Pagi ini Jane bangun terlebih dahulu, jika biasanya Theo dengan rajin merusuhi mimpi Jane dan membuat wanita itu terbangun dalam decap ciuman, hari ini bangkit dari kasur lebih awal, tidak berniat mengganggu tidur Theo sama sekali, atau ia yang akan kerepotan, karena hari ini banyak hal yang harus Jane kerjakan. Sebelum melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan beberapa bisnis.
Sudah tiga hari mereka menjadi pasangan suami istri. Suami istri yang sibuk dan bahkan tidak punya waktu untuk keluar dari rumah selain waktu Jane mangambil beberapa barangnya dari rumah untuk dibawa pindah ke rumah Theo.
Mereka tinggal di komplek perumahan yang sama. Di unit milik Theo yang punya banyak cerita. Menikmati masa awal pernikahan yang hangat.
Jane berjalan menuju dapur, ia sempat melirik ke pada televisi dan menyalakannya. Membuat benda besar bercahaya dengan gambar begarak itu mengeluarkan suara yang cukup keras untuk bisa Jane dengar hingga dapur.
Saluran goss
Padahal Zayn sama Gigi punya bayi taon kemarin wkwk
Sesi pacaran yang dijalani Jane dan Theo kali ini adalah mengunjungi tempat berair dan juga kaya akan pasir. Ditambah cahaya kemerahan bercampur ungu dari ufuk barat karena mereka datang pada sore menjelang malam.Senja. Sunset.Kebanyakan orang pacaran selalu mengungkit tempat dan waktu sejenis ini untuk menciptakan momen yang indah dan sulit dilupa. Jane sebenarnya tidak terlalu menganggungkan senja. Ia menikmati semuanya, namun tidak menaruh hati terlalu jauh. Jane hanya ikut saat Theo berkata kalau pria itu ingin mengunjungi laut.Dan Jane tentu mau. Apalagi Theo sudah menyempatkan waktu disela kesibukan kerja yang melelahkan.Bahagia? Tentu. Tapi kerutan di dahi wanita cantik itu tidak menunjukan kebahagiaan sama sekali saat ini.Setelah memeriksa handphone Theo dan membuka aplikasi social instgram milik lelaki itu yang dibuatkan oleh Jane, Jane tidak bisa tenang-tenang saja. Memangnya wanita mana yang bisa tenang ketika social media milik suami
Tidak terasa, satu pekan sudah berlalu lagi. Pagi ini, pada awal hari sabtu yang cerah ini. Jane memutuskan untuk memakai setelan olahraga nike yang ia punya sembari menggelar satu matras di depan televisi. Tentu saja. Olahraga. Hari ini sudah ketiga kalinya Jane malakukan pilates rapat kencang penyelamat rumah tangga dan masa depan. Jane mengencangkan cepolan rambutnya di puncak kepala sebelum merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Melakukan pemanasan dengan cukup sebelum menekan tombol play di remote yang baru diraihnya dari meja. Mulai mengikuti instruksi gerakan-gerakan yang dilakukan oleh instruktur di televisi. Jane tidak yakin apa olahraga begini bisa benar-benar membuat tubuhnya mejadi lebih remaja, bahkan setelah lima belas menit mengikuti instruksi itu Jane belum mengeluarkan keringat seperti waktu ia olahraga biasanya. Tetapi, tubuh memang merasakan ada sedikit tarikan-tarikan karena gerakan yang belum pernah ia lakukan
Shoping selalu menjadi hal paling membahagiakan untuk wanita dari belahan bumi mana saja. Mencekoki mata dengan barang-barang cantik nan elegan, tas dan sepatu yang indah dan anggun, aksesoris yang mewah dan pernak Pernik kecantikan keluaran terbaru. Theo sudah menduga ini sebelumnya. Lelaki yang tengah duduk di sofa dengan handphone ditangan itu mendongak guna memeriksa wanita yang datang bersamanya sudah selesai atau belum. Theo mendesah, lelaki itu memasukan ponselnya dalam saku. Ia melirik ke samping, di mana ada belasan shoping bag tergeletak disana. Hasil kerja Jane setelah susah payah memillih dan keluar masuk ke berbagai pintu di duty free ini. Karena yakin kalau setelah dari sini Jane akan masuk ke toko lainnya dan akan membawa lebih banyak shoping bag, Theo memutuskan untuk menghubungi seseorang, sekertaris yang seharusnya menghabiskan waktu akhir pekan terpaksa dihubungi Theo karena hal genting ini. Theo tidak mungkin bisa membawa semua belanjaan J
--Barangkali ada yang lupa bahwa akhir pekan merupakan me time yang biasanya Jane lalui dengan cuci mata belanja dan juga perawatan bersama teman-teman, biasanya memang begitu, namun berhubung Jane bukan lagi jomblo kesepian seperti sebelumnya, akhir pekannya kali ini untuk pertama kali Jane manghabiskan seluruh akhir pekannya dengan mantan tetangga yang sudah jadi teman tidurnya. Setelah kemarin menghabiskan waktu untuk berkeliling duty free dan berhasil membawa pulang tiga anak angkat, hari ini, minggu, Jane sempatkan untuk memakai masker wajah, hair mask, ganti warna kuku dan semua perawatan mingguan lainnya. Dan tentunya Jane tidak sendirian. Ada satu pria yang berbaring pasrah diatas sofa dan memakai satu sheet masker bening diwajahnya. Jane baru saja selesai memakai masker diwajahnya sendiri setelah rampung memakaikannya untuk Theo. Kepala kecil wanita itu juga masih terbungkus handuk kecil. “Udah belum, Je?” lagi-lagi pertanyaan itu keluar
Jane sudah rapih berpakaian rapih menggunakan jumpsuit formal berwarna abu-abu tua, kakinya yang cantik terbalut sepatu wanita dengan hak lima centi sementara rambut hitamnya diikat rendah. She’s the boss. Semua mata yang memandang pastinya akan setuju dengan pernyataan tersebut.Karena selain mahal, aura yang dimiliki Jane sangat jauh dari kata main-main, dengan wajah datarnya saja Jane bisa menarik belasan mata untuk bersiap melempar kalimat pujian. But, whatever. Memangnya siapa yang peduli dengan perkataan orang? Jane tersanjung kalau benar bahwa dirinya mempunyai kesan sedemikian indah dari mata orang-orang, kendati Jane tau kalau hal itu sudah pasti, namun untuk sekarang? Jane sedang tidak punya waktu untuk berterimakasih. Memikirkan saja tidak. Jane hanya terpaku pada fakta bahwa Theo memaksanya keluar hanya untuk makan siang yang dibumbui sedikit kejutan. Tidak sedikit. Banyak. Karena demi apapun, Jane saja tidak menyangka k
Setelah selesai dengan makan siang, Jane dan Theo tidak mampir kemanapun karena Jane memintanya, padahal Theo sudah menawarkan untuk pergi jalan-jalan terlebih dahulu sebelum pulang. Tetapi, Jane yang dari awal sedang mager dan hanya ingin dirumah itu menolak. Apalagi dengan pemberitahuan kalau wallpapers yang ia pesan tiba-tiba sudah sampai lebih cepat. Dan kebetulan sekali Theo sedang dirumah, Jane tidak lagi perlu memanggil bala-balanya untuk datang membantu memasangkan. Theo sedang berada diatas sana, kakinya bertumpu pada anak tangga paling ujung dengan tangan dan juga mata yang sibuk. Sementara Jane, hanya berdiri memegangi tangga yang sudah pasti kokoh itu sembari menonton televisi. Dan ketika Theo menyerukan bahwa ia sudah selesai jadi tukang dadakan lelaki itu pun segera turun. “Nah, begini kan bagus," riang Jane begitu selesai menyoroti seluruh dinding rumahnya. Theo duduk di atas sofa, lelaki itu baru habis membersihkan tang
Melalui angin dingin di hari-hari yang terus berhembus, disampaikannya sebuah kalimat sapa dari kota tetangga, bersama dengan deru mekanik yang terbang diudara dan diteruskan oleh kereta besi beroda. Jane telah sampai di Jogja. Setelah pagi-pagi sekali terbangun dan membangunkan Theo, bersiap-siap sebelum akhirnya bertolak pergi menuju rumah ibunya, menyangka bahwa hanya aka nada titipan paket seperti biasa, namun sepertinya kali ini berbeda, ibu menyuruh Serin untuk ikut serta dengan merka. Dipikir pergi ke Jogja kali ini hanya untuk sesi sowan pada orang tua dan tilik tempat kerja? Tidak lah, Jane dan Theo tentunya akan sekalian pacaran. Dan seolah tau itu, Ratna dengan tegas berkata, ‘tinggalin serin dirumah eyang, kamu sama suamimu mau lawatan kemana aja terserah.’ Maka Jane tidak dapat memberi kalimat penolakan apapun lagi. Lagipula dari awalpun ia tidak ada niat untuk menolak, Jane kan cuma bilang kalau Ratna kurang perngertian. Ia juga tidak ma
Jane pernah mendengar nasihat ini dari seseorang. ‘Hiduplah dalam kebahagiaan, bersyukur, jangan terjun bebas hanya karena sebuah masalah, kalau ada masalah besar anggap kecil. Ada masalah kecil? Anggap tidak ada.’ Dan setuju serratus persen dengan itu. Kalian tau? Hidup tidak selalu harus berpikir atau tentang nelangsa. Meski, tentu saja tidak akan selalu bahagia, sedih juga bagian dari indahnya hidup, namun amat penting untuk manusia bisa menyikapi dengan benar kesedihan itu. Sebab beberapa kali angin menyampaikan, manusia-manusia terlampau frustasi dan menyalahkan masalah yang tengah dihadapi. Kanapa bicara panjang lebar sih, Je. Apa intinya? Jadi intinya, Jane tidak telalu memikirkan hasutan-hasutan negative yang Bu RT dan juga Serin berikan padanya. Jane memikirkannya tentu, hanya saja ia memilih untuk menunggu Theo menjelaskan. Terbukti dengan hari ini. Setelah berkeliling melawat dan berbelanja di Malioboro siang tadi, Jane dan Theo lan