Beranda / Romansa / Wonderstruck / Amara Izabel [3]

Share

Amara Izabel [3]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-08 16:00:33

Kata-kata putrinya membuat Merry terbelalak. “Kamu serius pengin … bunuh diri? Tapi, kenapa, Mara? Mama kira kamu baik-baik aja. Sejak pindah ke Parapat, kamu pelan-pelan bisa lupa sama kejadian buruk itu, kan?”

Amara pun meledak. Dia berdiri di sisi ranjang. Suaranya meninggi saat dia merespons ucapan ibunya. “Mana mungkin bisa lupa, Ma? Itu kejadian yang akan terus menghantuiku seumur hidup. Tiap malam aku mimpi buruk, sampai rasanya takut untuk tidur. Aku kesulitan untuk beraktivitas seperti biasa karena merasa nggak bisa ngapa-ngapain, nggak ada gunanya hidup. Makanya aku nekat botakin rambut. Bukan karena lagi kurang kerjaan. Tapi aku benci sama rambutku. Aku benci sama semua yang ada di tubuhku. Aku nggak baik-baik aja, aku menderita! Aku benci karena dulu nggak bisa bela diri. Makanya aku pengin mati aja. Itu jalan keluar yang terbaik.”

 “Mara....” Merry terpana. Perempuan itu mematung selama beberapa detik, menata

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wonderstruck   Amara Izabel [4]

    Setelah perbincangan panjang itu, Merry akhirnya mengizinkan Amara pindah ke Puan Derana. Esoknya, perempuan itu mengantar putrinya menuju Parapat untuk mengambil semua keperluan Amara. Setelah itu, mereka bertolak ke Pematangsiantar. Namun, Merry mensyaratkan satu hal. Ika akan tinggal di kota yang sama walau mustahil berada di Puan Derana juga. Ika akan indekos di sekitar tempat penampungan itu.“Ma, Mbak Ika nggak perlu ikut. Biar aja dia tetap tinggal di Parapat, ngurus vila Kakek,” tolak Amara awalnya.“Nggak apa-apa, Mara. Kalau kamu butuh sesuatu, Ika bisa bantuin. Lagian, di Parapat kerjaannya juga nggak banyak. Biarlah untuk sementara ini dia tinggal di dekat kamu. Supaya Mama juga nggak terlalu cemas.”Amara akhirnya mengalah. Paling tidak, restu dari Merry untuk tinggal di Puan Derana adalah dukungan luar biasa bagi gadis itu. Lagi pula, Pematangsiantar adalah kota yang sangat asing bagi Amara. Kehadiran Ika akan banyak membant

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Wonderstruck   Amara Izabel [5]

    Delapan bulan silam, Amara tak memiliki firasat apa pun bahwa dia akan mengalami peristiwa mengerikan yang mustahil bisa dilupakan. Si Monster yang sudah menjadi sahabat Amara sejak SD, Marcello alias Cello, mengajak gadis itu menonton di bioskop. Karena memang tak memiliki aktivitas lain, Amara menerima ajakan Cello.“Ketimbang di rumah aja, ya mending ikut kamu ke bioskop,” kata Amara kala itu. “Sebentar ya, Cel, aku ganti baju dulu. Nggak mungkin nonton pake kaus butut gini. sementara kamu udah ganteng maksimal gitu.”Cello sabar menunggu di ruang keluarga, sembari mengobrol dengan kakek dan nenek Amara yang sedang bertamu. Cello memang mengenal keluarga besar gadis itu dengan baik. Begitu juga sebaliknya. Cello cukup sering mengunjungi rumah Amara. Terutama saat masih SMA karena mereka nyaris selalu berangkat ke sekolah bersama.Amara bukan tipikal orang yang supel dan memiliki banyak teman. Meski dia tak bisa dianggap sebagai si soli

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Wonderstruck   Amara Izabel [6]

