Sayang sekali, Adelio tidak ada ketika Rosalind datang ke apartemennya di sore hari. Bukan berarti dia mengharapkan sesuatu dari Adelio. Dia biasanya tidak begitu. Ragu-ragu tentang apa yang harus dia lakukan mengenai ciuman itu, pekerjaannya, belum lagi tentang masa depannya, dia masuk ke ruangan yang dia gunakan sebagai studio.
lebih dari lima menit, dia melukis dengan gugup. Adelio Carlos tidak nyata untuknya. Meskipun dia juga tidak nyata untuk Adelio Carlos. Tapi lukisan itu nyata. Hal itu masuk ke dalam otaknya dan mengalir ke dalam darahnya. Dia harus menyelesaikannya sekarang.
Dia tenggelam dalam pekerjaannya selama berjam-jam, akhirnya kreativitasnya mengalir tanpa sadar sampai matahari tenggelam di balik gedung-gedung bertingkat.
Pengurus rumah mengaduk sesuatu di mangkuk ketika Rosalind masuk ke dapur untuk mengambil air. Dapur Adelio mengingatkannya pada salah satu ruangan milik bangsawan inggris yang besar, dengan peralatan memasak yang mungkin pernah di buat oleh seniman yang terampil, tapi bagaimana pun juga tetap terasa nyaman. Dia suka duduk di sana dan mengobrol dengan pengurus rumah.
"Kau begitu tenang, aku sampai tidak sadar kalau kau ada di sini!" Katanya ramah.
"Aku bekerja keras untuk itu." Jawab Rosalind, meraih pegangan besar kulkas. Pengurus rumah bersikeras agar Rosalind bersikap seolah di rumahnya sendiri. Pertama kali dia membuka lemari es, Rosalind terkejut melihat sebuah rak penuh botol minuman soda yang dingin, dan juga sepiring irisan jeruk yang ditutup plastik.
"Adelio mengatakan padaku kalau soda dan rejuk adalah minuman favoritmu." Katanya.
Sekarang setiap kali dia membuka lemari es. Dia merasa sebuah dorongan hangat yang dia alami ketika pertama kali dia sadar kalau Adelio ingat minuman kesukaannya dan menyediakannya untuknya sementara dia bekerja.
Kasihan sekali, dia memaki diri sendiri sambil mengambil sebotol air soda.
"Apakah kau ingin makan malam?" Tanyanya. "Adelio tidak makan hari ini, tapi aku bisa membuatkan sesuatu untukmu."
"Tidak. Aku tidak lapar. Terima kasih." Jawabnya. "Jadi Adelio ada di kota? Apa nanti dia akan pulang?"
"Ya. Dia mengatakannya tadi pagi. Dia biasanya makan pukul delapan tepat. Entah aku yang memasak atau dia makan di kantor. Adelio suka rutinitasnya. Dia selalu seperti itu sejak masih remaja." Jawab pengurus rumah tangga. "Kenapa kau tidak duduk di sini dan menemaniku sebentar. Kau terlihat pucat. Kau bekerja terlalu keras. Aku sedang memanaskan air. Kita bisa minum teh."
"Baiklah." Kata Rosalind dan duduk di salah satu tempat duduk.
Dia tiba-tiba merasa lemah karena kelelahan, bahkan sekarang imajinasi kreatifnya yang menyerbu adrenalinnya sudah pudar. Dan juga, dia tidak bisa tidur nyenyak selama dua hari terakhir.
"Seperti apa Adelio ketika masih kecil?" Tanya Rosalind.
"Serius, pitar, sedikit pemalu. Kadang dia bersikap hangat dan manis." Jawab pengurus rumah.
Rosalind mencoba membayangkan anak laki-laki muram, rambut gelap, pemalu. Hatinya sedikit merasa tertekan dengan gambaran pikirannya.
"Kau terlihat sedikit tidak enak badan." Kata pengurus rumah itu sambil buru-buru menuangkan air panas ke dalam dua cangkir kemudian meletakkan di atas nampan pera yang sudah tersedia sepiring kue. "Bagaimana dengan lukisanmu?"
"Semuanya berjalan dengan baik." Jawabnya ketika pengurus rumah meletakkan sebuah cangkir dan piring kue di depannya. "Semu berjalan lancar sejauh ini. Kau harus datang dan melihatnya nanti."
