Billi mengemudikan mobil Oki dengan pelan pada sabtu malam di lalu lintas yang sangat sibuk. Oki agak sedikit mabuk setelah mendengarkan Band bermain selama dua jam. Meskipun begitu mereka menjadi gila.
"Ayolah Ros." Rafa mendorong dari kursi belakang. "Kita semua akan mendapatkan satu."
"Kau juga Billi?" Tanya Rosalind dari tempat duduk di kursi penumpang.
Billi mengangkat bahu. "Aku selalu ingin punya tato di lengan kananku dengan model kuno, seperti jangkar atau yang lainnya." Katanya, berkedip dan tersenyum pada Rosalind .
"Dia mempertimbangkan untuk menjadi bajak laut." Canda Oki.
"baiklah aku tidak akan ikut membuatnya sampai aku punya waktu untuk menggambar designnya sendiri." Kata Rosalind dengan tegas.
"Kau adalah perusak kesenangan." Kata Oki dengan keras. "Dimana letak kesenangannya kalau tato di rencanakan terlebih dahulu? Kau harusnya bangun dengan kaget keesokan harinya karena kau tidak ingat kapan kau membuat tato."
"Apakah kau membicarakan tentang tato atau tentang wanita yang kau bawa pulang?" Tanya Rafa.
Rosalind tertawa. dia nyaris tidak mendengar dering ponsel di dalam tasnya, berkat teman-temannya yang ramai dan bertengkar. Dia melihat ponselnya dan tidak mengenali nomornya.
"Halo?" Jawab Rosalind, memaksa dirinya untuk berhenti tertawa.
"Rosalind?"
Kegembiraan hilang.
"Adelio?" tanyanya heran.
"Ya."
Oki berbicara keras dari kursi belakang dan Rafa terbahak-bahak.
"Apakah aku mengganggu?" Tanya Adelio.
"Tidak, aku hanya keluar berkumpul bersama teman-temanku. Kenapa kau menelpon?" Tanya Rosalind.
Rafa mengganggu dan Oki ikut bergabung dengannya. "Kalian. hentikan." Desis Rosalind.
'Aku sedang memikirkan sesuatu."Adelio memulai.
"Tidak! Belok kiri." Oki berteriak keras. "tempatnya ada di belokan di ujung jalan sana."
Rosalind menghembuskan napas ketika Bili memutar arah.
"Apa ang kau katakan?" Tanya Rosalind di telepon, lebih membingungkan fakta tentang kenapa Adelio mneleponnya dari pada otaknya yang terdorong untuk menghantam kepala Billi karena mengubah arah dengan kasar.
"Rosalind, apa kau mabuk?"
"Tidak." Jawabnya dingin.
"Kau tidak menyetir kan?"
"tidak. Billi yang menyetir dan dia tidak mabuk."
"Sapa itu Ros?" Tanya Oki. "Ayahmu?"
Tawanya meledak. Dia tidak bisa menghentikannya. pertanyaan Oki tepat sasaran setelah pertanyaan Adelio.
"Jangan bilang padanya kalau kau akan membuat tato pada pantatmu yang cantik!" Teriak Rafa.
Rosalind terkejut. Tawanya berubah menjadi rasa malu. Fakta kalau Adelio mendengar lelucon teman-temannya, dia membuktikan kalau dia belum dewasa.
"Kau tidak akan melakukannya." Kata Adelio.
Senyumnya memudar. Kata-kata itu terdengar seperti keputusan dari pada pernyataan.
"Aku akan punya tato tidak peduli apa pun yang terjadi." Kata Rosalind dengan mara. "Dan aku tidak sadar kalau kau punya hak untuk mengatur hidupku. Aku setuju untuk melukis untukmu, tidak untuk menjadi budakmu."
Oki, Rafa dan Billi terdiam.
"Kau mabuk. besok kau akan menyesal karena telah melakukan sesuatu yang bodoh." Kata Adelio dengn marah.
"Bagaimnana kau tahu?"
"Aku tahu."