    Lima bulan setelah berada di Puan Derana, Amara akhirnya memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Dia masih harus terus mengonsumsi obat. Dokter Sondang sudah memberi rekomendasi rekan sejawatnya yang bisa didatangi oleh Amara setelah berada di Ibu Kota. Gadis itu juga membawa setumpuk rekam medisnya.Saat hendak meninggalkan tempat penampungan itu, Amara tak kuasa menahan air mata. Dia menangis tersedu-sedu sembari memeluk satu per satu penghuni dan relawan Puan Derana. Nilla yang menjadi teman sekamarnya selama ini, mendapat pelukan paling lama. Juga Nefertiti, orang pertama yang ditemuinya yang terhubung dengan Puan Derana. Belakangan dia baru tahu bahwa mereka memiliki nama belakang yang nyaris identik. Izabella dan Izabel.“Kamu harus sering menelepon kami ya, Mara. Apalagi kalau ada sesuatu, jangan sungkan untuk ngontak aku. Nggak masalah waktunya kapan,” Nefertiti mengingatkan. “Kalau suatu hari pengin balik ke sini lagi, jangan pikir dua kali. Data

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Wonderstruck   Amara Izabel [7]

    Keringat menetes deras dari tiap pori-pori di tubuh Amara. Menyiratkan betapa keras usahanya untuk aktivitas yang dilakukan di dalam kamarnya itu. Sesekali mata Amara bergerak ke arah layar monitor laptopnya untk mencontek gerakan yang tergambar di sana.Gadis itu terengah saat melakukan gerakan burpee yang menguras tenaga. Kakinya sudah terasa lemah karena terlalu diforsir. Setiap tulang di tubuhnya berteriak, menginginkan jeda untuk beristirahat. Namun Amara justru menantang semuanya dan bergerak lebih cepat.Setelahnya, dia mulai melakukan aneka variasi plank yang cukup menyakitkan sikunya yang belum sembuh. Dua hari lalu kedua sikunya terkelupas karena gerakan itu. Dan hari ini Amara memaksakan diri melakukan gerakan yang membuatnya menumpukan berat di sikunya.Diawali plank with knee tap, up-down plank, side-plank and pulse, hingga push-up tapi plank dilakoninya. Semuanya menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan membuat Amara menggig

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Wonderstruck   Menjinakkan Badai [1]

    Setelah satu tahun yang terasa begitu panjang, akhirnya Amara kembali ke tempat yang dicintainya, Fakultas Ilmu Komunikasi. Tempat yang diharapkannya mampu menjadi sumber tanpa dasar untuk pengetahuan yang akan membuat benaknya kaya. Sayang, perjalanannya tidak mulus.Dia sungguh tak ingin mengambil cuti kuliah. Amara memaksakan diri tetap datang ke kampus dan belajar seserius mungkin setelah malam mengerikan itu. Dia menendang jauh pengalaman traumatis itu, berlagak seolah tak terjadi apa pun. Namun, siksaannya kian lama kian mengerikan. Amara tak bisa terus berpura-pura. Mimpi buruk yang tak pernah absen menghantui, membuat gadis itu kekurangan waktu istirahat. Berat badannya mulai menyusut.Amara memang mampu menuntaskan perkuliahan di semester dua yang memang tersisa dua bulan lagi. Setelah itu, dia harus fokus pada hal lain. Belum lagi permintaan keluarga agar dia menikah dengan Cello. Mantan sahabatnya itu pun sudah pernah datang bersama keluarganya, meminang Ama

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • Wonderstruck   Menjinakkan Badai [2]

    Tak lama kemudian, Reuben mulai mengabsen sambil mengajukan beberapa pertanyaan standar kepada mahasiswanya. Menunjukkan bahwa dia memiliki ketertarikan untuk lebih mengenal orang-orang yang mengikuti kuliahnya. Bagi Amara, itu hal yang menarik.Reuben cukup jangkung. Tebakan Amara, lelaki itu lebih tinggi minimal lima sentimeter dibanding dirinya. Dengan tubuh langsing dan berkulit kecokelatan yang terlihat sehat, lelaki itu tampil rapi. Berhidung lurus, kening lebar, mata yang bersorot tajam, dagu agak runcing, dan bibir yang nyaris selalu tersenyum. Jadi, sangat wajar jika banyak yang suka memandang Reuben.Amara merasakan kemuraman kembali melingkupinya. Sepertinya dia salah duga saat menilai kekuatan mentalnya. Seharusnya dia tak pernah kembali ke bangku kuliah dan mulai serius berusaha mencari pekerjaan saja. Atau membantu ibunya mengelola restoran hamburger. Namun di sisi lain, Amara sungguh ingin menjadi sarjana. Dia juga tak terlalu berminat ikut terjun di res

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Wonderstruck   Menjinakkan Badai [3]

    Sesaat, Amara merasa ada berpasang-pasang mata sedang melihatnya dengan berbagai ekspresi. Mulai dari yang mencemooh, mengasihani, hingga membenci. Namun sekedip kemudian dia tersadar kalau itu cuma kecurigaannya saja.“Ini hari pertama, pasti semuanya terasa berat. Langkah pertama selalu yang paling sulit,” kata Amara dalam hati, menguatkan dirinya sendiri.Setelah mengerjap dua kali dengan cepat, Amara segera menyadari bahwa nyaris tidak ada yang memerhatikannya. Semua orang sibuk mengobrol, menikmati makanan, atau memainkan ponselnya. Sayang, kesadaran itu tak mampu mencegah keringat dingin yang telanjur mengucur di punggungnya.“Kamu akan baik-baik aja, Mara,” kata Ika, seakan paham apa yang berkecamuk di kepala gadis itu.Mereka akhirnya berhasil nyaris mencapai meja kosong yang diincar Amara tadi. Gadis itu bergerak dengan cepat setelah melihat segerombolan mahasiswi sedang melewati pintu masuk kantin. Amara tak ingin harus b

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • Wonderstruck   Menjinakkan Badai [4]

    Reuben tiba-tiba tertawa pelan. “Janggal sekali mendengar gadis seusia kalian memanggil saya ‘Bapak’ saat di luar kelas. Bisakah kita mengubah itu?”Amara memandang sekilas ke arah dosennya dengan bimbang. Itu permintaan yang aneh, setidaknya itulah opininya. “Maaf Pak, itu rasanya ... kurang sopan,” cetusnya kemudian.Sophie tersenyum mendengar kata-kata Amara. “Iya Pak, itu nggak sopan,” imbuhnya dengan setia kawan.Reuben akhirnya mengangguk dengan senyum masih bertahan di bibirnya. “Oke, saya nggak akan memaksa.”Amara tidak memperhatikan tema obrolan yang membuat Sophie, Ika, dan Reuben betah bertukar kalimat. Pikirannya sedang melayang-layang tak menentu, seakan menjelajah galaksi yang tanpa batas. Ketika akhirnya gadis itu melirik jam tangannya, dia buru-buru berdiri. Ika sempat menatapnya keheranan.“Maaf Pak, saya harus duluan. Sebentar lagi saya harus masuk kela

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17

Bab terbaru

  • Wonderstruck   Epilog

    Amara sering mendengar kalimat tentang cinta yang bisa mengubah hidup seseorang dengan drastis. Dan selama ini dia kerap mencibir, tidak memercayai hal itu sama sekali. Baginya, orang-orang yang sedang jatuh cinta itu cuma melebih-lebihkan saja.Akan tetapi, kini cibirannya itu justru berbalik menyerang Amara. Menjadi bumerang yang membuatnya jengah. Jika boleh jujur, Amara bahkan tidak tahu kalau efek cinta yang dirasakannya itu ternyata jauh lebih besar dibanding bayangan gadis itu. Amara mengira hidupnya sudah remuk dan takkan bisa lagi kembali normal. Bahagia itu cuma sebuah mimpi lancang yang terlarang untuknya.Hingga Seo Ji Hwan hadir dalam dunianya, memainkan sihir ajaib yang tidak pernah terduga.Membuka hatinya lagi untuk Ji Hwan setelah tahu siapa cowok itu, sama sekali tidak mudah. Akan tetapi, memaksa Ji Hwan menjauh dan membiarkan cowok itu lenyap dari hidup Amara selamanya, jauh lebih tidak tertanggungkan. Cinta Amara untuk cowok itu sudah bertumb

  • Wonderstruck   My Other Half [7]

    Kata-kata Ji Hwan itu mengejutkan Amara. Dia pun merespons. “Pasti itu melibatkan cewek yang namanya Rita tadi,” tebak Amara dengan perasaan terganggu. Cemburu.“Memang iya,” aku Ji Hwan dengan jujur. Pengakuan itu membuat Amara berjengit.“Dan tadi dia menggandengmu dengan mesra,” Amara menahan diri agar tidak mengomel panjang. “Aku dan Sophie ngeliat semuanya.”“Dia memang menggandengku, Mara. Tapi seingatku, buru-buru kulepaskan. Nggak ada yang bisa dianggap ‘mesra’ di situ,” ralat Ji Hwan. Kedua tangannya terangkat dan membuat tanda petik di udara. “Kalau memang kamu secemburu itu, seharusnya kamu nggak pernah ngelepasin aku,” dia menambahkan.Amara menoleh ke kanan, mengira akan melihat Ji Hwan tersenyum jail. Namun ternyata tidak. Ji Hwan terlihat sangat serius dengan kata-katanya. Matanya yang agak sipit itu menatap Amara dengan kesungguhan yang luar biasa.

  • Wonderstruck   My Other Half [6]

    Ji Hwan tertawa geli. Amara benar-benar merasa lega karena akhirnya bisa melihat cowok itu tergelak lagi. Lesung pipitnya begitu menyihir. Amara sekarang baru menyadari betapa dia sangat merindukan Ji Hwan. Dia tidak tahu bagaimana selama ini bisa bertahan, bahkan sampai bersikap memusuhi cowok itu. Amara pun tak sudi mendengar semua pembelaan diri dari Ji Hwan.“Sophie juga udah ngingetin aku tentang kamu yang gengsi banget untuk mengakui perasaanmu sama aku,” aku Ji Hwan.Amara mendesah tak berdaya. “Kalau nanti ketemu Sophie, aku akan menjahit mulutnya,” ucap gadis itu. “Dia sama sekali nggak bisa menjaga rahasia.”Ji Hwan tertawa kecil. “Sophie nggak punya maksud jelek. Dia cuma ingin membantu kita berdua,” katanya. “Heartling, bisa nggak sih, kita berhenti berantem dan ngucapin kata-kata yang nyakitin hati? Aku beneran jatuh cinta sama kamu. Aku menyesali semua yang harus kamu alami. Aku lebih nyesal lag

  • Wonderstruck   My Other Half [5]

    Wajah Amara menghangat. Kata-kata Ji Hwan itu membuatnya jengah. Dia sempat mengerjap sambil menatap sang mantan, tak yakin bagaimana Ji Hwan tampak berbeda dibanding kemarin. Hari ini, Ji Hwan tampak lebih santai dan bisa mengucapkan kata-kata yang mengejutkan. Meski tak terlihat lesung pipitnya yang begitu disukai Amara.“Kenapa aku harus cemburu?” Amara mengerutkan glabelanya. “Ji Hwan, kita beneran konyol banget karena ngebahas hal-hal yang nggak penting. Sekarang, balik ke masalah yang sebenarnya. Kamu ngajak aku ke sini untuk ngebahas apa?” tanya Amara. Dia berusaha bersikap setenang mungkin meski nyatanya jantung Amara terasa menggila lagi.“Bukannya kamu merindukanku?” Ji Hwan malah balas bertanya. Pertanyaan itu begitu mengejutkan, seperti bom yang dijatuhkan di keheningan malam.“Apa?” Amara yakin dia sudah salah dengar.Ji Hwan menjawab dengan sabar. Nada sinis yang tadi tertangkap di telinga Amar

  • Wonderstruck   My Other Half [4]

    “Kamu sakit ya, Mara? Wajahmu agak pucat,” cetus Ji Hwan dengan napas memburu. Menurut tebakan Amara, cowok itu pasti berlari saat kembali ke tempatnya menunggu.“Aku nggak sakit.” Seisi dada Amara dipenuhi permohonan, berharap Ji Hwan mau memanggilnya “Heartling” lagi. Permohonan yang tidak mampu dilisankan Amara di depan cowok itu. Sesaat kemudian, gadis itu memarahi dirinya sendiri. Memangnya apa yang diharapkannya? Ji Hwan sudah melakuakan segalanya untuk mempertahankan Amara. Akan tetapi, Amara sendiri yang menolak Ji Hwan berkali-kali.Ji Hwan melihat ke arah jam tangannya. “Kita bisa pergi sekarang? Atau kamu mau makan siang dulu?”Amara menggeleng. “Aku nggak lapar.”Setelahnya, gadis itu berjalan bersisian dengan Ji Hwan menuju tempat parkir motor di fakultas cowok itu. Tak ada yang membuka mulut. Amara pun sama sekali tidak berkomentar saat mantan pacarnya menyerahkan sebuah helm kepada

  • Wonderstruck   My Other Half [3]

