya.

Tidak lama kemudian, Ardhia sampai di tengah padang rumput yang sangat luas. Banyak orang yang duduk-duduk di sana, bergerombol dan bercengkrama. Ada juga taman dengan bunga-bunga yang sedang mekar. Harum sekali udara di sekitarnya, menyegarkan. Dada XL terasa plong. Di bawah rimbunan pohon bunga terdapat kolam yang airnya begitu jernih. Ibu mendekat dan menciduknya memakai tangan, kemudian memberikannya kepada gadis itu. Rasanya manis sekali. Aneh, perut yang sakit sembuh seketika.

"Hai, berani sekali kau memberikan air itu kepada orang asing!" Tiba-tiba seseorang menghardik ibu XL. Nampak laki-laki itu sangat marah.

"Dia bukan orang asing, dia anakku sedang sakit," jawab ibu XL sengit. Dia berdiri melindungi putrinya.

"Tetapi dia bukan warga sini, suruh pulang atau kau bawa dia masuk!" Laki-laki itu masih membentak-bentak ibu XL.

Tentu saja XL tidak terima ibunya dibentak-bentak seperti itu. Dia berjalan ke depan ibunya untuk membelanya.

"Hei, kamu siapa? Berani-beraninya kamu membentak-bentak Ibuku!" teriak XL marah. Dia pasang badan sambil bertolak pinggang.

Ibunya meraih bahu gadis itu, mencoba menenangkan tetapi gadis itu tetap ingin menonjok mulut orang itu. Tiba-tiba ibunya mendorong XL dengan keras, gadis itu seperti melayang, terhempas dari ketinggian. Tangannya menggapai- gapai, tak menemukan pegangan.

"Ibu ... Ibu!" jerit XL. Dia memejamkan matanya karena takut, tangan yang sedang menggapai itu tiba-tiba ada yang menggenggam. Tangan yang begitu halus menariknya. Perlahan-lahan XL membuka matanya untuk melihat siapa pemilik tangan halus itu.

"Dina," seru XL tertahan. Dina tersenyum memandangnya. "Kapan datang?" tanyanya lagi.

"Aku khawatir melihat keadaanmu yang begitu pulas tertidur, tidak biasanya seperti itu. Aku berinisiatif menelpon Dina dan dia ada di hadapanmu sekarang," jelas Farah panjang lebar. Rupanya gadis itu sangat cemas melihat keadaan XL tadi.

"Aku mimpi bertemu Ibu," keluh XL. Tidak terasa dirinya menangis lagi, gadis itu sangat terpukul dengan mimpinya tadi.

"Sudahlah, menangis akan membuat perutmu sakit lagi," bujuk Dina.

"Tunggu ... tunggu, perutku ... perutk--"

"Kenapa, apakah sakit lagi?" Farah memotong ucapan XL, dia bergerak cepat membantu XL duduk.

"Perutku tidak sakit lagi, tadi aku dikasih minum air kolam yang rasanya manis sekali oleh Ibu, tetapi ada seseorang yang membentak Ibu gara-gara memberi air itu. Aku sudah bersiap menonjoknya, tetapi Ibu malah mendorongku dari ketinggian.” XL menceritakan mimpinya itu.

"Hahaha. Di mimpi juga masih mau nonjok orang? Benar-benar biang kerusuhan," ejek Dina sambil tertawa.

"Hush ... pelankan tawamu, ini rumah sakit!" sentak Farah.

"Hihihi, lupa." Cepat-cepat Dina menutup mulutnya. "Aku jadi keingetan saat dulu kenal sama XL ini. Hihihi," kata Dina sambil tetap cekikikan.

"Eh, aku jadi penasaran. Ayo dong cerita ... cerita!" seru Farah.

"Alkisah--"

"Hihihi, lucu mimikmu itu." Farah berkata sambil memukul paha Dina.

"Apa sih, Lo? Sakit tahu, jadi gak nih ceritanya?" tanya Dina pura-pura marah. Dia diam sambil cemberut.

"Maaf ... maaf, lanjuut," kata Farah sambil mengusap paha Dina.

"Hihihi, geli ih usap paha segala ... nanti dikira lesbong pula," sergah Dina. "Diam, aku mulai nih."