Rosalind terdiam. Selma beberapa detik dia merasa Adelio benar. Rasa jengkel memenuhinya. Dia suah mencoba untuk melupakan segala sesuatu tentang Adelio, sepanjang sore mencoba untuk menghapus ingatan tentang Adelio yang ingin bercinta dengannya dan sekarang dia harus pergi dan merusak segalanya dengan meneleponnya dan bertindak begitu menyebalkan.
"Apa kau meneleponku untuk bertanya sesuatu? Karena jika tidak, aku akan membuat tato bajak laut di pantatku." Kata Rosalind.
"Rosalind jangan."
Rosalind mematikan teleponnya.
"Rosa apakah kau baru saja..."
"Ya, dia melakukannya." Sela Rafa. "Dia baru saja mematikan telepon Adelio Carlos."
"Apa kau yakin kau akan melakukannya Rosa?" Tanya Billi setelah memilih kuas tato.
"Aku kira begitu." Jawabnya.
"Tentu saja dia mau melakukannya. Ini, minumlah agar tidak terasa begitu sakit." Kata Oki.
"Ros." Billi terlihat khawatir tapi dia mengambil botol itu. Rosalind mengernyit ketika meminum whiskey itu.
"Aku tidak suka klienku minum alkohol sebelum mereka mulai." Kata seorang pria berjenggot pembuat tato ketika memasuki ruangan di mana Rosalind dan teman-temannya berada.
"Oh, oke." Kata Rosalind berjalan keluar dari ruangan.
"Janga jadi pengecut." Kata Oki tegas. "Dia tidak mungkin menyuruhmu pulang hanya karena satu tegukan, benarkan?"
Pembuat tato itu melotot pada Oki dan Oki balas melotot padanya.
"Turunkan celanamu dan berbaringlah di meja." Kata pembuat tato.
Rosalind mulai membuka kancing celana jeansnya. Pembuat tato, Oki, Billi, Rafa melihat dia berbaring.
"Sini biar kubantu." Rafa bernafsu untuk membantu ketika Rosalind mulai melepas jenasnya dan celana itu turun di sepanjang pantat kanannya. Billi menyambar lengan Rafa, menghentikannya dengan pandangan melarang.
"Di sini?" tanya pembuat tato dengan kasar.
"Ya, kau bisa membuat gambar pada salah satu pantatnya semacam lukisan bunga."
Rosalind mendengar suara Oki yang lembut. Dia mengamati sekelilingnya. Oki menatap pantatnya dengan tatapan ketertarikan pria normal.
"Mungkin kita perlu melihat pantat yang lainnya hanya untuk mendapatkan gambar yang lbih jelas." Kata Rafa.
"kalian berdua diam." Teriak Rosalind. Hal itu membuatnya tidak nyaman karena Rafa dan Oki melihatnya dengan seperti itu. mungkin ini semua ided yang bodoh. Pikirannya berhamburan ketika pembuat tato mendekat, alat dengan jarum menonjol keluar. Rosalind memperhatikan jari kukunya yang kotor. Dia takut jarum. Whiskey seolah mendidih di perutnya.
"Tunggu, kalian, aku tidak mengerti" Kata Rosalind, matanya tertutup ketika dia mencoba untuk melawan serangan sakit kepala.
"Ayolah Rosa. Hey.. apa yang..."
Rosalind mengangkat kepalanya ke arah suara Rafa yang berteriak terkejut. langkah kasar membuat rambutnya menutupi wajahnya. Rosalind merasa pembuat tato itu tersentak ketika seseorang memegang lengannya.
"Biarkan dia pergi atau aku bersumpah aku akan membunuhmu atau kau tidak akan bisa lagi bekerja di kota ini." pembuat tato itu mengurangi pegangannya pada jeans Rosalind. "Rosalind bangun."
Rosalind mengikuti instruksi Adelio tanpa berpikir dua kali. Dia merangkak turun dari meja dan menaikkan celana jeansnya, menganga pada Adelio yang sedang marah. Wajahnya berubah menjadi keras.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Adelio tidak menjawab hanya menatap pembuat tato itu dengan pandangan menusuk. Setelah Rosalind mengancingkan celananya, Adelio mengambil lengannya dan menyeretnya kelur. Rosalind tersandung di belakangnya ketika Adelio mulai berjalan keluar. Adelio berhenti di depan teman-temannya.