"Aku akan melakukannya. makanlah kue ini. Selainya akan membuatmu melompat keluar dari suasana hati yang buruk."
Rosalind tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Ibuku akan pingsan jika mendengar apa yang baru saja kau katakan."
"Kenapa?" Tanya pengurus rumah.
"Karena kau menganjurkanku untuk mengatur suasana haiku dengan makanan. Orang tuaku berteman dengan lusinan psikolog anak. Melatih pikiran yang buruk tentang makanan dalam pikiranku sejak aku berusia sembilan tahun." Rosalind melihat ekspresi bingung dari pengurus rumah tangga. "Aku gemuk saat masih kecil."
"Aku tidak percaya! Kau sangat kurus."
Rosalind mengangkat bahu. "Setelah aku pergi ke sekolah, berat badanku mulai berkurang setelah satu atau dua tahun. Lalu aku mulai pergi menjauh dari mereka untuk kuliah, jadi menurutku pergi dari kritikan mereka juga membantu."
Pengurus rumah mengangguk. "Kadang menjadi gemuk bukan beban yang berat."
Rosalind tersenyum. "Kau harusnya menjadi seorang psikolog.
"Apa yang akan Lord Carlos dan Adelio padaku nanti?" Katanya sambil tertawa.
"Lord Carlos?"
"Kakek Adelio, Jeremy Carlos. Aku bekerja untuk dia dan isterinya selama tiga puluh tahun sebelum aku datang ke sini dan bekerja untuk Adelio. Tujuh tahun lalu."
"Kakeknya Adelio." Ulang Rosalind dengan nada penuh pertimbangan.
"Adelio adalah ahli warisnya."
"Bukan Ibu atau ayahnya?"
"Ibu Adelio. Helena Adalah putri tunggal dari keluarga Carlos." Jawabnya dengan nada sedih.
"Apakah dia..." Rosalind menjadi tidak nyaman.
"Ya, dia sudah meninggal. Dia meninggal saat masih sangat muda. Hidupnya tragis."
"dan ayahnya?"
Pengurus rumah tidak menjawab. Dia melihat sekeliling. "Aku tidak yakin. Aku harusnya tidak membicarakan ini."
"Oh, tentu saja. Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud ikut campur, aku hanya..."
"Aku tidak berpikir kau bermaksud kurang ajar." Jawab pengurus rumah dengan nada meyakinkan. "Hanya saja aku khawatir kalau Adelio memiliki kisah sedih tentang keluarganya, meskipun dia memiliki semua ktenaran dan keeruntungan saat dewasa. Ibunya adalah wanita muda yang suka memberontak. Keluarga Carlos tidak bisa mengontrolnya. Dia kabur dari rumah pada usia sembilan belas dan mengilang lebih dari sebelas tahun. Keluarga Carlos mengira dia telah meninggal tapi mereka tidak pernah bisa membuktikannya. Jadi mereka hanya tetap mencari. Itu adalah masa suram di kediaman Carlos." Kesedihan terlihat di wajahnya.
"Aku bisa membayangkan."
Pengurus rumah mengangguk. "Sangat buruk. Dan semuanya tidak menjadi lebih baik ketika mereka menemukan tempat tinggal Helena yaitu sebuah rumah kecil. Dia menjadi gila. Sakit. Mengalami delusi. Tidak ada satu orang pun yang tahu dan mengert apa yang sudah dia alami. Dan Adelio berusia sepuluh tahun saat itu."
Suaranya tercekik karena menahan tangis.
"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih." Kata Rosalind.
"Tidak apa-apa. Banyak yang mengatakan kalau keluarga Carlos tidak lebih dari seorang majikan tapi bagiku mereka satu-satunya keluargaku." Katanya sambil terisak dan mengusap pipinya.
"Ada apa?"
Rosalind terkejut saat mendengar suara keras pria dan berbalik. Adelio berdiri di pintu masuk dapur.
"Adelio, kau pulang lebih awal." Kata pengurus rumah.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Adelio dengan nada penuh perhatian.