"Alkisah di tahun lalu, motorku keserempet mobil. Terjatuhlah aku, pipiku yang mulus mencium aspal saat itu. Namun, kesialanku tidak sampai di situ, pemilik mobil itu malah mencak-mencak memarahiku. Bukannya minta maaf, apes kan namanya?" Dina mulai bercerita.

"Oh iya, bener … apes sekali," tukas Farah menggoda Dina.

Dina mendelik, tadi nanya giliran dijawab hatinya mangkel. XL tersenyum mendengarnya, lucu kalau mereka sudah bercerita. Termasuk XL juga, kadang suka berkelakar. Menambah imun kalau istilah mereka.

"Terusin nih! Ternyata orang yang nabrak aku itu seorang aparat, aku yang baru bisa naik motor, jalannya masih suka ragu-ragu. Orang yang dibelakangku itu merasa kesal, terjadilah insiden itu."

"Aparat, bawa senjata dong?" tanya Farah.

"Justru itu karena ada senjata di pinggangnya, aku takut. Ia marah-marah kepadaku karena mobilnya lecet. Bukannya nolongin aku. Eh, malah sibuk minta ganti. Untung XL mau nolongin aku," kata Dina. "XL turun dari angkot dan membantuku berdiri. Dia berkacak pinggang memarahi orang yang menyerempet. Malu dia akhirnya.

Waktu itu XL berkata, "Hey, orang ganteng tapi hatinya tidak ganteng, tolonglah dulu korbanmu, baru bicara ganti rugi! Kalau perlu kita ke kantor polisi, biar jelas siapa yang salah antara kita, aku sanggup jadi saksinya."

"Lalu ...." ujar Farah tak sabar.

"Sudahlah, aku tak mau berurusan sama wanita, gak bakalan bisa menang, kamu sama saja seperti istriku. Tidak mau disalahkan. Sudah sana pergi! Ini buat kamu berobat!"

Laki-laki penabrak itu memberiku uang seratus ribu rupiah. XL masih sempat berteriak, "Jangan coba-coba melawan mahluk yang bernama wanita, dia akan mematahkan semua idealismemu!" Dina mengakhiri ceritanya sambil tertawa kecil.

"Bener banget itu, mana bisa wanita dilawan. Mahluk unik macam kita ini, seseorang yang selalu benar. Ehh selalu benar apa ingin benar ya?" tanya Farah menimpali.

"Mana kutahu, kok nanya aku?" kelakar XL

"Itu sih, istilah Pakde," gerutu Dina.

Merekai semua tertawa, kalau sudah berkumpul memang tidak ada kisah sedih di antara mereka. Bukan tidak pernah bertemu kesedihan, tetapi berusaha menyikapi kesedihan itu dengan suka cita.

Malam semakin larut, ngobrol ngalor ngidul membuat mereka tidak merasakan kantuk. Padahal hari sudah lewat tengah malam. Tiba-tiba XL melihat bayangan putih di kaca jendela dekat pintu.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu yang diketuk. Mereka berpandangan, siapa yang datang tengah malam begini?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kinan Thi
ibunya katanya lemah lembut tapi malah nyuruh balas, melintir tangan. ibu yang tegas dan kuat kayaknya, Kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    CALON SUAMI?

    Tok tok tok.Suara ketukan halus di pintu itu terdengar lagi. Terasa horor sekali karena hari sudah lewat tengah malam. Tanpa menunggu ada yang membukakan pintu, pintu didorong dari luar karena pintu memang tidak dikunci. Seraut wajah ayu dengan baju putih menyembul dari balik pintu."Permisi … cek malam, Mbak," kata seorang suster. Dia mengecek infusan dan memberi XL sebutir pil.Ahh ... ternyata perawat yang jaga malam. Terlihat Farah dan Dina mengempaskan napas, begitupun XL, mereka mengira hantu yang ingin mengganggu karena menurut yang mereka dengar, makhluk seperti itu banyak terdapat di rumah sakit.Dina menutup pintu setelah perawat itu keluar, lantas mengelus dada, mungkin merasa lega, karena bukan suster ngesot yang muncul."Untung perawat beneran, coba kalau seperti yang di film-film mati berdiri aku, Rek," kata Dina, logat Surabayanya nongol."Dikira memang apa?" tanya XL."Ya seperti di film suster ngesot lah, suster melayang, tiren atau dokter padahal hantu, tapi dokter k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    MELAMAR ATAU DILAMAR?