"kalian bertiga temannya?" Tanya Adelio.
Billi mengangguk, pucat.
"Kalian seharusnya malu pada diri sendiri."
Oki terlihat ingin menantang Adelio. Dia melangkah ke depan untuk membantah, tapi Billi menghentikannya.
"Tidak Oki, dia benar." Kata Billi.
Wajah Oki memerah, dia siap untuk berdebat. Tapi Rosalind menghentikannya. "tidak apa-apa." Katanya meyakinkan Oki sebelum mengikuti Adelio keluar dari ruangan dengan tangannya yang masih di pegang oleh Adelio.
Rosalind kesulitan mengikuti langkah kakinya. Rosalind tidak pikir kalau dia mabuk, jadi kenapa dunia di sekitarnya menjadi berkilau seolah tidak nyata sejak dia mendengar suara Adelio yang memerintahkan pembuat tato untuk melepaskannya?
"Apa kau akan menjelaskan padaku apa yang kau lakukan saat ini?" Tanya Rosalind terengah-engah saat dia berlari kecil di sampingnya.
"Kau bodoh, Rosalind." Kata Adelio dengan penuh kemarahan.
"Apa maksudmu?"
Adelio tiba-tiba berhenti di trotoar, menariknya dalam pelukannya dan menciumnya kasar. Begitu manis. Mengapa dia tidak bisa mengatakan perbedaannya ketika Adelio menciumnya?
Rosalind mengerang di mulut Adelio, tubuhnya menjadi kaku sebelum bersentuhan dengan tubuh tinggi Adelio. Rasa dan aromanya menghantamnya.
Ya Tuhan, betapa dia menginginkan pria ini. Rasa panas terbakar tidak pernah menghantamnya secara penuh sampai pada malam ini.Rosalind tidak pernah mempertimbangkan pria seperti Adelio akan membuatnya tertarik secara seksual, dia tidak ingin mengakui gairahnya yang bangkit karena Adelio.
Cahaya dari lampu jalan membuat mata Adelio bersinar di wajahnya yang gelap ketika dia menatap Rosalind. Rosalind merasa kemarahannya dan gairahnya memenuhi tubuhnya dengan saat yang bersamaan.
"Berani-beraninya kau membiarkan bajingan tanpa surat ijin itu menaruh jarum di kulitmu. Dan kebodohan apa lagi sampai kau menunjukkan pantatmu pada para pria yang meneteskan air liur di dalam ruangan." Teriak Adelio.
Rosalind terkejut. "Pria yang meneteskan air liur? Mereka adalah teman-temanku." Katanya menyerap kata-kata Adelio. "Dia tidak punya ijin? Tunggu. Dari mana kau tahu dimana aku berada?"
"Temanmu meneriakkan nama salon tempat membuat tato itu dengan keras dan jelas ketika kita sedang bicara." Katanya, sambil berjalan menjauh dari Rosalind.
"Oh." Rosalind berkata pelan, berusaha mengingat apa yang sudah terjadi. Rosalind melihat Adelio pergi ke pinggir jalan dan membuka pintu mobil sedan hitam yang terlihat sangat mahal.
"Kemana kita pergi?" Tanya Rosalind degan penuh kewaspadaan.
"Jika kau memilih untuk masuk ke dalam mobil, kita akan pergi ke rumahku." Jawabnya.
"kenapa?"
"Kau membiarkan dirimu lengah, Rosalind."
'Jangan pernah membiarkan dirimu tanpa pertahanan, Rosalind. Jangan pernah." Batin Rosalind.
"Mau masuk ke dalam mobil atau tidak?" Kata Adelio, suaranya sedikit lebih lembu dari sebelumnya. "Aku hanya ingin kau tahu apa yang akan terjadi jika kau melakukannya."
"Kau akan menghukumku?" Tanya Rosalind gemetar.
"Benar. Aku akan memukul pantatmu. dan itu akan menyakitkan. Tapi aku hanya memberi apa yang bisa kau terima. Dan aku tidak akan membahayakanmu. Rosalind, kau berharga. Kau bisa pegang kata-kataku."