"Aku baik-baik saja. Tolong jangan pedulikan aku. Kau tahu kan kalau wanita tua ini mudah terharu." Jawabnya dengan tawa yang dibuat-buat.
"Aku tidak tahu kalau kau mudah terharu." Kata Adelio dan berbalik menatap Rosalind. "Bisakh aku bicara denganmu di perpustakaan?" tanyanya pada Rosalind.
"tentu." Jawabnya.
Beberapa menit kemudian, dia menjadi cemas saat mendengar suara Adelio menutup pintu perpustakaan yang besar di belakangnya. Dia melangkah pelan ke arah Rosalind, langkah berat yang anggun dari hewan pemangsa. Kenap Rosalind selalu membandingannya dengan hal lain., seperti seorang pria dan hal yang liar?
"Apa yang kau katakan padanya?" Tuntut Adelio.
Kecurigaan Rosalind terbukti, tapi da siap berperang dengan tuduhannya.
"Aku tidak mengatakan apa-apa! Kami hanya bicara."
"Bicara tenang keluargaku." Kata Adelio.
Rosalind menarik napas lega. Sepertinya Adelio hanya mendengar akhir dari pembicaraan dan tidak tahu kalau mereka membicarakan tentan ibunya. dan juga dia. Entah bagaimana Rosalind perlahan mulai mengerti tentan Adelio.
"Ya." Aku Rosalind. Dia melipat tangannya di dada. " Aku bertanya tentang kakek dan nenekmu."
"Dan membuatnya menangis?" tanya Adelio dengan nada sindiran.
"Aku tidak begitu mengerti apa yang membuatnya menangis." Kata Rosalind jujur. "Aku bukanlah orang yang suka ikut campur, Adelio. kami hanya bicara, bicara dengan sopan. Mungkin kau harus mencobanya kapan-kapan."
"Jika kau ingin tahu tentang keluargaku, aku lebih suka kalau kau bertanya padaku."
"Oh, dan kau akan mngatakan semuanya. Tidak di rgukan lagi." Balas Rosalind dengan nada sindirsan.
Otot di wajah Adelio mengeras. Tiba-tiba dia berjalan ke arah meja dan mengambil sebuah patung perungu kecil.
Rosalind heran pada kejengkelan yang bercampur dengan kegugupannya. Dengan punggung yang menghadap Rosalind, dia punya kesempatan untuk mengamatinya. Adelio memaki celana panjang, kemeja putih dan dasi biru. kemeja itu benar-benar sempurna untuk bahunya yang lebar. Di benar-bnar makhluk yang indah.
"Alin bilang dia menghubungi pagi ini." Kata Adelio mengubah topik.
"Ya. Aku ingin bicara denganmu tentang apa yang dia katakan." Jawab Rosalind.
"Kau melukis hari ini." Itu bukan pertanyaan.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Ada cat di jari telunjuk kananmu."
Dia menatap di tangan kanannya. Dia tidak pernah melihat Adelio memperhatikannya. Apakah da punya mata di belakang kepalanya?
"ya aku melukis."
"Aku pikir kau tidak akan kembali, setelah apa yang terjadi hari itu."
"Aku kembali. tapi bukan karena apa yang kau katakn pada Alin untuk meneleponku."
Dia berbalik. "Aku tidak ingin kau khawatir tentang bisa atau tidak bisa menyelesaikan kuliahmu."
"Dan kau tahu kalau aku akan menyelesaikan lukisan itu berapa pun kau akan membayarku." Katanya kesal dan berjalan ke arahnya.
Adelio terlihat malu.
"Aku tidak suka di manipulasi." Kata Rosalind lagi.
"Aku tidak mencoba memanipulasi dirimu. Aku hanya tidak ingin kau kehilangan kesempatan yang pantas kau terima karena aku kehilangan kendali. Kau tidak pantas di salahkan atas apa yang terjadi waktu itu."
"Kita berdua melakukannya." Kata Rosalind. "Aku tidak berpikir itu adalah kesalahan siapa pun."
"Walaupun aku harus pergi ke neraka, aku tetap ingin melakukannya lagi denganmu, Rosalind."
"Kau menyukaiku?" tanya Rosalind. Dia tidak percaya dia berhasil menanyakan pertanyaan yang sudah membusuk di otaknya selama beberapa hari.