    Semua kaget termasuk XL. Malah Sonia hampir menelan sendok kalau tidak segera dikeluarkan. "Uhukkks," Dina terbatuk-batuk. Entah keselek apa dia, mungkin biji durian, tapi kan mereka tidak sedang makan durian, oh mungkin keselek bijian nasi. Intinya mereka semua kaget dengan ucapan bapaknya XL.Mereka semua memandang bibir bapak XL, menanti ucapan yang akan keluar selanjutnya. Namun, bapak hanya tersenyum sok misterius. Tentu saja mereka sangat penasaran."Jangan sekate-kate ya, Pak," sergah XL. Matanya mendelik ke atas, mungkin akan terlihat lucu dan menggemaskan bagi yang melihatnya. Ooh, sepede itukah dia? Hihihi."Iya, Pak, kalau bawa info itu yang akurat, benarkah Yudha calon suami XL?" tanya Farah sambil mendekati bapak."XL?" Bapak mengernyitkan keningnya. Tentu saja dia tidak tahu siapa yang dimaksud."Eh ... eh ... Ardhia maksudnya, Pak. Hihihi," jelas Farah sambil tertawa, kemudian menutup mulutnya.Ardhia melotot memberi kode kepada Farah. Nanti bapaknya marah anak gadis ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    MELAMAR KERJA

    'Kok, Yudha sih, duh ada apa dengan diriku ini?' Hati Ardhia berteriak-teriak. Sepertinya ia tak rela hatinya berceloteh tentang Yudha. Bukankah tadi siang dia sudah menyebutnya gendut, tapi kan bilang cantik juga? Bingung deh jadinya Xl, hati terbelah menjadi dua kubu, yang satu membenci Yudha, satu lagi tertarik. Aduh dia harus ikut yang mana sedangkan dua-duanya adalah hatinya yang utuh kalau bersatu."Ngelamunin apa, hayo?" kata Bapak."Bapak mengagetkan saja, bagaimana kalau anak Bapak yang cantik tiada duanya ini kena serangan jantung," rutuk Ardhia.Bapak cuma tertawa, giginya yang putih masih berbaris rapi di tempatnya, belum ada yang tanggal. Xl pikir dan pandang-pandang Bapak itu memang ganteng. Jadi, sudah tahu ya sekarang, Xl cantik itu turunan dari mana? gadis itu senyum-senyum sendiri."Lah itu, malah senyum-senyum gak jelas," kata Bapak. "Pasti lagi mikirin pacar, eh anak Bapak memang sudah punya pacar?" sambungnya bertanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    HALU TINGKAT DEWA

    "Sini, dengarkan," bisik Ardhia."Apa?" jawab Farah."Pas dia lewat, aku sebarkan ini di depannya, lantai keramik kan licin, jadi ... brukkk!" Xl membalikkan tangan sambil mendelikkan mata, terlihat lucu sih.Farah tertawa sambil menutup mulutnya, Xl pun ikut-ikutan tertawa. Dasar memang pada gak ada akhlak, orang kena musibah malah senang, hihihihi. 'Inilah aku, Xl, daripada makan hati dibully orang, masih mending putar otak untuk membalas, benar kan?' kata batinnya.Seharian ini Xl belajar banyak tentang pekerjaan barunya, pokoknya siapa yang keteteran di kelompok, maka kursi ditarik ke sana. Menyenangkan sekali, bekerja tidak terlalu capek.Ardhia melihat Mbak Titik, orang yang tadi terjatuh di kantin, memandang padanya dengan sorot mata yang aneh. Ih masa bodoh lah ya, siapa suruh mentertawakan. Bukankah Ardhia dan dia sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.Sepulang kerja Ardhia dan Farah berencana mau makan-makan di warung pecel

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 9. DIJODOHKAN

    Setelah kejadian di warung makan itu, XL seperti orang linglung. Rupanya dia sakit karena terkena panah asmara. Namun, dia berusaha untuk tidak menampakannya."Pak, memang Bapak serius mau menjodohkan aku sama Yudha?" tanya XL suatu hari. Rupanya XL sudah tidak tahan menahan rasa sukanya sama Yudha. Maka dicarilah alasan untuk bertanya tentang perjodohan yang pernah bapaknya dahulu bahas."Kamu tertarik?" tanya Bapak. Matanya tetap fokus pada surat kabar yang dibacanya."Mampus gue!" serunya dalam hati. "Bapak tahu isi hatiku, aku harus pura-pura tidak tertarik.""Bukan begitu," kilah XL. "Kalau memang benar, aku setuju saja, demi baktiku kepada orang tua." Halah, munafik. Memang dia paling bisa deh, pura-pura berbakti, padahal hatinya ngebet. Hahaha, bisa saja bapaknya dikibulin."Nanti Bapak bicara lagi dengan Pak Seno, sudah waktunya memang kalian berumah tangga," jawab bapak. Oh, Tuhan … tidak ada jawaban yang paling membahagiakan bagi XL, kecuali ini. Bapaknya dan calon mertuany

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 10. MENCARI IDE

    XL tertawa kecut melihat teman-temannya kaget. Reaksi mereka persis seperti dia saat calon mertua menyuruhnya untuk langsing. XL tidak menyangka perkenalan dengan Yudha di rumah sakit waktu itu kini menumbuhkan perasaan lain di hatinya. Gadis itu begitu terpesona dengan ketampanan pemuda itu."Operasi apa?" Dina mengulang pertanyaan. "Operasi … operasi lambung apa, ya, katanya tadi. Itu tuh seperti artis yang dulunya gemoy sekarang berubah langsing setelah operasi itu. Padahal aku takut." XL menunduk, dia menyembunyikan kegelisahannya.“Gila saja, jangan mau!” teriak Farah. “Hanya makan tiga sendok makan sehari yang masuk perutmu, apa kamu kuat?” Gadis itu menggelengkan kepala, tidak habis mengerti dengan pikiran orang-orang macam itu.XL menunduk menyembunyikan semburat gelisah di matanya. Andai teman-temannya tahu, dirinya juga sangat takut dengan meja operasi. Berbagai macam pisau-pisau itu berdentingan suaranya di otaknya. Tiba-tiba dirinya bergidik."Hii … takut aku. Aku tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 11. DENDAM

    “Duduk!” suruh Dina kepada XL. XL memandang bingung, ekspresinya lucu karena tidak mengerti dengan maksud temannya itu. Namun Dina tidak peduli, dia terus mengeluarkan alat-alat perangnya. Ada bedak, lipstik, maskara dan sebagainya. Alat kosmetik itu akan dipergunakan untuk menyulap XL menjadi seperti bidadari.“Mau diapain?” tanya XL pura-pura tidak mengerti. Gadis itu cengengesan sambil memegang pipinya. “Awas jika tidak secantik artis,” ancamnya pula. Hatinya was-was ingin segera melihat hasilnya.“Dasar tidak tahu diri, pakai ngancam segala. Hadeuuh … takdirku punya teman seperti ini,” keluh Dina.“Sabar … gendut begitu juga dia lebih beruntung daripada kita. Calon suaminya tampan rupawan. Lah kita ….” Farah menghibur dengan mencoba berkata bijak.“Hehe … itulah diriku, banyak sekali kelebihannya.” XL menimpali. Gadis itu berdiri dengan tangan di dada. Mencoba untuk menyombongkan diri di hadapan teman-temannya. Membungkuk sedikit sambil menganggukkan kepala. Gadis itu berputar,

