Agar bisa menjadi seorang pemburu monster yang terdaftar pada data pemerintah, mereka berdua akhirnya bersepakat untuk meneruskan kembali pendidikan mereka. Langkah ini memang tidak mudah, pertama itu karena seluruh sekolah yang ada di kota Bandung telah mengalami kerusakan yang cukup parah. Kedua, data akademis mereka selama sekolah di Lavender sudah habis terbakar sebelum mereka sempat mendapatkan data kelulusan.
Melihat masalah itu, pihak pemerintah pusat telah meminta bantuan kepada sekolah-sekolah lain yang ada di sekitar maupun pulau-pulau lain untuk bisa memberikan kebijakan ujian persamaan, dan menerima anak-anak yang terkena dampak dari wild portal untuk bersekolah di sana.
Mendengar kabar baik itu, Dhika dan Reno segera mencari informasi tentang beberapa sekolah yang telah mengeluarkan kebijakan tersebut. Beruntung salah satu sekolah terbaik yang ada di Indonesia telah membuka tawaran beasiswa bagi 20 anak berbakat yang berasal dar
1 minggu telah berlalu sejak kejadian hari itu. Dhika telah ditemukan terjatuh pingsan di depan gerbang taman obat, dengan bersimbahkan darah dari seekor eidolon yang telah tewas di dekatnya.“Kamu, bagaimana kamu bisa melakukan hal seperti ini kepada saya,” terdengar suara dari seorang wanita yang sangat marah kepada orang lain yang ada di dekatnya.“Hei, saya sudah tidak peduli dengan kamu dan apa yang telah terjadi, pokoknya saya akan pergi dari rumah ini sekarang juga,” suara lain dari seorang pria membalas kata-kata wanita itu.Setelah itu terdengar sebuah suara tangisan, meraung-raung tanpa henti dari wanita yang sebelumnya membentak pria tadi.Mendengar suara yang cukup mengganggu di kedua gendang telinganya, Dhika terbangun dari tidurnya.“Aduh berisik sekali, suara apa sih itu?”Dhika membuka matanya, dia melihat k
Dhika menghempaskan aliran energi mannanya ke tanah hingga memunculkan sebuah sinar formasi berwarna merah yang terus bergerak maju ke depan, naik beberapa meter dari permukaan tanah, dan kemudian membentuk sebuah portal pemanggilan eidolon di sekitar mereka berada saat ini.Saat kumpulan energi yang ada di sekitar portal itu sedang bekerja, Vivi terbang melayang mendekati portal tersebut dan menyalurkan medan energi miliknya yang berasal dari beberapa tentakel spectral yang bermunculan dari kedua sayapnya.“Vivi hentikan!!! Apa yang kamu lakukan?”Dhika tidak tahu tindakan aneh apa telah dilakukan oleh Vivi saat ini, tapi tepat ketika Vivi menyalurkan energi manna miliknya itu, pintu portal tersebut berubah warna menjadi lebih gelap.Melihat perubahan itu Dhika segera bersiap diri untuk menghadapi mahluk apapun yang akan muncul dari dalam portal tersebut.“Luba
“Viviii, hei anak bandel, kesini dulu, ehh cepet kesini dulu Dhika mau lihat kamu bawa apa?”Vivi malah tampak senang berlari-lari sambil membawa tunas kecil sementara Dhika terpaksa harus terus mengejarnya tanpa henti.Dhika tidak mengerti bagaimana naga kecil yang biasanya pemalas itu sekarang bisa berlari secepat ini. Vivi benar-benar sudah membuatnya naik darah.Dhika mengeluarkan skill Haste agar dia bisa mengungguli kecepatan lari naga kecil itu.“Tertangkap kamu sekarang naga kecil bandel.”Vivi tersenyum-senyum manis ketika dia tertangkap oleh Dhika yang sudah naik darah karena melihat tingkahnya yang sulit untuk dikendalikan. Setelah itu Vivi memperlihatkan tunas kecil yang dia dapatkan dari kura-kura raksasa dengan perasaan bangga.“Tunas ini, bukankah ini tanaman monster rumput yang bisa berevolusi? Iyah saya yakin ini