"Aku suka padamu? AKu sangat ingin bercinta denganmu. Apakah ini menjaab pertanyaanmu?"
"Kenapa kau begitu khawatir akan kehilangan kendali? Aku bukan gadis berusia dua belas tahun." Kata Rosalind setelah beberapa menit.
"Tentu saja kau bukan gadis dua belas tahun, tapi kau hampir terlihat seperti itu." Kata Adelio dengan nada yang penuh sindiran.
Rasa terhina menampar wajah Rosalind. Bagaimana mungkin dia berubah begitu cepat dari panas menjadi dingin?
Adelio berjalan mengitari meja dan duduk santai di kursi kulit. "Lebih baik kau pergi kalau tidak ada hal lain yang ingin di katakan."
"Aku lebih suka kau membayarku setelah aku menyelesaikan lukisannya. Bukan di awal." Kata Rosalind berusaha tenang di tengah amarahnya.
Adelio mengangguk seakan mempertimbangkan permintaanya.
Billi mengemudikan mobil Oki dengan pelan pada sabtu malam di lalu lintas yang sangat sibuk. Oki agak sedikit mabuk setelah mendengarkan Band bermain selama dua jam. Meskipun begitu mereka menjadi gila."Ayolah Ros." Rafa mendorong dari kursi belakang. "Kita semua akan mendapatkan satu.""Kau juga Billi?" Tanya Rosalind dari tempat duduk di kursi penumpang.Billi mengangkat bahu. "Aku selalu ingin punya tato di lengan kananku dengan model kuno, seperti jangkar atau yang lainnya." Katanya, berkedip dan tersenyum pada Rosalind ."Dia mempertimbangkan untuk menjadi bajak laut." Canda Oki."baiklah aku tidak akan ikut membuatnya sampai aku punya waktu untuk menggambar designnya sendiri." Kata Rosalind dengan tegas."Kau adalah perusak kesenangan." Kata Oki dengan keras. "Dimana letak kesenangannya kalau tato di rencanakan terlebih dahulu? Kau harusnya bangun dengan kaget keesokan harinya karena kau tidak ingat kapan kau membuat tato.""Ap
Pintu lift tertutup dengan pelan, dan Rosalind mengikuti Adelio masuk ke dalam apartemennya, perasaan yang sama, sebagian adalah rasa takut yang bercampur dengan ragu dan kegembiraan."Ikut aku ke kamarku." Kata Adelio.Kamarku. Kata itu menggema di kepala Rosalind. Dia mengikuti Adelio di belakangnya, merasa seperti anak sekolah yang tertangkap basah. Antisipasi yang tidak bisa di sangkal, dia merasakan sesuatu yang tidak bisa dia mengerti. Bagaimana pun juga, dia tahu jika dia menyeberangi pintu menuju kamar Adelio, hidupnya akan berubah selamanya. Seolah Adelio mengerti hal ini, dia berhenti di depan pintu kayu."Kau belum melakukan ini sebelumnya kan?" Tanya Adelio."Tidak." Rosalind mengakui. "Apakah itu tidak masalah bagimu?""Ini bukan yang pertama. Aku sangat menginginkanmu, tapi aku juga sadar tentang kepolosanmu." Katanya dan menatap Rosalind. "Apa kau yakin ingin melakukannya Rosalind?""Katakan padaku tentang satu hal.""A
Adelio menatap Rosalind. Lubang hidungnya mengembang dan wajahnya kaku sebelum dia tiba-tiba berdiri."Kita mulai sekarang. Membungkuk ke depan dan letakkan tanganmu di lutut." Perintah Adelio."Ya Tuhan, kau sangat cantik. Membuatku frustasi karena kau tidak menyadari semua itu, Rosalind."Rosalind menutup matanya ketika Adelio membelai punggungnya. Dia tidak membuka matanya ampai Adelio berhenti membelainya. Kemudian sebuah pukulan mendarat di pantatnya. Matanya melebar dan dia berteriak. Sengatan rasa sakit itu memudar dengan cepat."Kau baik-baik saja?" Tanya Adelio"Ya." Jawab Rosalind jujur.Rosalind bernafas keras ketika pukulan lain menderanya lagi. Adelio mengangkat tangannya dan menampar pantat kanan kemudian sebelah kiri, berganti lagi ke kanan dalam irama yang cepat. Rosalind mengigit bibirnya untuk tidak berteriak. Adelio sangat berpengalaman dalam hal ini, pukulannya tepat, tegas, cepat tapi tidak terges-gesa. Adeli
Dua hari kemudian, Adelio menatap keluar dari jendela mobilnya saat Hendrik berbelook turun di sepanjang jalan rumah perkotaan dengan batu bata. Seorang temannya memberitahunya kalau Billi Atlas menerima rumaah warisan dari almarhum orang tuanya.Galeri seni Atlas berjalan sangat baik. Sepertinya teman sekamar Rosalind memiliki selera yang baik dan punya intuisi bisnis yang bagus, dia juga sopan, tenang dan teliti. Itu juga yang menarrik pecinta karya seni.Adelio juga tidak bisa menyangkal saat baru mengetahui kalau Billi yang ternyata adalah seorang gay. Dialah yang menjamin pada malam berikutnnya agar teman sekamar Rosalind yang lain tidak akan bisa menyentuhnya.Adelio menjadi orang pertama yang menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya dia sentuh, dia mengutuk dirinya sendiri. Bayangan Rosalind yang hancur saat dia meninggalkan kamarnya di malam itu menyadarkannya ribuan kali. Adelio menggerutu pelan, saat Rosalind pergi dari rumahnya. Adelio ingin meng
Hal yang di harapkan itu tiba juga ; Rosalind bekerja seperti seorang pencuri malam ini. Lukisan itu membuatnya kembali, meskipun keadaan tidak bisa dia kendalikan sepenuhnya.Rosalind mencampur cat warnanya dengan cepat, menggunakan cahaya dari sebuah lampu kecil yang dia letakkan di meja untuk membantunya melihat. Dengan putus asa dia berusaha dengan teliti melukis warna dari langit malam sebelum cahayanya berubah.Gedung yang bercahaya berlawanan dengan latar belakang langit di malam hari. Rosalind tiba-tiba berhenti dan memandang pintu studio yang tertutup, menunggu dengan tenang. Detak jantungnya mulai berdegup kencang dalam keheningan yang menakutkan. Sebuah bayangan terlihat, menipu matanya. Pengurus rumah meyakinkannya kalau dia akan sendirian di rumah malam ini. Adelio ada meeting dan dia pergi menemui temannya.Tapi, Rosalind tidak merasa sendirian sejak beberapa detik dia keluar dari lift dan menuju ruangannya bekerja.Apakah tempat ini berhant
Beberapa malam kemudian, rasa sakit itu tetap ada. Tapi Rosalind menolak untuk membaginya, dalam pikiran atau jiwanya. Hal terburuk yang paling menyakitkan adalah saat ponselnya berbunyi dan dia melihat Adelio masih mencoba menghubunginya.Semua itu sangat berat baginya untuk mengabaikan rasa sakit hatinya pada malam minggu yang ramai saat menjadi pelayan. Dia begitu sibuk, dia bahkan tidak punya kesempatan untuk memikirkan Adelio atau lukisan atau kekesalannya pada orang yang memainkan musik dengan suara keras pada pukul dua pagi. Tempat ini di ciptakan untuk para penggila pesta yang akan menghamburkan uang mereka untuk makanan dan minuman sampai pukul lima pagi. malam minggu selalu melelahkan bagi Rosalind, dan juga menguji kesabarannya, tapi dia berusaha untuk tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tip yang besar dari malam biasanya.Rosalind menaruh nampan di tempat tunggu pelayan dan mengatakan pesanannya pada sang pemilik yang sudah lumayan tua yang