Rosalind memandang cahaya dari lampu studio tato dan kembali memandang ke wajah Adelio.
Dia tidak bisa di tolak.
Adelio tidak berkata apa-apa dan hanya menutup pintu mobil setelah Rosalind masuk dan duduk di tempat duduk penumpang.
Pintu lift tertutup dengan pelan, dan Rosalind mengikuti Adelio masuk ke dalam apartemennya, perasaan yang sama, sebagian adalah rasa takut yang bercampur dengan ragu dan kegembiraan."Ikut aku ke kamarku." Kata Adelio.Kamarku. Kata itu menggema di kepala Rosalind. Dia mengikuti Adelio di belakangnya, merasa seperti anak sekolah yang tertangkap basah. Antisipasi yang tidak bisa di sangkal, dia merasakan sesuatu yang tidak bisa dia mengerti. Bagaimana pun juga, dia tahu jika dia menyeberangi pintu menuju kamar Adelio, hidupnya akan berubah selamanya. Seolah Adelio mengerti hal ini, dia berhenti di depan pintu kayu."Kau belum melakukan ini sebelumnya kan?" Tanya Adelio."Tidak." Rosalind mengakui. "Apakah itu tidak masalah bagimu?""Ini bukan yang pertama. Aku sangat menginginkanmu, tapi aku juga sadar tentang kepolosanmu." Katanya dan menatap Rosalind. "Apa kau yakin ingin melakukannya Rosalind?""Katakan padaku tentang satu hal.""A
Adelio menatap Rosalind. Lubang hidungnya mengembang dan wajahnya kaku sebelum dia tiba-tiba berdiri."Kita mulai sekarang. Membungkuk ke depan dan letakkan tanganmu di lutut." Perintah Adelio."Ya Tuhan, kau sangat cantik. Membuatku frustasi karena kau tidak menyadari semua itu, Rosalind."Rosalind menutup matanya ketika Adelio membelai punggungnya. Dia tidak membuka matanya ampai Adelio berhenti membelainya. Kemudian sebuah pukulan mendarat di pantatnya. Matanya melebar dan dia berteriak. Sengatan rasa sakit itu memudar dengan cepat."Kau baik-baik saja?" Tanya Adelio"Ya." Jawab Rosalind jujur.Rosalind bernafas keras ketika pukulan lain menderanya lagi. Adelio mengangkat tangannya dan menampar pantat kanan kemudian sebelah kiri, berganti lagi ke kanan dalam irama yang cepat. Rosalind mengigit bibirnya untuk tidak berteriak. Adelio sangat berpengalaman dalam hal ini, pukulannya tepat, tegas, cepat tapi tidak terges-gesa. Adeli
Dua hari kemudian, Adelio menatap keluar dari jendela mobilnya saat Hendrik berbelook turun di sepanjang jalan rumah perkotaan dengan batu bata. Seorang temannya memberitahunya kalau Billi Atlas menerima rumaah warisan dari almarhum orang tuanya.Galeri seni Atlas berjalan sangat baik. Sepertinya teman sekamar Rosalind memiliki selera yang baik dan punya intuisi bisnis yang bagus, dia juga sopan, tenang dan teliti. Itu juga yang menarrik pecinta karya seni.Adelio juga tidak bisa menyangkal saat baru mengetahui kalau Billi yang ternyata adalah seorang gay. Dialah yang menjamin pada malam berikutnnya agar teman sekamar Rosalind yang lain tidak akan bisa menyentuhnya.Adelio menjadi orang pertama yang menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya dia sentuh, dia mengutuk dirinya sendiri. Bayangan Rosalind yang hancur saat dia meninggalkan kamarnya di malam itu menyadarkannya ribuan kali. Adelio menggerutu pelan, saat Rosalind pergi dari rumahnya. Adelio ingin meng
Hal yang di harapkan itu tiba juga ; Rosalind bekerja seperti seorang pencuri malam ini. Lukisan itu membuatnya kembali, meskipun keadaan tidak bisa dia kendalikan sepenuhnya.Rosalind mencampur cat warnanya dengan cepat, menggunakan cahaya dari sebuah lampu kecil yang dia letakkan di meja untuk membantunya melihat. Dengan putus asa dia berusaha dengan teliti melukis warna dari langit malam sebelum cahayanya berubah.Gedung yang bercahaya berlawanan dengan latar belakang langit di malam hari. Rosalind tiba-tiba berhenti dan memandang pintu studio yang tertutup, menunggu dengan tenang. Detak jantungnya mulai berdegup kencang dalam keheningan yang menakutkan. Sebuah bayangan terlihat, menipu matanya. Pengurus rumah meyakinkannya kalau dia akan sendirian di rumah malam ini. Adelio ada meeting dan dia pergi menemui temannya.Tapi, Rosalind tidak merasa sendirian sejak beberapa detik dia keluar dari lift dan menuju ruangannya bekerja.Apakah tempat ini berhant
Beberapa malam kemudian, rasa sakit itu tetap ada. Tapi Rosalind menolak untuk membaginya, dalam pikiran atau jiwanya. Hal terburuk yang paling menyakitkan adalah saat ponselnya berbunyi dan dia melihat Adelio masih mencoba menghubunginya.Semua itu sangat berat baginya untuk mengabaikan rasa sakit hatinya pada malam minggu yang ramai saat menjadi pelayan. Dia begitu sibuk, dia bahkan tidak punya kesempatan untuk memikirkan Adelio atau lukisan atau kekesalannya pada orang yang memainkan musik dengan suara keras pada pukul dua pagi. Tempat ini di ciptakan untuk para penggila pesta yang akan menghamburkan uang mereka untuk makanan dan minuman sampai pukul lima pagi. malam minggu selalu melelahkan bagi Rosalind, dan juga menguji kesabarannya, tapi dia berusaha untuk tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tip yang besar dari malam biasanya.Rosalind menaruh nampan di tempat tunggu pelayan dan mengatakan pesanannya pada sang pemilik yang sudah lumayan tua yang
Rosalind pergi tidur pagi itu, tapi dia tidak bisa tidur. Rasa gembira tidak mau meninggalkannya. Dia bangun sebelum alarmnya berbunyi, membuat kopi dan meminumnya, makan semangkuk sereal, dan mandi. Apa yang akan dia pakai agar tdia terlihat cocok saat bepergian bersama Adelio Carlos?Karena dia tidak memiliki satu pakaian yang pantas untuk di sandingkan dengan Adelio, dia memutuskan untuk memakai celana jeans favoritnya, boots, tank top dan jaket hijau pendek. Jika dia tidak bisa terlihat elegan, setidaknya dia harus merasa nyaman selama penerbangan. Dia menghabiskan waktu untuk menata rambut panjangnya yang sangat jarang dia lakukan, memakai sedikit maskara dan lip glos. Dia mengamati dirinya di cermin saat dia selesai, mengangkat bahu dan meninggalkan kamar mandi.Meskipun Adelio mengatakan Rosalind tidak perlu membawa apa-apa, dia tetap memasukkan pakaian dalam, dan beberapa pakaian ganti, alat mandi, dan paspor ke dalam tas ranselnya. Rosalind meletakkan ta
Rosalind tidak keberatan kalau Adelio bekerja. Dia suka melihat Adelio bekerja walaupun sebagian dirinya sedang berpusat pada tepat lain. Rosalind melihat Adelio memakai kacamata yang mungkin selalu dia gunakan saat bekerja. Jari tangannya mengetik cukup cepat di atas keyboard laptop yang mungkin sanggup membuat asisten administrasi menjadi iri. Rosalind merasa aneh saat memikirkan tangannya yang lbar dan maskulin busa bergerak begitu cepat dan teliti.Adel akan menggunakan tangan itu untuk bercinta dengannya dalam waktu dekat. Rosalind tidak bisa mempercayainya. Pria pertama yang bercinta dengannya adalah Adelio Carlos.Rosalind meneguk minuman dinginnya dan memaksa dirinya untuk menatap keluar jendela. Begitu banyak pertanyaan yang mendengung di kepalanya. Saat mereka melewati jalanan yang berlawanan arah dengan bandara. Rosalind tidak bisa menahannya lebih lama lagi."Adelio, kemana kita pergi?"Adelio menatapnya dan melihat keluar.