Beberapa bulan setelah mereka berhasil menumbuhkan monster rumput, Dhika dan Reno menjalani hari-hari ujian praktek dan tes tertulis untuk tawaran beasiswa dari sekolah Acropolis. Khusus untuk anak-anak yang terkena dampak dari wild portal kota Bandung, Acropolis telah membuka tempat ujian di aula serba guna Universitas Avalon yang berada di kota Jakarta.Tentu saja dibekali dengan niat untuk bisa menjadi seorang pemburu monster yang terbaik mereka berdua berupaya keras menjalani seluruh ujian dan test yang diberikan oleh sekolah itu. Reno menjalani ujian praktek untuk kelas tank sedangkan Dhika menjalani ujian praktek untuk kelas herbalist.Pada hari pengumuman mereka berdua telah mendapatkan email dari Acropolis tepat pada pukul 12 siang.Dhika mendapatkan nilai A+ untuk ujian praktek kelas herbalist, sedangkan untuk keseluruhan tes tertulis dia mendapatkan nilai B+. Dengan nilai itu Dhika telah berhasil mendapatkan ti
“Ren jangan lupa tiket pesawat sama kartu tanda penduduk untuk antrian pemeriksaan.”“Oh iyah bener, hampir saja saya lupa hehe, tar tadi tuh saya taruh dimana yah tiketnya.”Reno mencari-cari tiket pesawat di beberapa kantung yang ada pada tas ranselnya.“Ren, tapi kamu gak buang tiketnya kan?”“Ahh gak mungkin Dhik, dugh tapi kemana yah, harusnya saya taruh di tas ini kok, bentar saya harus cari dulu.”“Ya sudah kalau gitu kamu cari dulu saja tiketnya, saya akan ke tempat pengambilan tas bagasi dulu di sana.”“Oh okay Dhik, kalau gitu tolong sekalian ambilkan tas punya saya juga yah.”“Okay-okay, ya sudah saya pergi dulu kesana.”Dhika berlari menuju ke tempat pengambilan tas bagasi. Sewaktu dia sedang berlari melewati beberapa orang
“Ren ayo kita harus pergi kesana,” sahut Dhika sambil berlari membuka jalan.Setelah mereka mendapatkan informasi dari seorang wanita yang bertugas di gerai pusat informasi, mereka berdua berlarian ke arah pintu gerbang selatan peron nomor 8b.Jalur kereta cepat ini adalah fasilitas khusus yang telah disediakan oleh sekolah Acropolis untuk menjemput anak-anak yang berasal dari pulau atau kota lain di sekitar mereka.Di depan peron nomor 8b terlihat dua orang bapak penjaga yang menggunakan seragam lengkap berwarna biru gelap.“Selamat datang di peron 8b, kereta khusus bagi anak-anak Acropolis. Apakah ada yang bisa kami bantu?” ucap salah satu penjaga kepada Dhika.“Pak kami berdua mau ikut masuk ke dalam kereta ini, kami murid dari Acropolis.”“Oh ya, tapi waktunya sudah sangat mepet sekali, 10 menit lagi kita akan ber
Reno dan Dhika berjalan melewati beberapa kompartemen kereta yang telah terisi penuh dengan beberapa murid dari Acropolis. Mereka semua terlihat seperti sedang asik mengobrol dan memperlihatkan kebolehan genetik mereka satu sama lain.Sementara itu mereka berdua tidak bisa lagi berada di sana terlalu lama, karena untuk waktu yang singkat kereta menuju Acropolis akan segera berangkat. Reno menemukan kompartemen kosong tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.“Dhik kompartemen yang disana sepertinya kosong.”“Okay Ren, ayo kita kesana.”Setelah sampai di depan kompartemen, mereka berdua segera masuk ke dalam dan menempati tempat duduk yang tersedia. Dhika duduk di seberang yang satu, sedangkan Reno di sebrang yang satunya lagi.“Ren kita tutup saja pintunya, sepertinya kita murid paling akhir yang masuk kereta ini.”Mende
“Anak-anak kelas 1 ayo berbaris disini,” ucap seorang murid perempuan berkuncir dua.“Hei ayo cepat berbaris yang rapih, kita tidak punya waktu seharian untuk atur kalian disini,” perintah murid laki-laki berambut kuning keemasan.“Dhik cepat kita harus ikuti murid yang lain kesana.”“Ya, ayo Ren, sepertinya kakak kelas kita bukan orang-orang yang cukup sabar.”Di sebelah kiri dan kanan mereka saat ini sudah terlihat ratusan murid baru yang penuh dengan harapan dan sukacita, mereka semua mengenakan beraneka ragam seragam sekolah yang berlainan satu sama lainnya.Pada hari pertama sekolah, anak-anak murid kelas 1 telah diminta untuk mengenakan seragam dari sekolah lama mereka masing-masing. Kebijakan itu sengaja dibuat agar mereka dapat dengan mudah dibedakan dari murid-murid lain yang merupakan kakak kelas mereka.