Rosalind pergi tidur pagi itu, tapi dia tidak bisa tidur. Rasa gembira tidak mau meninggalkannya. Dia bangun sebelum alarmnya berbunyi, membuat kopi dan meminumnya, makan semangkuk sereal, dan mandi. Apa yang akan dia pakai agar tdia terlihat cocok saat bepergian bersama Adelio Carlos?Karena dia tidak memiliki satu pakaian yang pantas untuk di sandingkan dengan Adelio, dia memutuskan untuk memakai celana jeans favoritnya, boots, tank top dan jaket hijau pendek. Jika dia tidak bisa terlihat elegan, setidaknya dia harus merasa nyaman selama penerbangan. Dia menghabiskan waktu untuk menata rambut panjangnya yang sangat jarang dia lakukan, memakai sedikit maskara dan lip glos. Dia mengamati dirinya di cermin saat dia selesai, mengangkat bahu dan meninggalkan kamar mandi.Meskipun Adelio mengatakan Rosalind tidak perlu membawa apa-apa, dia tetap memasukkan pakaian dalam, dan beberapa pakaian ganti, alat mandi, dan paspor ke dalam tas ranselnya. Rosalind meletakkan ta
Rosalind tidak keberatan kalau Adelio bekerja. Dia suka melihat Adelio bekerja walaupun sebagian dirinya sedang berpusat pada tepat lain. Rosalind melihat Adelio memakai kacamata yang mungkin selalu dia gunakan saat bekerja. Jari tangannya mengetik cukup cepat di atas keyboard laptop yang mungkin sanggup membuat asisten administrasi menjadi iri. Rosalind merasa aneh saat memikirkan tangannya yang lbar dan maskulin busa bergerak begitu cepat dan teliti.Adel akan menggunakan tangan itu untuk bercinta dengannya dalam waktu dekat. Rosalind tidak bisa mempercayainya. Pria pertama yang bercinta dengannya adalah Adelio Carlos.Rosalind meneguk minuman dinginnya dan memaksa dirinya untuk menatap keluar jendela. Begitu banyak pertanyaan yang mendengung di kepalanya. Saat mereka melewati jalanan yang berlawanan arah dengan bandara. Rosalind tidak bisa menahannya lebih lama lagi."Adelio, kemana kita pergi?"Adelio menatapnya dan melihat keluar.
Sudah lewat tengah malam ketika Adelio membukakan pintu kamarnya untuk Rosalind dan dia berjalan ke dalam kamar yang elegan dengan lampu yang remang-remang."Aku pikir mungkin aku tidak akan pernah berada di dalam kamar tidur ini lagi." Kata Rosalind, melirik ke sekitarnya. Mereka pernah bersama-sama sepanjang malam, Adelio tidak pernah meninggalkan sisinya, Rosalind sangat sadar ketika Adelio memperkenalkannya kepada pelukis dan beberapa kolektor seni atau menunjukkan padanya empat lukisannya yang sudah di perbaiki, atau mereka berbicara dengan teman-teman dan keluarga. Sementara itu, Rosalind bertanya-tanya apa yang sedang ada di pikiran Adelio, apa yang akan di katakan Adelio saat mereka hanya berdua, secara pribadi?Rosalind telah di tawari kerja sama oleh tiga galeri terkenal untuk koleksi di masa yang akan datang dan di minta untuk melakukan pameran di sebuah museum di Italia. Dia melihat ke arah Adelio saat itu, karena Adelio adalah pemilik semua lukisannya saat ini, tapi Adeli
Sepuluh hari kemudian, Billi berdiri di depan lemari baju Rosalind mengenakan jas dan mengaduk-aduk gantungan di sepanjang rak sementara Rosalind memandangnya dengan lesi dari tempatnya duduk di tepi tempat tidurnya."Bagaimana dengan ini?" Tanya Billi, memegang sebuah gaun dan mengeluarkannya dari lemari.Rosalind berkedip ketika melihat Billi memegang gaun yang dia kenakan untuk acara perayaan beberapa waktu yang lalu, di malam dia bertemu Adelio untuk pertama kalinya. Rasanya mustahil kalau hidupnya telah berubah drastis sedemikian rupa dalam waktu yang singkat. Rasanya tidak mungkin kalau dia jatuh cinta dengan cepat, dan kemudian tersesat di dalamnya. Tapi kemudian ketika dia mempertimbangkan segalanya, itu membuat perasaannya semakin sedih.Billi memperhatikan Rosalind yang kurang antusias pada gaun itu. "Apa? Gaun ini manis.""Aku tidak ingin pergi." Kata Rosalind, suaranya terdengar serak karena jarang bicara."tentu saja kau akan pergi." Kata Billi, memberinya tatapan tajam.
