Dengan terpaksa Val membereskan meja dan mengikuti Saga setelah mematikan seluruh ruangan. Hanya tersisa sedikit cahaya dari kamar mandi yang terbuka di dekat lift.
Saga menyorotkan senter ponselnya di depan Val untuk menerangi jalan. Tindakan kecil yang tidak pernah ia lakukan pada orang lain.
“Aku melakukan ini karena Arion yang menyuruhku,” tegas Val saat berada di dalam lift yang bergerak turun. “Aku lebih baik pulang sendiri dengan taksi daripada sama kamu.”
Saga hanya terkekeh.
“Kamu ….” Val hendak bertanya,tapi kemudian menutup mulutnya.
“Apa?”
“Nggak jadi.”
“Ck! Nggak bisa begitu dong. Kau sudah memanggilku dan membuatku penasaran.”
“Terserah aku mau ngomong atau batal! Kok kamu yang protes?”
“Nanti kalau aku mati penasaran gimana?”
Val melotot dan memukul bahu Saga. “Kenapa bicara mati? Pamali tahu
Pagi itu Val yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya mematut-matutkan diri di depan cermin sebelum turun ke lobi. Penampilannya terlihat sempurna dengan rambut yang tergerai di bahu, riasan tipis, dan bibir berwarna peach.Seperti biasa Arion akan menunggunya di depan. Namun, bukan mobil Arion yang terlihat di depan hidungnya, melainkan sedan putih beserta pemiliknya yang bersandar di sana.Kalimat yang dilontarkan Saga ketika melihat Val datang dengan sorot mata yang penuh tanda tanya, menunjukkan bahwa ia sudah menunggu sejak tadi.“Cepat masuk! Aku nggak mau terlambat!” perintahnya sambil membukakan pintu untuk Val yang masih bengong.Begitu tersadar dari lamunan, Val memutuskan untuk menurut dan masuk ke dalam. Saga segera menyusul dan menyalakan mesin. Kendaraan itu pun melaju ke arah jalan raya.Sebelum Val sempat membuka mulut untuk bertanya, Saga sudah terlebih dulu menjawab, “Arion sedang ada urusan pagi-pagi sek
Arion menatap lurus pada Saga yang sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Namun, sahabatnya itu kemudian tertawa. “Lalu, apa kau akan menyerahkannya padaku? Jangan bodoh! Val sangat membenciku, kau tahu itu. Dan jelas, dia lebih memujamu daripada aku,” katanya. “Yang kamu jawab barusan itu, tentang Val. Aku bertanya tentang perasaanmu.” Saga menggeleng. “Nope. She’s not my type.” “Yang kukhawatirkan bukan Val, tapi kamu yang akan jatuh cinta padanya.” Saga tertawa lagi. Kali ini dengan cukup keras hingga terdengar berlebihan. “Seriously? No, no, no!” Arion hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Saga. Ia membiarkan Saga mengemudi dalam diam, sementara dia juga memikirkan sesuatu dalam kepalanya. Arion berpikir, apa pun yang terjadi, sebaiknya dia mempersiapkan diri. Seperti yang terjadi di malam ini. Hujan deras mengguyur kota saat Arion berhenti di depan apartemen Val. Buru-buru ia keluar setelah mengambi
“Taraaa!”Val terkejut ketika sebuah buket bunga berisi mawar merah dan putih disodorkan di depan hidungnya. Arion telah menunggunya di depan lobi sambil menyembunyikan bunga di balik punggung.“Apa ini?” Val terkejut sekaligus tersipu menerima pemberian Arion yang manis. Baru kali ini ia mendapat perlakuan istimewa dari seorang pria. Namun, hal itu membuatnya mengingat kembali perdebatan kecil dengan Saga. Seketika bibirnya cemberut. Kenapa dia bisa tahu sih kalau aku belum pernah?“Kenapa? Kamu nggak suka?” tanya Arion melihat perubahan ekspresi Val yang tiba-tiba.“Ah, apa?” Val terkejut. “Enggak kok. Aku suka! Terima kasih!” tambahnya sambil tersenyum. Ia mencium harum bunga itu.“Duh, pagi-pagi sudah pamer kemesraan saja!”Suara dari samping lobi apartemen Val membuatnya menoleh. Arion tersenyum melihat siapa yang datang. Saga bersama seorang gadis cantik b
Seratusan kilometer dari Saga, Arion membawa kendaraannya melaju ke suatu tempat di luar kota yang sejuk seperti permintaan Val. Suasana perkotaan yang sibuk membuat gadis itu ingin istirahat sejenak dengan bepergian ke tempat lain, dan Arion akan melakukan apa saja yang Val minta. Tentunya dengan harapan, setelah semua yang ia lakukan, dirinya akan memperoleh jawaban yang pasti dari Val.Di sinilah mereka sekarang di daerah pegunungan berhawa sejuk menyegarkan dan berkabut tipis. Val dan Arion sedang berdiri menatap pemandangan kota dan alam di bawah sana. Sebuah vila besar dan mewah milik keluarga Arion berdiri kokoh dan anggun di belakang mereka.“Bagaimana?” tanya Arion melihat sang gadis begitu menikmati suasana baru ini.Val tampak memejamkan mata dan menghirup dalam-dalam udara segar di sekelilingnya. Harum pepohonan dan rumput basah membawa suasana damai dalam hati dan menenangkan pikirannya yang jenuh.“Menyegarkan!” seru
Kembali pada Saga dan Kaira di kota. Mereka sudah sampai di sebuah tempat yang menyediakan venue untuk pesta dan semacamnya. Tempat itu sudah didekorasi sedemikian rupa untuk acara ulang tahun teman Kaira hari ini sejak di pintu masuk.“Ini acara ulang tahun atau pernikahan sih? Mewah sekali.” Saga memberi komentar. Ia juga memperhatikan orang-orang yang datang berpakaian sangat bagus dan elegan untuk sebuah acara ulang tahun. Untung saja, ia memakai kemeja dan jas kasual yang pantas. Kaira pun tampak anggun dengan gaun tosca selutut yang membalut tubuh rampingnya.“Kenapa kau memakai gaun seseksi itu? Dadamu hampir terlihat.” Saga mendengus kecil setelah menyadari potongan gaun yang dikenakan Kaira terlalu terbuka di bagian dada. “Seharusnya kau memakai scraf untuk menutupinya.”Kaira tertawa kecil. “Jangan terlalu kolot. Lihat dia.” Ia menunjuk gadis yang lewat di depannya. “Dia m
Val terbangun dengan rasa nyeri di kepala. Ia membuka mata perlahan, tapi pandangannya kabur oleh asap dan sorot senter yang ada di luar. Samar-samar telinganya menangkap suara panik dan perintah dari petugas di depan mobil yang ia naiki. Ia ingat tadi sedang mengobrol dengan Arion.“Arion ….” Val menoleh ke samping. Kepala Arion tergeletak di atas kemudi. Pelipisnya berdarah.Perlahan Val melepas sabuk pengamannya dan mendekati Arion. “Rion! Arion!” panggil Val sembari menepuk-nepuk pipi Arion. Laki-laki itu bergeming.Di saat rasa panik melanda, kaca jendela penumpang diketuk dari luar. Val segera membukanya dan berkata lemah,” To-tolong … dia berdarah ….”Petugas itu mengangguk paham dan segera memanggil rekannya untuk membantu mengeluarkan Val dan Arion dari dalam mobil.Suasana di luar mobil lebih riuh daripada yang Val lihat dari dalam. Para petugas berlalu-lalang mengatur lalu lintas y
Pagi-pagi sekali Val sudah terbangun. Langit bahkan masih gelap saat ia membuka tirai jendela. Pemandangan gedung apartemen Saga ada di depan matanya. Suasananya tampak suram dengan lampu-lampu yang masih menyala, menandakan bahwa penghuninya masih berada di alam mimpi.Netranya yang terasa berat menoleh pada jam mungil di atas nakas yang masih menunjukkan pukul lima kurang sedikit. Kembali ia duduk di tempat tidur, merenungi apa yang telah terjadi hari sebelumnya. Sesungguhnya ia tidak benar-benar bisa tidur semalaman. Pikirannya kacau oleh kecelakaan yang membuat Arion harus dirawat di rumah sakit. Perasaan bersalah itu kembali menyusupi hatinya.“Kalau saja aku nggak menolak ajakannya ….” Ingatannya kembali saat Arion menyarankan untuk menginap saja di vila dan beristirahat di sana. Val menolak dengan alasan tidak membawa baju ganti. Alasan sepele memang, karena Arion bisa saja mencari atau membelikannya, tidak hanya sekadar pakaian, tapi semua ke
“Hah? Apa?” Kaira menoleh kaget.“Ah, maaf, nggak usah dijawab kalau nggak berkenan,” ucap Val buru-buru. Ia jadi salah tingkah karena sudah mengajukan pertanyaan bodoh. Oh, sial! Kenapa aku nggak bisa menahan diri? Kenapa aku harus menanyakannya terang-terangan?Kaira lalu tertawa dan membuat Val semakin heran.“Kelihatan seperti itu, ya?” Kaira balas bertanya setelah tawanya berhenti.Kedua alis Val saling bertaut menandakan tanda tanya cukup besar dalam kepalanya. Kenapa dia malah bertanya padaku? Bukannya tinggal menjawab ‘iya’ kalau memang pacarnya?Sekali lagi Kaira hanya tersenyum sebelum berkata lagi, “Aku sudah lama mengenalnya, jauh sebelum ini.”“Oh.” Hanya itu yang keluar dari bibir Val dan membuat kesimpulan sendiri terhadap kalimat Kaira. Teman masa kecil rupanya.“Kenapa?” Kaira menatap Val. Pandangannya menyel