“Tidak, ini tidak benar, mereka sudah berbohong Pak,” Tommy tidak terima kebohongan itu. Dia jadi semakin tidak terkendali.“Pak, pasti … pasti ada rekaman cctv yang bisa kita lihat secara langsung. Bapak bisa melihatnya dari video rekaman cctv. Kami berenam benar-benar tidak bersalah.”“Kami pihak guru bagian disiplin tentu saja sudah melakukannya Tommy, tapi menurut pernyataan dari petugas cctv, video rekaman untuk kamera D1045 mengalami kerusakan. Karena itu kami tidak bisa melihat hasil rekamannya dan untuk mengatasi masalah itu kami sudah meminta kedua saksi ini untuk memberikan keterangan.”“Tapi Pak pernyataan mereka berdua itu bohong, bukan seperti itu kejadiannya.”“Sudah hentikan, kalian ini sudah membuat keributan, sekarang kalian juga berniat untuk memfitnah saksi?”Tommy merasa sangat kesal, tapi dia
“Pertarungaaann!!”Anak-anak berhamburan memperingatkan yang lain telah terjadi keributan di sekitar area ruang makan guild Demeter.Tommy menyerang pria yang baru saja menampar pipi kanan Evi.Billy bereaksi cepat menahan pria lain yang memiliki niat untuk menyerang Tommy dari belakang.Erlang bersama temannya yang lain datang mendekat untuk membantu, tapi Johan yang berbadan paling kekar menutup jalan mereka.Merasa terganggu dengan kehadiran Johan, Erlang langsung mengeluarkan serangan tinju kilat tanpa ragu ke arah perut bagian bawah Johan.Serangan itu begitu keras hingga mengeluarkan kilatan petir.Erlang menggunakan kekuatan genetiknya pada tinju yang dia lontarkan.Johan terlempar sejauh 2 meter bersamaan dengan meja dan kursi yang berada di sekitar lajurnya.Keadaan di sekitar
“Hentikan, dasar pria kotor, apa yang kamu sentuh sekarang.”Dhika tidak sadar kalau sebagian dari pergelangan tangannya sudah menyenggol salah satu bagian paling besar dan sensitif milik gadis itu.Bulatannya terasa begitu padat tapi cukup empuk dan lembut saat pergelangan tangan Dhika langsung bersinggungan dengan bagian itu.Dhika tidak mengelak kalau dia sepertinya menyukai memeluk gadis itu, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang membuatnya begitu nyaman.“Hei apa yang sedang kamu lakukan, cepat lepaskan saya!!”Gadis itu berteriak lantang berulang kali tapi Dhika tetap saja tidak mau mendengarkan perkataannya, dia tetap merangkul gadis itu dan membawanya menuju tepian kolam yang lebih aman.Tepat saat berada di tepian kolam gadis itu langsung memperagakan sebuah gerakan judo, dia mengarahkan tangannya ke belakang, meraih kepala
“Dasar anak monster,” teriak Dimas saat jari tangannya digigit oleh Dhika yang terlihat masih berumur 1 tahun.“Dimas apa yang terjadi?” tanya Bunga dengan napas yang tersendat-sendat saat berlari menuju kamar Dhika.Dhika membuka kedua matanya, dia melihat jari tangan ayahnya terluka hingga meneteskan cairan darah yang cukup banyak.Dhika melihat di pojok ruangan kakaknya Darma yang berusia 11 tahun menangis ketakutan.‘Apa ini? Dimana saya? Papah? Mamah?’“Astaga Dimas tangan kamu sampai berdarah seperti ini, tunggu sebentar biarkan saya mengobati tangan kamu. Darma tolong bantu mamah ambilkan perban di sana.”Darma tidak bergeming, dia masih sangat ketakutan.“Argghh dasar monster, dia seharusnya tidak kita lahirkan, dia benar-benar sangat berbahaya untuk keluarga kita.”
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan