Ku berjalan menelusuri kembali setiap jengkal tempat yang tak asing untukku sekarang, sudah terlalu lama aku tak menginjakkan kakiku kesini.
Di tempat terakhir Mama dan Bapak istirahat, alangkah malunya aku sebagai anak yang paling berat menanggung keluarga justru tak pernah sedikitpun menjenguk mereka.
Mentari kali ini bersinar dengan sangat cerah, layaknya sebuah sinar bohlam dimalam hari kala ku kecil dulu.Tiba-tiba aku teringat ucapan Bapak kala itu."Le, benda apa yang tidak bisa dimusnahkan oleh api?" tanya
Melihat sepasang mata yang penuh kebingungan dan kesedihan dihadapanku sekarang ini membuatku merasa tak baik-baik saja."Udah kamu nanti coba ketemu dulu sama pacar kamu, kamu ceritain semuanya tentang perjodohan ini. Nanti respon pacar kamu kayak gimana itulah jadi patokan langkah kaki kamu selanjutnya Din." ucapku menenangkan Dinda yang masih bercucuran air mata.
"Mas.. Mas, bangun mas" ucap seseorang di telingaku.Ku buka mata perlahan menatap ke langit-langit."Alhamdulillah udah sadar.." ucap seseorang
"Mas mau dianterin ngga?" tanya seorang perempuan itu padaku"Ah, ndak usah ngrepotin mba. Ini saja udah ngrepotin banget" jawabku ngga enak"Lumayan jauh lho mas, nanti kalo kenapa-kenapa di jalan gimana?" jawab perempuan itu padaku
____
Aku bingung ada apa sebenarnya Dinda tiba-tiba mengirim chat seperti ini?Me : Iya din,Setelah beberapa saat Dinda membalas
Tidak ada yang disebut luka abadi,semua akan bahagia pada waktunyaMenyedihkan ternyata melihat kenyataan bahwa aku tak tau kalau jatuh cinta akan semenyakitkan ini, dia yang selalu kupuja di depan Tuhan adalah bom waktu yang membuatku mati seketika.“Maaf Dit, orang tuaku tak setuju dengan pernikahan kita.” ucapnya tanpa basa basi“Lho Put, bukannya kita udah tunangan? Kenapa harus memutuskan sepihak seperti ini?” tanyaku masih bingung pada Putri.“Maaf banget, aku tuh butuh kamu selalu ada buat aku. Setelah tunangan kita, aku merasa kamu perlahan menjadi berbeda bukan seperti Adit yang kukenal.”“Maksud kamu apa Putri?” Tanyaku dengan nada kecewa“Maaf ya Dit, hubungan kita udahan yaa..” jawabnya sembari meninggalkanku.Entah bagaimana rasanya seolah tersambar petir yang disiang bolong, laksana anak panah yang menghujam tepat diseluruh relung hatiku. Layaknya teroris dia pergi begitu saja setelah menghancurkanku menjadi
‘Hai Adit, aku tahu hari ini adalah hari terberatmu.Jangan bersedih tentang Putri, suatu saat pasti kamu akan mengetahui sebenarnya yang terjadi, dan dari perempuan yang kamu temui hari ini, ingatlah dia dan belajarlah dari dia.’Tunggu, bagaimana bisa si pengirim surat ini tahu tentang Putri dan mengetahui bahwa aku bertemu dengan seorang perempuan hari ini?. Dari paragraph pertama yang kubaca aku sempat berfikir siapa dan apakah ada seseorang yang menguntitku dari belakang hari ini, aku pun tak melanjutkan membacanya dan kupilih untuk menyimpannya saja di atas laci karena aku terlalu lelah untuk memikirkan hal-hal yang tidak ingin aku fikirkan sekarang.Keesokan hari seperti biasanya aku bersiap untuk berangkat kerja namun sebelum itu aku harus mengantar Toni untuk pergi ke sekolah.Tiba-tiba Nenek menghampiriku dan berkata “Dit, nanti kalo udah pulang kerja bisa antar Nenek kerumah Pak Andre?”“Bisa Nek, insya Allah nanti Adit usahain biar bis
Aku bingung ada apa sebenarnya Dinda tiba-tiba mengirim chat seperti ini?Me : Iya din,Setelah beberapa saat Dinda membalas
____
"Mas mau dianterin ngga?" tanya seorang perempuan itu padaku"Ah, ndak usah ngrepotin mba. Ini saja udah ngrepotin banget" jawabku ngga enak"Lumayan jauh lho mas, nanti kalo kenapa-kenapa di jalan gimana?" jawab perempuan itu padaku
"Mas.. Mas, bangun mas" ucap seseorang di telingaku.Ku buka mata perlahan menatap ke langit-langit."Alhamdulillah udah sadar.." ucap seseorang
Melihat sepasang mata yang penuh kebingungan dan kesedihan dihadapanku sekarang ini membuatku merasa tak baik-baik saja."Udah kamu nanti coba ketemu dulu sama pacar kamu, kamu ceritain semuanya tentang perjodohan ini. Nanti respon pacar kamu kayak gimana itulah jadi patokan langkah kaki kamu selanjutnya Din." ucapku menenangkan Dinda yang masih bercucuran air mata.
Mentari kali ini bersinar dengan sangat cerah, layaknya sebuah sinar bohlam dimalam hari kala ku kecil dulu.Tiba-tiba aku teringat ucapan Bapak kala itu."Le, benda apa yang tidak bisa dimusnahkan oleh api?" tanya
Ku berjalan menelusuri kembali setiap jengkal tempat yang tak asing untukku sekarang, sudah terlalu lama aku tak menginjakkan kakiku kesini.Di tempat terakhir Mama dan Bapak istirahat, alangkah malunya aku sebagai anak yang paling berat menanggung keluarga justru tak pernah sedikitpun menjenguk mereka.
27 November 20181 tahun kemudian setelah pernikahan Putri.Sekarang aku sudah bisa merasakan lebih baik pada diriku sendiri, mengenai hal-hal yang ku lalui tahun lalu memanglah berat tapi pada ken
"Mas ini ada undangan" ucap Fika diujung pintu kamarku"Dari siapa Fik?" tanyaku padanya"Dari Mba.." jawab Fika kemudian terdiam