Adelio tidak bicara pada Rosalind di mobil menuju bandara, dia hanya menatap lurus ke depan saat dia menyetir, jari-jarinya memutih saat dia menggenggam setir dengan erat. Ketika Rosalind mencoba untuk memecah kesunyian dengan meminta maaf, Adelio segera memotongnya."Bagaimana kau tahu di mana aku berada?" Tanya Adelio tanpa memandang Rosalind."Aku pernah dua kali melihatmu dengan dokter Julia, salah satunya di Paris dan satunya lagi di rumahmu. Dan pengurus rumah mengatakan kalau dia adalah seorang dokter." Jawab Rosalind.Adelio berbalik menatapnya dengan tajam. "Itu bukan jawaban, Rosalind.""Aku... aku tahu kalau kau melihat situs tentang rumah sakit itu beberapa kali saat aku meminjam tabletmu untuk belajar peraturan mengemudi." Rasa bersalah membuat Rosalind semakin tidak berdaya ketika dia menyadari kalau Adelio menatapnya dengan marah."Kau memeriksa aktivitasku?" Tanya Adelio dengan nada tidak percaya."Ya." Jawab Rosalind, dia mengakuinya. "Aku minta maaf. Aku hanya khawat
"Bagi orang yang mengenal dan mencintai Helena sebelum dia sakit mereka pasti mengingat kalau dia adalah orang yang sangat baik, itu lebih baik dari pada mereka melihat bagaimana kutukan ini menghancurkannya, menghilangkan jati dirinya, jiwanya. Mungkin apa yang kami lakukan salah. Atau juga tidak. Adelio sebenarnya tidak setuju dengan keputusan kami ini.""Dia masih berumur sebelas tahun ketika ibunya kembali ke sini, benar kan?" Tanya Rosalind."Hampir." Jawab nenek Adelio. "Tapi kami tidak mengatakan pada Adelio kalau ibunya masih hidup dan di rawat di sini sampai dia berusia dua puluh lima tahun. Cukup tua untuk memahami kenapa ami membuat keputusan ini untuk melindungi dia. Adelio saat itu hampir sama seperti kebanyakan orang, berpikir kalau ibunya sudah meninggal."Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Rosalind sibuk memproses informasi ini di kepalanya."Adelio pasti sangat marah ketika dia mengetahuinya." Kata Rosalind, diia tidak bisa menahannya."Tentu saja." Jawab nenek Adelio k
Billi menawarkan diri untuk menemani Rosalind ke London, tapi tentu saja Rosalind langsung menolaknya. Ketika dia mengatakan pada Billi tentang rencananya, tujuannya yang tidak jelas dan mengatakan kalau dia tahu dari pengurus rumah kalau Adelio mungkin punya masalah keluarga di London dan dia memutuskan untuk ke sana dan memberinya dukungan.Sebenarnya, Rosalind tidak ingin Billi tahu kalau dia sedang membuat rencana bodoh tanpa tahu apa yang akan dia lakukan saat turun dari pesawat nanti. Satu hal yang dia tahu adalah apa pun yang sedang di lakukan Adelio di London, membuat Adelio menderita, dan dia memilih untuk melindungi orang lain dalam hidupnya dari penderitaan itu.Adelio akan sangat marah padanya dan ini akan menjadi suatu keajaiban jika Rosalind bisa menemukannya. Meskipun dia tidak bisa tahan memikirkan tentang Adelio yang sedang menderita sendirian. Dan dia menjadi sangat yakin tentang kunjungan darurat Adelio ke London itu berhubungan dengan iblis yang ada dalam dirinya
"Ini adalah hari terbaikku." Kata Rosalind saat mereka memasuki kamar Adelio. "Pertama lukisanku, terima kasih sekali lagi untuk itu. Kemudian mengendarai sepeda motor, motor yang sangat mengagumkan. Kemudian makan sambil mendengarkan band konser di taman.""Kita bahkan tidak bisa mendengar apa pun saat konser. Justru terdengar seperti seseorang sedang berteriak histeris yang sangat mengganggu pendengaranku." Gumam Adelio. Rosalind berbalik agar Adelio bisa membantu membuka jaketnya. mengabaikan komentar keringnya, Rosalind menyadari Adelio sedang tersenyum dan dia tahu kalau dia tidak terpengaruh oleh apa yang baru saja Adelio katakan."Itu karena kau tidak tahu lagunya." Balas Rosalind, menolak merasa apa pun selain rasa gembira."Kegaduhan itu kau sebut lagu?" Tanya Adelio sambil meletakkan jaket Rosalind di kursi.Rosalind berbalik menghadapnya. "Kau terlihat sangat menikmatinya tadi."Adelio menggelengkan kepalanya. Rosalind tertawa. Rosalind menunjuk pada kenyataan kalau mereka
Adelio memakai celana jeans yang sangat pas untuknya yang menggantung rendah di pinggangnya, dengan salah satu kaos putih yang dia pakai di bawah jaket kulitnya. Napas Rosalind tertahan karena pemandangan dari pria di depannya. Rosalind tidak akan pernah letih melihat tubuh berotot milik Adelio."Apa yang kau lakukan?" Tanya Rosalind ragu saat dia berjalan keluar dari kamar mandi."Aku mengubah pikiranku." Jawab Adelio."Tentang apa?" Tanya Rosalind sambil menatapnya bingung."Tentang bekerja. Ayo kita mengendarai motor. Aku ingin melihat aksimu." Kata Adelio dengan nada bersemangat.Mulut Rosalind menganga karena terkejut dengan perubahannya yang tiba-tiba. Tawa keras kemudian meledak dari tenggorokannya. Rosalind tidak bisa mempercayainya. Adelio akan melakukan sesuatu yang begitu mendadak, begitu spontan? Adelio?Rosalind memakai jaket kulitnya lagi rasa gembira melandanya. Kemudian dia pergi ke meja dan mengambil helm dan sarung tangannya."Kau bersama dengan pengendara yang san
Sepuluh menit kemudian, Rosalind mengetuk pelan pintu kamar Adelio. Rosalind masuk ketika dia mendengar suara Adelio dari jauh "Masuk." Adelio duduk di sofa yang ada ditengah-tengah ruangan, setelan jasnya tidak terkancing. Kaki panjangnya di tekuk di depannya. sedang melihat pada ponselnya, tatapannya tertuju pada Rosalind saat Rosalind berjalan mendekatinya."Aku hanya terkejut melihat lukisan-lukisan itu lagi." Kata Rosalind. "Aku minta maaf karena pergi begitu saja.""Kau baik-baik saja?" Tanya Adelio, meletakkan ponselnya di sofa.Rosalind mengangguk. "Aku hanya, aku hanya sedikit bingung menghadapi ini."Keheningan terjadi saat Adelio mengamati Rosalind."Aku pikir itu akan membuatmu bahagia. Lukisan itu." Kata Adelio.Mata Rosalind seakan terbakar dan dia segera menunduk menatap karpet di bawahnya. Dia pikir dia sudah menghabiskan air matanya untuk hal ini."Lukisan itu membuatku bahagia. Lebih dari yang bisa aku katakan." Rosalind memberanikan diri untuk menatap Adelio. "Bagai
Rosalind melangkah keluar dari lift dan berjalan masuk ke dalam ruang tamu di rumah Adelio. Banyak hal yang berubah sejak pertama kali dia masuk ke dalam dunia Adelio. Perasaan gembira sekaligus gelisah saat memasuki rumahnya yang tenang dengan Adelio yang berada tepat di belakangnya terasa begitu familiar."Sebelah sini." Kata Adelio. Suaranya parau dan tenang saat jarinya dengan lembut membelai belakang lehernya. Antisipasi dan keingintahuannya muncul ketika Rosalind mengikuti Adelio ke ruangan yang dia tahu itu adalah perpustakaan dan sekaligus kantor di mana lukisan yang dia lukisan di gantung.Ketika Adelio membuka pintu dan Rosalind yang pertama masuk ke ruangan itu, Hal pertama yang dia lihat adalah sosok seorang pria yang sangat akrab sedang melakukan sesuatu."Billi?" Kata Rosalind, merasa sangat terkejut melihat temannya berada di ruangan kerja Adelio.Billi menengok dari balik bahunya dan tersenyum. Dia meletakkan lukisan yang telah dia susun dan berbalik menghadapnya. Rosa