Adelio menekan tombol kirim di komputernya, memberikan detail pekerjaan untuk staffnya. Untuk ke lima puluh kalinya dalam waktu sepuluh menit, tatapannya menelusuri sepanjang tubuh feminim yang meringkuk di bawah selimut. Meskipun hanya gerakan kecil naik dan turun dari selimutnya mengatakan padanya kalau dia tertidur dengan nyenyak. Adelio menduga kalau Rosalind akhirnya bisa tidur dengan nyenyak kira-kira lima jam yang lalu. Adelio sulit berkonsentrasi, dirinya menderita, dia tidak bisa menyalahkan siapa pun melainkan dirinya sendiri. Adelio sendiri yang meminta Rosalind melepaskan pakaiannya. Adelio duduk dan menatap, terhipnotis saat Rosalind melepaskan satu demi satu pakaiannya, sementara mulutnya mengering dan detak jantungnya berdetak sangat kencang.Setiap kali Adelio mengingat tatapan menunduk dan pipi merona merah, rambut panjangnya, bentuk tubuhnya yang indah. Akan sangat menyiksa jika sampai dia tidak menyentuh Rosalind malam ini, tapi dia berjanji pad
Sudah lewat tengah malam ketika Adelio membukakan pintu kamarnya untuk Rosalind dan dia berjalan ke dalam kamar yang elegan dengan lampu yang remang-remang."Aku pikir mungkin aku tidak akan pernah berada di dalam kamar tidur ini lagi." Kata Rosalind, melirik ke sekitarnya. Mereka pernah bersama-sama sepanjang malam, Adelio tidak pernah meninggalkan sisinya, Rosalind sangat sadar ketika Adelio memperkenalkannya kepada pelukis dan beberapa kolektor seni atau menunjukkan padanya empat lukisannya yang sudah di perbaiki, atau mereka berbicara dengan teman-teman dan keluarga. Sementara itu, Rosalind bertanya-tanya apa yang sedang ada di pikiran Adelio, apa yang akan di katakan Adelio saat mereka hanya berdua, secara pribadi?Rosalind telah di tawari kerja sama oleh tiga galeri terkenal untuk koleksi di masa yang akan datang dan di minta untuk melakukan pameran di sebuah museum di Italia. Dia melihat ke arah Adelio saat itu, karena Adelio adalah pemilik semua lukisannya saat ini, tapi Adeli
Sepuluh hari kemudian, Billi berdiri di depan lemari baju Rosalind mengenakan jas dan mengaduk-aduk gantungan di sepanjang rak sementara Rosalind memandangnya dengan lesi dari tempatnya duduk di tepi tempat tidurnya."Bagaimana dengan ini?" Tanya Billi, memegang sebuah gaun dan mengeluarkannya dari lemari.Rosalind berkedip ketika melihat Billi memegang gaun yang dia kenakan untuk acara perayaan beberapa waktu yang lalu, di malam dia bertemu Adelio untuk pertama kalinya. Rasanya mustahil kalau hidupnya telah berubah drastis sedemikian rupa dalam waktu yang singkat. Rasanya tidak mungkin kalau dia jatuh cinta dengan cepat, dan kemudian tersesat di dalamnya. Tapi kemudian ketika dia mempertimbangkan segalanya, itu membuat perasaannya semakin sedih.Billi memperhatikan Rosalind yang kurang antusias pada gaun itu. "Apa? Gaun ini manis.""Aku tidak ingin pergi." Kata Rosalind, suaranya terdengar serak karena jarang bicara."tentu saja kau akan pergi." Kata Billi, memberinya tatapan tajam.
Adelio tidak bicara pada Rosalind di mobil menuju bandara, dia hanya menatap lurus ke depan saat dia menyetir, jari-jarinya memutih saat dia menggenggam setir dengan erat. Ketika Rosalind mencoba untuk memecah kesunyian dengan meminta maaf, Adelio segera memotongnya."Bagaimana kau tahu di mana aku berada?" Tanya Adelio tanpa memandang Rosalind."Aku pernah dua kali melihatmu dengan dokter Julia, salah satunya di Paris dan satunya lagi di rumahmu. Dan pengurus rumah mengatakan kalau dia adalah seorang dokter." Jawab Rosalind.Adelio berbalik menatapnya dengan tajam. "Itu bukan jawaban, Rosalind.""Aku... aku tahu kalau kau melihat situs tentang rumah sakit itu beberapa kali saat aku meminjam tabletmu untuk belajar peraturan mengemudi." Rasa bersalah membuat Rosalind semakin tidak berdaya ketika dia menyadari kalau Adelio menatapnya dengan marah."Kau memeriksa aktivitasku?" Tanya Adelio dengan nada tidak percaya."Ya." Jawab Rosalind, dia mengakuinya. "Aku minta maaf. Aku hanya khawat
"Bagi orang yang mengenal dan mencintai Helena sebelum dia sakit mereka pasti mengingat kalau dia adalah orang yang sangat baik, itu lebih baik dari pada mereka melihat bagaimana kutukan ini menghancurkannya, menghilangkan jati dirinya, jiwanya. Mungkin apa yang kami lakukan salah. Atau juga tidak. Adelio sebenarnya tidak setuju dengan keputusan kami ini.""Dia masih berumur sebelas tahun ketika ibunya kembali ke sini, benar kan?" Tanya Rosalind."Hampir." Jawab nenek Adelio. "Tapi kami tidak mengatakan pada Adelio kalau ibunya masih hidup dan di rawat di sini sampai dia berusia dua puluh lima tahun. Cukup tua untuk memahami kenapa ami membuat keputusan ini untuk melindungi dia. Adelio saat itu hampir sama seperti kebanyakan orang, berpikir kalau ibunya sudah meninggal."Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Rosalind sibuk memproses informasi ini di kepalanya."Adelio pasti sangat marah ketika dia mengetahuinya." Kata Rosalind, diia tidak bisa menahannya."Tentu saja." Jawab nenek Adelio k
Billi menawarkan diri untuk menemani Rosalind ke London, tapi tentu saja Rosalind langsung menolaknya. Ketika dia mengatakan pada Billi tentang rencananya, tujuannya yang tidak jelas dan mengatakan kalau dia tahu dari pengurus rumah kalau Adelio mungkin punya masalah keluarga di London dan dia memutuskan untuk ke sana dan memberinya dukungan.Sebenarnya, Rosalind tidak ingin Billi tahu kalau dia sedang membuat rencana bodoh tanpa tahu apa yang akan dia lakukan saat turun dari pesawat nanti. Satu hal yang dia tahu adalah apa pun yang sedang di lakukan Adelio di London, membuat Adelio menderita, dan dia memilih untuk melindungi orang lain dalam hidupnya dari penderitaan itu.Adelio akan sangat marah padanya dan ini akan menjadi suatu keajaiban jika Rosalind bisa menemukannya. Meskipun dia tidak bisa tahan memikirkan tentang Adelio yang sedang menderita sendirian. Dan dia menjadi sangat yakin tentang kunjungan darurat Adelio ke London itu berhubungan dengan iblis yang ada dalam dirinya
"Ini adalah hari terbaikku." Kata Rosalind saat mereka memasuki kamar Adelio. "Pertama lukisanku, terima kasih sekali lagi untuk itu. Kemudian mengendarai sepeda motor, motor yang sangat mengagumkan. Kemudian makan sambil mendengarkan band konser di taman.""Kita bahkan tidak bisa mendengar apa pun saat konser. Justru terdengar seperti seseorang sedang berteriak histeris yang sangat mengganggu pendengaranku." Gumam Adelio. Rosalind berbalik agar Adelio bisa membantu membuka jaketnya. mengabaikan komentar keringnya, Rosalind menyadari Adelio sedang tersenyum dan dia tahu kalau dia tidak terpengaruh oleh apa yang baru saja Adelio katakan."Itu karena kau tidak tahu lagunya." Balas Rosalind, menolak merasa apa pun selain rasa gembira."Kegaduhan itu kau sebut lagu?" Tanya Adelio sambil meletakkan jaket Rosalind di kursi.Rosalind berbalik menghadapnya. "Kau terlihat sangat menikmatinya tadi."Adelio menggelengkan kepalanya. Rosalind tertawa. Rosalind menunjuk pada kenyataan kalau mereka
Adelio memakai celana jeans yang sangat pas untuknya yang menggantung rendah di pinggangnya, dengan salah satu kaos putih yang dia pakai di bawah jaket kulitnya. Napas Rosalind tertahan karena pemandangan dari pria di depannya. Rosalind tidak akan pernah letih melihat tubuh berotot milik Adelio."Apa yang kau lakukan?" Tanya Rosalind ragu saat dia berjalan keluar dari kamar mandi."Aku mengubah pikiranku." Jawab Adelio."Tentang apa?" Tanya Rosalind sambil menatapnya bingung."Tentang bekerja. Ayo kita mengendarai motor. Aku ingin melihat aksimu." Kata Adelio dengan nada bersemangat.Mulut Rosalind menganga karena terkejut dengan perubahannya yang tiba-tiba. Tawa keras kemudian meledak dari tenggorokannya. Rosalind tidak bisa mempercayainya. Adelio akan melakukan sesuatu yang begitu mendadak, begitu spontan? Adelio?Rosalind memakai jaket kulitnya lagi rasa gembira melandanya. Kemudian dia pergi ke meja dan mengambil helm dan sarung tangannya."Kau bersama dengan pengendara yang san
Sepuluh menit kemudian, Rosalind mengetuk pelan pintu kamar Adelio. Rosalind masuk ketika dia mendengar suara Adelio dari jauh "Masuk." Adelio duduk di sofa yang ada ditengah-tengah ruangan, setelan jasnya tidak terkancing. Kaki panjangnya di tekuk di depannya. sedang melihat pada ponselnya, tatapannya tertuju pada Rosalind saat Rosalind berjalan mendekatinya."Aku hanya terkejut melihat lukisan-lukisan itu lagi." Kata Rosalind. "Aku minta maaf karena pergi begitu saja.""Kau baik-baik saja?" Tanya Adelio, meletakkan ponselnya di sofa.Rosalind mengangguk. "Aku hanya, aku hanya sedikit bingung menghadapi ini."Keheningan terjadi saat Adelio mengamati Rosalind."Aku pikir itu akan membuatmu bahagia. Lukisan itu." Kata Adelio.Mata Rosalind seakan terbakar dan dia segera menunduk menatap karpet di bawahnya. Dia pikir dia sudah menghabiskan air matanya untuk hal ini."Lukisan itu membuatku bahagia. Lebih dari yang bisa aku katakan." Rosalind memberanikan diri untuk menatap Adelio. "Bagai
Rosalind melangkah keluar dari lift dan berjalan masuk ke dalam ruang tamu di rumah Adelio. Banyak hal yang berubah sejak pertama kali dia masuk ke dalam dunia Adelio. Perasaan gembira sekaligus gelisah saat memasuki rumahnya yang tenang dengan Adelio yang berada tepat di belakangnya terasa begitu familiar."Sebelah sini." Kata Adelio. Suaranya parau dan tenang saat jarinya dengan lembut membelai belakang lehernya. Antisipasi dan keingintahuannya muncul ketika Rosalind mengikuti Adelio ke ruangan yang dia tahu itu adalah perpustakaan dan sekaligus kantor di mana lukisan yang dia lukisan di gantung.Ketika Adelio membuka pintu dan Rosalind yang pertama masuk ke ruangan itu, Hal pertama yang dia lihat adalah sosok seorang pria yang sangat akrab sedang melakukan sesuatu."Billi?" Kata Rosalind, merasa sangat terkejut melihat temannya berada di ruangan kerja Adelio.Billi menengok dari balik bahunya dan tersenyum. Dia meletakkan lukisan yang telah dia susun dan berbalik menghadapnya. Rosa