Home / Romansa / When I Meet You / PERNAHKAH KITA?

Share

PERNAHKAH KITA?

Author: Key Nara
last update Last Updated: 2021-07-20 12:42:21

Tak ada yang berbeda dengan rasa nyaman sekaligus tegang saat tubuhku hanyut menuju dunia pikiran. Aku mulai memejamkan mata kala tubuhku mulai berekasi menuju dunia lain untuk ke sekian kalinya, sedangkan kedua tangankau kubebaskan mengudara sesuai gravitasi yang ada di tempat pijakanku saat ini.

Sedetik berikutnya, aku membuka mata kala merasakan kedua telapak kakiku menapak pada rerumputan khas di dunia pikiran. Aku mengedarkan pandnagan mencari Athala, namun suara sepeda yang dikayuh dari arah belakang membuat tubuhku berputar seratus delapan puluh derajat. Tertampang di sana, Athala melambai-lambaikan tangan kanannya dengan kedua kaki yang masih setia mengayuh sepeda kuno miliknya. Senyuman pada wajahku ikut terbit tanpa berpikir lama, aku reflek berlari kecil ke arahnya tanpa memperdulikan keadaan.

Bak kesialan yang menerpa begitu saja, aku tersandung kakiku sendiri yang tak terbalut apapun, aku mendelik saat merasakan tubuhku terhuyung ke depan dan siap membentur ta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • When I Meet You   ASISTEN DOSEN

    Rasanya tak menyangka bila tubuhku kini benar-benar berpijak di depan gedung fakultas sastra indonensia universitas ternama di Jakarta. Senyumanku tak pudar, rasa haru dan sedih menyeruak menjadi satu. Ada sedikit kegelisahan karena diriku menapak pada tempat ini dengan susah payah, aku inagin mewujurdkan keinginan terakhir nenek. Beliau ingin cucu tersayangnya masuk ke jenjang perkuliahan dan lulus dengan waktu yang di tentukan.Aku tak pernah diberatkan dengan keinginan wanita paruh baya itu, walaupun kini beliau tidak ada, rasanya masih sama. Ada kesenangan tersendiri bila menyelesaikan sesuatu dengan pikiran tertuju menuju wanita renta itu.Langkah kakiku kembali berjalan menaiki satu persatu anak tangga yang terdapat di depan gedung besar ini, senyuman pada wajahku dibalik masker yang kukenakan tak kubiarkan luntur.Aku mengambil jurusan sastra indonesia, sedangkan Lee dan Joo bak menjadi selpasang manusia yang tak ingin dipisahkan memilih menyayomi Akuntas

    Last Updated : 2021-07-20
  • When I Meet You   SISI LAIN DUNIA ANDALUSIA

    Aku berjongkok di depan gundukan tanah dengan nisan yang bertuliskan nama almarhumah nenek. Wajahku tersenyum manis, setelahnya meletakan bunga lily putih di samping nisan. Selesai berkunjung ke makan Ibu dan Ayah, aku memutuskan untuk mengunjungi makam beliau juga walau jarak antar makamnya cukup jauh. Terlepas dari hal itu, apapun pasti kulakukan bila itu menyangkut perihal nenek.Tanganku menuju nisan batu bertuliskan namanya, mengusapnya perlahan dengan rasa sayang tanpa melunturkan senyuman pada wajah yang terbit seketika kala mengungat kehadirannya. Aku tak merasa pandai, tetapi berada di rumah terakhir sekaligus tempat peristiratahannya membuat tubuhku sedikit rilex. Seperti ada nenek yang ikut serta berjongkok di sisi tubuhlku, ya walaupun aku tidak tahu bagaimana kebenaran yang kuragukan betul atau tidaknya.“Selamat sore, nek.” Aku berkata masih dengan tangan yang mengusap nisan batu itu dengan gerakan naik-turun. Netraku tak berpaling dari obje

    Last Updated : 2021-07-20
  • When I Meet You   PERTANYAAN TERLONTAR

    Semilir angijn sore menerpa rambut panjang tergeraiku, poni di masing-masing sisi kepakaku sesekali bergerak seirama dengan gerakan tubuhku yang sibuk mengangguk-angguk singkat menikmati musik lama yang beberapa hari ini senang kudengar di waktu luang. Earphone yang terpasang di kedua telingaku rupanya tak membuat semua suara yang tercipta di sekitarku padam. Aku mendengar deru kendaran beroda enam itu mendekat dan berhenti tepat di depan halte yang kusinggahi saat ini. Aku kangsung mengecilkan volume musik yang masih kudengar tanpa memberhentikannya. Sama halnya dengan penumpang lain yang beranjak dan emmasuki bus lewat pintu depan dan pintu belakang, aku menjadi manusia terakhir yang naik ke dalam bus sore ini. Arloji pada pergelangan tanganku menunjukan pukul 17.00 WIB pas, aku tak perlu risau dan terburu-buru karena takut hanyut menuju dunia pikiran di tengah perjalanan menuju kursi duduk.Senyuman terukir pada wajahku kala menemukan tempat duduk kosong di sisi jendela, aku

    Last Updated : 2021-07-20
  • When I Meet You   KESENANGAN YANG MENINGKAT

    Netraku terbuka tiba-tiba dengan keringat membanjiri dahi, kedua bola mataku kemudian bergulir untuk mengecek keberadaan tubuhku yang menapak kali ini.Syukurlah, bus sampai pas di depan halte yang biasanya aku turun saat ingin pulang ke rumah, aku bergegas bangkit dan menuju pintu belakang yang lebih dekat untuk keluar dari kendaraan beroda enam ini bersama beberapa manusia dengan tujuan yang sama.Aku tak berjalan sama sekali sampai bus yang beberapa waktu lalu kutumpangi berlalu melepas diri dari jalanan malam yang ramai kendaraan.Embusan napas keluar dari mulutku begitu saja, memillih mendudukan diri di ats besi panjang yang menjadi tumpuan siapapun yang singgah di sini. Mataku terpejam semua, sekelibat bayangan tentang dialogku dengan Athala di dunia pikiran membuat konsentrasiku pada apapun bungkan tiba-tiba. Perasan aneh dan senang mendea tiba-tiba di waktu yang sama.Flashback on.“Jadi, dimana Tha?” tanyaku untuk kali keduanya atas pert

    Last Updated : 2021-07-20
  • When I Meet You   CAFFE LILY

    Kantin menjadi tempat utama kami setelah kelas pertama hari ini berakhir. Aku, Lee dan Joo menduduki salah satu kursi panjang dnegan meja yang tersedia di kantin luas lantai dua dengan netra yang sesekali bergulir menatap keramaian yang kini memadati sebagian ruang penuh aneka makanan.“Kau ingin makan apa, Lu?” tanya Joo yang sepertinya mengalah dan memilih memesankan makanan kami bertiga. Aku berpikir sebentar sebelum melontarkan persananku pada laki-laki berkemeja fanel warna merah tua itu.“Nasi goreng saja,” finalku setrlah berpikir ingin memakan nasi goreng atau bakso.Aku melirik Lee yang kini mengangagukk-anggukan kepalanya seraya tersenyum lebar, “Samakan pesananku dengan Lu ya, sayang!” ujarnya dengan riang yang langsung ditanggapi sang kekasih dengan senyuman dan usapan sayang pada puncak kepala.Helaann napas keluar dari mulutku, sudah tak kaget bila dua manusia di depanku tengah beradu kemesraan tanpa melihat

    Last Updated : 2021-07-20
  • When I Meet You   NYATA ATAU HANYA ILUSI SEMATA?

    “Mbak ini pesanannya!” terikan pelayan itu mengudara saat langkah kakiku ingin mengejar sosok Athala di dunia nyata. Aku langsung menoleh ke belakang, menatap palayan Caffe yang kini menatapku dengan pandangan aneh secara terang-terangan.Kali ini aku tidak ingin memuturkan waktu untuk memperdebatkan suara hal kecil seperti ini dan berakhir kehilangan langkah panjang Athala di dunia nyata. Dengan gerakan yang cukup tebilang buru-buru, aku menggerogoh saku celana jeans yang kupakai dan menyodorklan selebaran rupiah berwarna biru itu tanpa menatap sang empu. Sedangkan minuman pesananku yang sudah berada di dalam box kemasan untuk pesanan luar langsung kurampas begitu saja. Aku lebih dulu membenarkan tas slempangku setelah mengucapkan terima kasih pada pelayan wanita yang kurasa masih menatapku dengan pandangan tidak tahu menahunya. Presetan dengan pandangan orang-prang terhadapku, yang ingin kulakukan hanyalah mencari sosok laki-laki dunai pikiran yang baru-baru

    Last Updated : 2021-07-21
  • When I Meet You   BETAH BERLAMA-LAMA

    “Andalusia!” Seruan itu yang pertama kali aku dengar saat sesi bersamaku dengan Antaha di dunia pikiran habis. Aku membuka kedua kelopak mata, menatap sekeliling dengan pandangan waspada takut-takut karena mendengar panggilan itu untuk kali ke tiganya.Aku tersentak dan langsung terduduk saat menyadari kehadiran Lee dan Joo yang kini menatapku dengan kerutan pada dahi yang sangat jelas. Aku menghela napas lega melihat manusia yang memanggil namaku beruntun tiga kali, aku pikir kini aku bertambah kekuatan dan menjadi indigo secara tiba-tiba.“Kau aneh seklai,” ujar Joo yang terdengar seperti sindiran, jangan lupakan senyuman sinisnya yang dilayangkan lengkap dengan kedua tangan yang bersedekap dada. Mendengar hal itu, aku memutar bola mata malas, meneladeni Joo kini bukan yang kuinginkan. Yang ada dalam benakku sekarang hanyalah mengapa mereka bisa masuk ke dalam rumahku? Seingatku pintu utama sudah kukunci rapat-rapat sebelum memutuskan berbaring ny

    Last Updated : 2021-07-21
  • When I Meet You   ATHALA DI DUNIA NYATA

    Dua mata kuliah hari ini selesai, aku mengembuskan napas lega sembari menapakan kedua telapak kaki pada tangga menuju lantai satu. Sesekali netraku mengedar berharap Lee dan Joo sudah selesai dalam kelasnya dan ikut pulang bersamaku, setidaknya menghabiskan makan siang bersama pun tidak masalah yang besar. Lagi pula kini waktunya berbeda, kami sudah jarang menghabiskan wakut bersama di dalam keadaan kampus luas nan penuh dengan manusia-manusia sibuk dengan tumpukan kertas.Namun saat menggapai tangga terakhir hingga kedua kakiku menapak pada lantai satu fakultas, dua manusia itu tak ada di sekitar sini. Aku menyimpulkan bila mereka belum selesai menyelesaikan kelas mereka yanga memang terbilang lebih seerius dibandingkan dengan diriku.Saat-saat seperti ini, aku memang selalu meminta mereka beruda untuk tidak terlalu berada dalam jeratan kemesraan. Suasananya sudah jelas berbeda, hidup beranjak naik dengan rintangan yang kian membesar. Namun berkata sedemikian

    Last Updated : 2021-07-25

Latest chapter

  • When I Meet You   UNTUKMU, LEBIH DARI SUNGGUH

    “Ayo ikut pulang denganku saja.” Ucapan Athala yang tiba-tiba terlontar di tengah perbincanganku dengan Lee membuat kami bertega menoleh secara bersamaan. Aku terlebih dulu membenarkan letak ranesl yang kubawa agar berposisi dengan tepat pada pundak. Sedangkan kulirik sepasang sejoli di sampingku yang kaini juga tengah menatap Athala, Joo dengan raut wajah datarnya serta Lee tang mengulum senyum saat menatapku dengan kedua alis yang terangkat.Aku memutar bola mata malas menanggapi gadis itu, kemudian kembali beralih menatap Athala yanga kaini masih memfokuskan atensinya pada diriku tanpa memperdulikan keadaan sekitar yang bisa saja menyalah artikan kedekatan kami.Taoi harapanku juga begitu, aku dianggap sebagai orang terdekat Athala di mata mereka. Terlepas dari hubungan samar-samar kami, aku terlanjur mencintai laki-laki itu.“Kau tidak memakai motor?” tanyaku dengan kedua alis yang terangkat, juga berusaha menghiraukan tatapan menggoda Lee

  • When I Meet You   MALAM DAN DIRIMU

    “Andalusia bagaimana aku tidak paham sedari awal?” Lee berucap dengan suara cemprengnya setelah gadis itu berlari menuju ke arahku dengan langkah lumayan lebar. Dua jam yang lalu aku sampai di bumpi perkemahan dibantu Athala, seperti yang sudah kuduga semua orang di sini kewalahan saat mendapati kabar bila diriku hilang saat mencari kayu bakar.Aku menyirit bingung saat mendaoati gadis itu terduduk di sampingku dengan gerakan yang cukup gesit, Lee lebih dulu menyodorkan teh hangat dalam cup yang kubawa sendiri seperti yang sudah aku minta padanya untuk mengambilkannya di dapur buatan panitia di sisi utara.Tanganku terulur guna menerima gelas itu dan mengucapkan terima kasih. Kedua bola mataku kembali tertuju pada gadis itu saat mendapatinya menumpukan tubuhnya di atas karpet yang sama dengan ku dengan posisi sedikit menyerong.“Ada apa?” tanyaku dengan kedua alis yang terangkat. Merasa heran saja saat mendapati gadis itu berlari terpongoh-pong

  • When I Meet You   CAMPING PERTAMA DI KAMPUS 2

    Rombongan kampusku yang terdiri dari delapan bus untuk mahasiswa dan satu bus untuk panitia dan pengurus kampus sampai di tempat camping untuk dua hari ke depan.Aku membuka kelopak mata saat merasakan sapuan hangat pada pipiku oleh tangan seseorang di sisi kiri.Segera tersadar dan tak ingin berlama-lama dalam sandaran nyaman Athala, aku nemilih bangkit dari duduk dan merentangkan kedua tangan dengan netra tak terlepas dari pemandangan indah penuh warna hijau di luar sana.Setelah puas memandang, aku berbalik menatap sang presensi tegap yang masih terduduk di atas bamgkunya dengan wajah mebdonggak menatapku yang sedang berdiri sembari menampakan senyuman indah menawannya.Aku berdeham, bergegas menyadarkan Athala agar laki-laki itu bangkit dan memberikanku ruang untuk turun dari bus ini. Setidaknya, menyingkirkan kedua kakinya yang sejak keberangkatan bus menghalangi jalan keluarku.Namun aku mengangkat kedua alis saat melihatnya bergemi

  • When I Meet You   CAMPING PERTAMA DI KAMPUS 1

    Dua hari berlalu begitu saja, ini hari ke tiga Lee berada di rumah sakit setelah tiga hari ia dimintai untuk rawat inap lantaran penyakit magh-nya kambuh setelah sekian lama tidak menghilang tak mendera.Kedua langkah kakiku berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan suasana sedikit ramai dan sedikit sepi. Hanya ada beberapa suster dan dokter yang hilir masuk atau keluar dari sebuah ruangan ke ruangan yang lain, serta beberapa pasien yang duduk di kursi rode, berjalan menggunakan kedua kaki walau di papah manusia lain, dan ada yang juga yang menikmati kesendiriannya di bangku taman kecil yang ada di dalam rumah sakit cukup besar ini.Tanganku langsung membuka knop pintu kamar yang menjadi ruangan dimana Lee dirawat, namun rupanya gerakanku tak lebih cepat dnegan laki-laki paruh baya berjas putih yang kuingat menjadi dokter Lee selama beberapa hari ini dan seorang suster dengan papan berisi beberapa lembar kertas yang ada di pelukannya. Aku mengangguk sopan, kemudian men

  • When I Meet You   LEE TUMBANG

    Hari kembali berjalan semestinya, kedua langkah kakiku membawaku menuju keluar dari gedung fakultas setelah kelas pada hari ini berjalan lancar dan berakhir pada pukul empat sore. Aku belum menceritakan pada kalian perihal apa yang terjadi dengan dunia pikiran setelah Athala dan diriku bertemu di dunia nyata. Ada rasa sesal yang merelung dan sesak yang tak tampak saat kembali mengingat du nia pikiran, kali aini aku tak lagi punya kesempatan untuk pergi ke sana setiap harinya pada pukul 17.17 Wib pada seperi hari-hari sebelumnya.Dunia pikiran sepertinya sudah tak lagi emnampungku dan Athala, dunia itu ternyata salah satu bentuk Tuhan paling baikuntuk menmertemukan dua manusia yang terikat takdir sejak belum dilahirkan. Itu simpulan yang Athala berikan dan Athala pikirkan jauh-jauh ahri sbeluk kami berdua dipertemukan di dunia nyata.Flashback on.Deru motor kuno yang kutunggangi bersama Athala bertenti tepat di depan taman ramai dnegan gerlap-kerlip lampu yang meneran

  • When I Meet You   PIKNIK BERSAMA

    Bukit tak jauh dari pusat kota, tempat itu yang dituju oleh Athala saat kami memutuskan menghabiskan waktu betsama setengah hari ini. Setelah memastikan laki-laki itu turun dan melepas helm yang dipakainya, aku ikutturun dnegan tangan yang memegangi jok depan untuk berjaga-jaga agar tidak terjatuh.Mataku mengedar, setelahnya berdecak kagum saat menyadari luas bukit ini dengan pemandangan yang sangat apik. Aku beralih menatap laki-laki yang membawaku kembali dengan kedua alis yang terangkat saat merasakan tangan kananku ia tautkan dengan tangannya yang lain. Senyuman yang terpatri pada wajah milih Athala membuatku langsung meneguk ludah. Siapapun pasti akan luluh melihatnya, dan aku sudah terlalu terbiasa dengan hal yang sedemikian.“Mengapa menautkan jarimu?” tanyaku dengan kerutan pada dahi yang sangat ketara. Athala langsung menanggapi ucapanku yang beberapa detik lalu terlontar dengan kekehan pelan, ia melirik ke sekitar sebelum mengeluarkan suaranya.

  • When I Meet You   BERBAGI EARPHONE

    Gedung pelatihan berenang kini bukan lagi tempat pilihan yang harus dikunjungi tiga hari sekali. Suasanyanya cukup hening dikarenakan tibanya aku di gedung besar ini terlalu pagi. Walau ada beberapa manusia yang sedang berenang bolak-balik sembari mengitari kolam renang dengan berbagai gaya berenang. Aku tak menjadikan gedung ini sebagai pilihan, melainkan sebuah keharusan. Melihat yang aku sukai hanyalah bermain air aku hanya bisa berusaha untuk mengembangkan hal-hal yang kusukai.Kedua langkah kakiku bergerak mendekati kolam untuk mengecek suhu air di dalamnya. Takut-takut air di dalamnya tak cocok dengan kondisi tubuhku yang kini memang terasa tidak enak. Setelah memastikan airnya tidak terlalu dingin, kedua langkah kakiku ini kembali berjalan menuju ruang ganti untuk mengganti baju yang kugunakan menjadi pakaian berenang yang biasanya kupakai di saat berda di tempat ini.Lee dan Joo masih sibuk dengan kuliah mereka sekarang ini, dibanding dengan diriku sendiri mereka b

  • When I Meet You   ONE DAY WITH ATHALA

    Helaan napas lelah keluar dari multuku saat selesai menyelesaikan cucian bajuku sendiri dan menjemurnya di halaman samping. Dengan keringat yang meluncur dengan deras karena sinar matahari pagi yang hari ini bersinar dengan kemilaunya aku menyeka keringat menggunakan lengan kananku. Sementara satu tangan yang lainnya sibuk mengipasi diriku sendiri walau tahu hasil yanga kurang memuaskan.Aku melangkahkan kaki menuju ruang tamu tanpa berniat menuju kamar untuk sekeda mendunginkan tubuh. Sesekali kedua bola mataku mengedar mencari debu yang mungkin saja masih menempel pada satu benda yang lainnya. Aku tak bohong bila akhir-akhir ini merasa pikun, selalu melupakan sesuatu bila kekelahan mendera.Langkah kakiku berjalan menyusuri tapakan keramik putih yang berbunyi seirama dengan sandal rumahanku yang kini kembali terpakai. Tubuhku terduduk di atas singgle soffa depan pintu utama dengan kedua piantu rumah yang terbuka lebar, menetralkan deru napas yang memburu karena tig

  • When I Meet You   PANGERAN DAN TUAN PUTRI

    Rasanya tak percaya dengan skenario Tuhan yang terasa dan tampak tak mudah di depan mataku kali ini. Aku duduk berhadapan dengan athala yang kini juga sedang menatapku dengan senyuman yang sejak beberapa manit yang lali tak luntur. Aku merasakan deruan napas miliknya menerpa dengan lembut pada permukaan wajahku yang kali ini memilih bungkam dan berperan pasif.Agaknya tak percaya dengan harpanku di dunia pikiran yang menjadi kenyataan di dunia nyata. Mataku kembali memanas saat mengingatnya, ia benar-benar Athala. Aku tidak berada di awang-awang dunia yang biasanya memepertemukan antar diriku dan aAthala.“Lu?” panggilnya dengan kedua alis yang terangkat saat menyadari diriku tidak dalam keadaan yang tenang untuk mendengarkan deretan kalimat yang keluar dari mulutnya.Aku tersadar begitu saja, kemudian Athala yang kini masih emnampilkan wajah tenagnya seolah pertemuan pertama kami di dunia nyata tak sama sekali membuatnya canggung atau memeras atak e

DMCA.com Protection Status