    Namun Amara tidak mampu mensterilkan diri dari perasaan senang saat melihat Rita menjadi salah tingkah dengan wajah agak pias. Mereka saling sapa dengan canggung. Amara juga merasa lega karena Ji Hwan tidak mengoreksi kata-kata Sophie tadi.Kurang dari tiga menit kemudian Rita pamit dengan alasan harus masuk kelas. Tak lama kemudian Sophie pun menyusul. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu menyesali caranya mengintimidasi Rita. Sophie malah terkesan puas dengan kelakuannya barusan. Kini, yang tinggal hanya Amara, berdiri berhadapan dengan mantan pacarnya dengan canggung. Gadis itu memindahkan berat badannya dari kaki kanan ke kaki kiri. Tidak ada yang bicara hingga berdetik-detik. Sementara mahasiswa berlalu-lalang di sekitar mereka.“Amara, kenapa belum pulang? Masih ada kuliah, ya?”Tanpa melihat pun Amara tahu bahwa Reuben yang barusan menyapanya. Dosennya itu berhenti sambil menatap Amara. Berdiri di depan dua pria yang pernah menjanjikan hati m

  • Wonderstruck   My Other Half [2]

    Amara belum pernah merasakan siksaan luar biasa saat mengikuti kuliah. Ji Hwan yang sudah memperkenalkannya pada perasaan asing yang membuatnya tak berdaya itu. Amara mengutuki waktu yang melamban dan jarum jam yang seakan tidak bergerak. Seolah-olah waltu membeku begitu saja.“Mara, bisa duduk diam nggak, sih?” protes Sophie. “Kalau kamu bergerak-gerak terus di kursimu, mungkin bakalan dikira kena wasir.”Kalimat seenaknya dari Sophie itu membuat Amara menendang kaki sahabatnya dengan gerakan pelan. Sophie malah terkikik geli dan buru-buru menundukkan wajah agar tak ketahuan dosen sedang tertawa.“Pasti kamu udah nggak sabar pengin buru-buru keluar dari sini, kan?” tebak Sophie ketika akhirnya kelas berakhir. Seringai jailnya tidak mampu membuat perasaan Amara membaik. “Tersiksa banget kan, Mara?”Amara mengabaikan gurauan sahabatnya. “Sophie, nanti kalau ketemu Ji Hwan, aku harus ngomong apa? Aku ben

  • Wonderstruck   My Other Half [1]

    Amara melangkah pelan dengan kepala tertunduk. Sophie menggandeng lengan kanannya. Setelah menghabiskan waktu di kantin, mereka akhirnya menuju ruang kelas. Perkuliahan akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Perbincangan Amara dan Sophie tidak mendapat titik temu seputar jalan keluar untuk soal Ji Hwan. Amara sudah kehilangan semangat. Dia yakin, kini dia merasakan patah hati dalam arti sebenarnya.Amara tahu, rasa sakit yang harus ditanggungnya pasti tak akan ringan. Setelah semua kemarahannya mereda dan akal sehat yang berbicara, pastilah rasanya berbeda dibanding malam tahun baru itu. Saat dia memutuskan hubungan dengan Ji Hwan tanpa perasaan.“Kamu terlalu jauh dijajah gengsi. Itu kebiasaan jelek, Mara. Gengsi itu perlu tapi ya harus pada tempatnya. Kalau memang....” Sophie tidak melanjutkan kalimatnya.Heran karena Sophie tak lagi bicara, Amara berujar, “Silakan terus mengejek dan menceramahiku. Masa sih kamu udah capek? Kayaknya ini bar

  • Wonderstruck   Biar Hati Bicara [8]

    Sophie sudah digariskan menjadi orang yang tak mudah dipuaskan. Dan meski sudah ikut melihat adegan tadi, gadis itu merasa bahwa reaksi Amara terlalu berlebihan. Cemburu yang tidak pada tempatnya. Bagi Sophie, tak seharusnya semangat Amara melempem begitu saja. Gadis itu tanpa sungkan mengutarakan opininya.“Katanya rindu, tapi udah langsung nyerah cuma karena ngeliat ada pengagum Ji Hwan yang lagi usaha untuk narik perhatian,” sindirnya. Sophie tidak menyembunyikan rasa gelinya. Tawanya menyusul kemudian, membuat Amara merengut sekaligus kesal.“Aku nggak cemburu, kalau itu yang kamu maksud,” balas Amara, defensif.Sophie mengabaikan kata-kata Amara. “Kamu ingat nama cewek itu? Rita kan, ya?”Amara berusaha keras menggali memorinya tapi gagal total. “Entahlah, aku sama sekali nggak ingat. Cuma kenal mukanya doang.”“Hmmm, aku maklum, sih. Sebelum ini, kamu terlalu asyik berdua sama Ji Hwan, sih

DMCA.com Protection Status