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 12. SUPRISE

    Yudha memandang ke arah pintu cafe. Rasanya sudah tak sabar dia menunggu kedatangan Ardhia. Gadis gendut calon istrinya itu, mendadak ingin bertemu dengannya. Syukur-syukur jika datang untuk membatalkan rencana pernikahannya. “Tentu si gendut itu tidak sanggup jika harus menjalani operasi.” Begitu pikir Yudha. Dia tersenyum sendiri, membayangkan kemenangannya. Tentu saja dirinya akan melenggang menggandeng Nissa ke pelaminan. Wanita yang dicintainya, hanya gadis itu dari beberapa gadis yang dipacarinya. “Aku harus sering-sering membuat mentalnya down, biar dengan sendirinya dia mundur. Tidak sudi aku beristrikan gadis gendut seperti kuda nil.” Yudha masih sibuk dengan kata hatinya. Dia yakin kedatangan XL kali ini untuk menyerah. “Mana dia, lama sekali?”Di saat Yudha sibuk dengan gerutuannya, XL tengah harap-harap cemas di dalam mobil yang dikemudikan Sonia. Mereka bertiga pergi mengawal XL untuk makan malam bersama Yudha.“Santai saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Minyak da

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31

Bab terbaru

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 36. PERJANJIAN

    Mendengar keributan yang terjadi antara Yudha dengan ibunya membuat Ardhia bangun. Dia mengendap-ngendap keluar dari kamarnya dan mendengar percakapan mereka.Ardhia sedih mendengar kata-kata mamanya alias mertuanya, tidak menyangka sebegitu bencinya mertuanya itu kepadanya.Masih beruntung Yudha membelanya walau tidak sepenuhnya. Ardhia dengan cepat balik lagi ke kamar setelah mendengar Yudha menaiki tangga. Namun, masih terdengar olehnya Wina mengumpat Yudha“Astaga Ibu macam apa seperti itu. Kamu beruntung Nak, mempunyai Ibu seperti aku. Ibu tidak akan berlaku seperti itu kepadamu, kamu baik-baik, ya di dalam perut Ibu,” bisik Ardhia sambil mengusap perutnya.Ardhia memasang telinganya baik-baik, mendengar ada suara mendatangi kamarnya. “Apakah itu Yudha?” tanyanya dalam hati. “Mau apa dia ke sini? Sial pintunya belum dikunci lagi tadi,” gumam Ardhia sambil membetulkan selimutnya, pura-pura tertidur pulasKlotak! Terdengar pintu dibuka, Yudha melongokkan kepalanya ke kamar Ardhia

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 35. HAMIL ANAK SIAPA?

    Hari demi hari dijalani Ardhia dengan bimbang. Sementara Yudha belum berubah dan Wina bertambah tidak menyukainya. Hanya Seno yang selalu memperhatikannya dan itu membuat Wina cemburu.“Papa … Mama nggak suka ya, kalau Papa terlalu memperhatikan Ardhia! Apakah Papa suka sama dia?” tanya Wina tanpa tedeng aling-aling. Tentu saja Seno terkejut mendapat pertanyaan dari Wina seperti itu. Matanya melotot, hampir melompat dari tempatnya.“Suka bagaimana? Fari dulu juga Papa suka sama Ardhia. Makanya dia Papa jadikan menantu, aneh-aneh aja,” jawab Seno sambil memandang istrinya tajam. Tidak suka sama sekali dengan ucapan istrinya.“Maksud Mama bukan itu. Papa suka sama dia?” tanya Wina lagi semakin kurang ajar. Wanita itu memandang penulis selidik.“Jaga ucapanu! Mama tidak pantas berbicara seperti itu. Ardhia itu menantuku dan dia sekarang sedang mengandung anak Yudha!” ujar Seno keras karena emosi. Dia keceplosan dan berbicara tentang kehamilan Ardhia.“Apa hamil? tanya Wina gak kalah kag

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 34. DIKETAHUI SENO

    Perlahan-lahan tangan keriput itu menyentuh perut Ardhia, rupanya butuh tenaga ekstra agar bisa mendapatkan apa yang dimaksud. Soalnya perut ardia sedikit gendut walaupun dia sudah berkurang beberapa kilogram tapi perutnya masih besar.Dengan harap-harap cemas Ardhia memegang perut dan tangan nenek parah. Dia terkikik sendiri.“Kamu diam tangannya! Jangan dipegang tangan Nenek,” ujar nenek sambil tersenyum. Dia maklum jika Ardhia belum pernah diurut.“Geli Nek … geli, hihi hihihi,” kata ardia sambil cekikikan lagi. Dia merasa tidak tahan saat tangan neneknya Farah menjelajahi perutnya.“Tahan sedikit, kamu mau tahu nggak, hamil atau tidaknya?” tanya neneknya Farah. Tangannya tetap menelusuri perut Ardhia yang sudah licin berminyak. Tiba-tiba nenek itu terdiam saat merasakan sesuatu, ditekannya lagi berkali-kali untuk memastikan perasaannya.Farah tahu apa yang ditemukan neneknya itu, dia memandang tegang ke arah neneknya. Ardhia juga memandang ke wajah nenek dan Farah dengan bingung

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab. 33 ALTERNATIF

    Ardia dan Farah duduk menghadapi masing-masing semangkuk mie ayam. Ardhia menunduk setelah mendengar perkataan dokter tadi.“Negatif.”Kata-kata dokter tadi membuatnya sedikit kecewa. Sesungguhnya dia berharap keajaiban terjadi. Dia ingin hamil dan mengandung anak Yudha. Seandainya mereka pisah nanti ada kesibukan mengurus anak.“Baguslah kamu nggak hamil,” kata Farah. Dia melihat ke arah sahabatnya itu, hatinya ikut merasakan sakit mendengar penuturan Ardhia yang tidak diperbolehkan mertuanya untuk satu kamar dengan Yuda.“Eh buset, harusnya aku hamil ini,” tukas Ardhia sambil mengaduk-aduk mie.“Lho, gimana sih, tadi katanya masih perawan, hamil anak siapa jadinya?” Ardhia tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. Kelebihan Ardhia adalah, mampu menyembunyikan rasa sakit dalam senyuman.“Tapi kok aku seperti orang hamil, ya? Ini aja mual-mual tiap pagi. Sebenarnya aku punya rahasia, tapi ini cuma kamu dan aku saja ya.” Ardhia berbisik sambil memandang Farah.Terlihat keraguan dari

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 32. HAMIL

    Esok harinya mereka pulang kembali ke Jakarta. Wina masih tetap ketakutan dengan boneka hantu tersebut, dirinya tetap mengira jika kamar Ardhia ada hantunya.“Pokoknya aku mau pulang hari ini,” kata Wina. Dia membereskan kopernya, tanpa jalan-jalan ke pantai ataupun belanja oleh-oleh. Pokoknya harus pulang hari ini, begitu pikirnya“Ya, udah Mama saja yang pulang. Aku masih seminggu di sini,” kata Ardhia dia tidak mau mengikuti kata mertuanya itu. “Salah sendiri ikut-ikutan bulan madu, pengantin juga bukan,” pikir Ardhia.“Ya udah, kalau kita mau pulang,” kata Seno. “Biarkan Yudha dan Ardhia tetap di sini.”“Tidak bisa … tidak bisa, Yudha harus pulang juga. Ardhia cepat bereskan bajumu!” suruh mertuanya itu.Ardhia memanyunkan bibirnya, dia kesal dengan campur tangan mertuanya itu. Urusannya apa dia ikut-ikutan ke Bali. “Huh ngapain, sih? Dia sekarang ngerecokin lagi. Sudah jauh-jauh malah ikut-ikutan datang ke sini. Bulan maduku jadi gagal,” gerutu Ardhia dalam hati. Kemarin digang

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 31. BIKIN KAPOK MERTUA

    Ardhia yang tengah tertidur pulas terganggu dengan dinyalakannya lampu oleh Seno. Dia terkejut saat bapak mertuanya ada di kamarnya. Tidak sadar kapan masuknya. “Papa sedang apa?” tanya Ardhia. Gadis itu cepat bangkit dari tidurnya. Merasa curiga dengan mertuanya diam-diam dirinya memeriksa tubuhnya. Tidak ada yang mencurigakan.“Mamamu bilang ada boneka hantu di sini?” kata Seno. Terbungkuk-bungkuk lelaki itu mencari boneka yang dimaksud.“Mana ada boneka hantu … tidak ada,” kata Ardhia. “Ayo lihat, kita periksa bareng-bareng!” ajak Ardhia sambil berdiri. Wanita itu mengawasi sekitar, tidak terlihat ada yang aneh dan mencurigakan“Dasar mamakmu, ada-ada saja,” sahut Seno kesal. Lelaki itu juga mencari-cari tidak ada boneka apalagi boneka hantuTidak lama kemudian datang Yudha bersama Wina, rupanya pemuda itu terganggu tidurnya karena kegaduhan mereka.“Ada apa sih selalu ribut-ribut … dari tadi ribut sekarang ribut,” gerutu Yudha. “Mama kamu nih, selalu bikin onar, sekarang dia bi

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 30. BONEKA MISTERIUS

    Yudha datang sambil berkacak pinggang, dia melongo melihat orang tuanya datang. Tadi sempet juga ibunya menelpon tapi tidak digubrisnya dia sangat terpukul dengan kejadian semalam. Eh … rupanya tadi itu sudah di bandara.“Apa-apaan ini?” tanya Yuda. Dia tidak habis pikir mengapa mama dan papanya ada di sini. Mau apa mereka datang. “Mama jelaskan padaku!” suruh Yudha. Kepalanya semakin mumet rasanya. Nyut-nyutan seperti mau pecah.“Mama aja tidak mau terjadi apa-apa dengan Ardhia.” Wina memandang menantu gendutnya itu. Ardhia jadi salah tingkah, merasa jika mertuanya itu sebenarnya perhatian padanya.“Maksudnya apa?” tanya Ardhia. Rasanya dia sudah bisa mengurus dirinya sendiri. “Mama tidak usah terlalu khawatir.” Wina terlihat gugup mendengar pertanyaan ardia sementara Seno hanya melongo saja. Lelaki itu tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Biasanya juga orang bulan madu itu tidak membawa keluarga.“Mama, ayo ke kamar kita!” ajak Seno. Dia merasa istrinya itu sudah ngelantur. Bil

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 29. PINDAH KAMAR

    Ardhia terkekeh melihat Yudha meremas kepalanya. Lelaki itu merasa sangat bodoh dengan kejadian ini. Dia meyakini bahwa ini benar-benar terjadi.“Mengapa kamu tidak tidur di bawah semalam?” tanya Yudha dengan wajah keruh. “Itu … itu … darah per ….” Yudha tidak melanjutkan perkataannya. Dia maklum sendiri, apa yang sudah terjadi sesungguhnya. Sedikit kelegaan menjalar di hatinya. “Ternyata dia masih gadis tulen.”“Enak aja suruh tidur di bawah, kucing di rumahku aja tidur di kasur.” Ardhia menjawab tak kalah judes. Dia sudah menemukan jati dirinya. Tidak akan terima begitu saja direndahkan oleh Yudha. Wanita itu harus mengikuti permainan Yudha.Gadis itu tahu, suaminya itu takut dengan ayahnya alias mertuanya. Sedangkan Ardhia adalah menantu pilihannya. Jadi, dia kini tidak akan mengalah begitu saja. Sok aja kalau berani.“Lalu … semalam itu?” Yudha rupanya masih menyesali perbuatannya. Masih berharap dirinya hanya tidur tanpa grapa grepe ke istrinya. Namun, sulit dipercaya jika tidak

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 28. AZIMAT

    Ardhia tertawa puas sambil menutup mulut. Dia berjingkat-jingkat menuju kursi dekat meja rias. Ingin melihat siapa saja yang komen. “Hah, ibu mertuaku kasih emot melongo. Ckckck … di luar nurul.” Ardhia senang karena orang-orang yang dibidiknya sudah melihat siaran langsungnya. Cepat-cepat Ardhia menghapus postingannya tersebut.Ping ping ping ping.Terdengar tanda pesan masuk di HP Yudha. Entah berapa puluh kali, pasti itu dari Nissa. Puas rasanya Ardhia sudah melakukan sesuatu yang memaksa mereka untuk mengakuinya sebagai istri Yudha.“Kurus aku jika lama-lama makan hati.” Ardhia mengusap lehernya yang rata. Tidak ada tulang menonjol seperti model-model. Dia yakin jika ikut senam BL (Body Language) juga dirinya pasti langsing. “Hoam.” Terganggu dengan bunyi ponselnya, Yudha membuka matanya. Dia meraba-raba kasur mencari benda tersebut sambil menguap.Rupanya rasa kantuk yang luar biasa tidak membuat lelaki itu membuka ponselnya. Dia malah tertidur lagi dengan layar ponsel yang terb

DMCA.com Protection Status