Share

Bab 50

Penulis: Dina Dwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-31 22:26:53

Diana berkedip sekali. Lalu ia bisa melihat kedua tangannya tengah digenggam oleh dua sosok berbeda di samping kanan dan kirinya.

Kepalanya terangkat untuk melihat tangan siapa yang menggenggamnya. Bibir Diana melengkung saat melihat siapa sosok yang memegang tangannya.

"Ayah, Ibu, kita mau kemana?" tanya Diana dengan antusias. 

Matanya menampakkan kebahagiaan yang menyilaukan. 

Orang yang dipanggil ayah dan ibu itu hanya tersenyum pada Diana tanpa menjawab.

Perlahan keduanya melepaskan tangan mereka dari tangan Diana. Diana terdiam dengan kebingungan yang jelas.

"Ada apa, ibu? Ayah?" tanya Diana.

Bukannya menjawab, kedua sosok itu memalingkan wajah dan menghadap ke depan.

Mereka mulai melangkah dari samping Diana. Diana melebarkan matanya dan rasa takut tiba-tiba mencengkeram dadanya saat meli

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • We Are   Bab 51

    Kevin berlari mendekati Revan yang sedang berjalan di halaman sekolah."Hei! Kita jadi ke rumahmu hari ini 'kan?" tanya Kevin mendadak pada Revan.Revan hanya melirik dari sudut matanya dan menjawab dengan gumaman."Hm."Saat ini mereka berdua sedang berjalan melewati lapangan basket sekolah menuju kelas.Saat mereka masuk ke dalam kelas, mereka menemukan Diana sedang tertidur di antara murid di kelas.Diana tidur dengan tangan yang menyembunyikan kepalanya di atas meja. Ia ternyata bisa tidur di tengah berisiknya murid dalam kelas yang asyik mengobrol.Kevin dengan semangat tinggi mendekati meja Diana dan menggoyangkan bahunya agar terbangun.Revan hanya melihat tingkah temannya itu dan tidak melakukan apa pun.Diana mengangkat kepal

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • We Are   Bab 52

    Pada malam harinya, Diana dan David duduk menghadap dokter psikiater yang sebelumnya menangani Diana.“Kabar baik untuk kalian,” kata dokter.Diana dan David berpandangan lalu kembali menghadap ke depan lagi pada sang dokter.“Tentang penyembuhan untuk Diana...” David dan Diana saling memandang lagi, menunggu lanjutan kalimat dari orang dihadapan mereka.“Aku sudah bisa menjamin untuk menyembuhkan Diana,” lanjut sang dokter.“Benarkah?” mata David berbinar.Sang dokter mengangguk, “Aku sudah melihat peluangnya dan bagaimana caranya. Diana bisa sembuh dengan tetap datang teratur ke sini lalu melakukan terapi, aku sudah menentukan terapi yang digunakan."David tersenyum lega sembari menggenggam tangan adiknya."Karena Diana hanya bisa datang seminggu se

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • We Are   Bab 53

    “Kita akan mulai dengan memisahkan dulu siapa yang sudah jadi peserta dan siapa yang tidak,” sahut ketua kelas.Murid di kelas segera saja membagi wilayah kelas menjadi dua, deretan kursi sebelah kanan dan kiri.Sebelah kanan bagi yang sudah ikut jadi perwakilan untuk lomba dan sebelah kiri untuk murid yang tidak ikut.Kemudian dimulailah pemilihan untuk lomba yang belum ada pesertanya.Diana santai saja karena ia percaya diri tidak akan terpilih. Entah dari mana kepercayaan diri itu.Tapi ia merasa teman dikelasnya tidak akan menunjukknya karena mereka tidak dekat dengannya dan kurang tahu apa yang bisa dia lakukan.Kecuali Diana bisa menjadi peserta lomba cerdas cermat mewakili kelasnya. Tapi lomba itu tidak ada sehingga Diana tidak perlu berpartisipasi dalam ulang tahun sekolah.“Lomba yang pertama adalah lomba pertunjukan alat musik. Belum ada yang percaya diri untuk mendaftarkan dir

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • We Are   Bab 54

    Tiba-tiba Michael datang menghampiri Diana.“Selamat, ya," ucap Michael sambil tersenyum.“Selamat? Aku sedang mendapat masalah bukannya hadiah,” kata Diana membalas sembari menggeleng-gelengkan kepalanya frustrasi.“Kenapa bukan kau saja yang terpilih? Kau 'kan banyak penggemarnya," kata Diana mengoceh tidak jelas karena panik.“Tapi aku tidak menguasai alat musik satupun.” Michael membalas.“Lagi pula sangat tidak mungkin. Kau pasti tahu aturannya 'kan? Aku sudah ikut lomba lari jarak dekat mewakili kelas,” balas Michael.“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?” tanya Diana masih frustasi.“Kenapa? Apa kau tidak percaya diri?” tanya Michael.“Itu sudah jelas, kan. Aku hanya bisa mempermalukan diri sendiri. Belum lagi mereka akan menyalahkanku karena sudah mempermalukan kelas.” Diana menghela napas.Diana lalu mengangkat kedua t

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • We Are   Bab 55

    Hari ini Diana dan Kevin mengikuti Revan pulang ke rumahnya. Mereka akan melanjutkan latihan membela diri di rumah Revan lagi.Saat ini mereka sedang berjalan di halaman rumah Revan. Mereka datang dengan naik taksi dan harus berhenti di depan gerbang rumah Revan.Berbeda jika Valen yang menjemput Revan, mereka akan ikut menumpang dan mereka akan turun langsung di depan rumah Revan tanpa berjalan melewati halaman. Karena mereka juga ikutan naik ke mobil Valen.Tapi karena Revan tidak dijemput, maka mereka bertiga pulang dengan menaiki taksi.Mereka melewati halaman rumah Revan yang cukup luas, hingga mereka perlu berjalan dalam waktu beberapa menit.Mereka langsung ke rumahnya Revan setelah pulang sekolah untuk berlatih lagi, itu hal yang mereka sepakati bersama.Diana bisa datang karena hari ini bukan jadwal kerjanya. Jadi hari ini ia tidak bekerja dan pergi latihan untuk memperkuat pertahanannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • We Are   Bab 56

    Revan belum menjawab pertanyaan Kevin yang menanyakan apakah dirinya baik-baik saja dan malah melihat ke arah lain.Melihat Revan yang mengalihkan pandangan, Kevin sudah yakin dengan dugaannya bahwa Revan tidak baik-baik saja.Tidak ada yang berbicara lagi sampai akhirnya Revan bersuara untuk menjawab pertanyaan Kevin. Ia menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.Padahal Kevin sudah mengira Revan tidak akan menjawabnya.“Kalau tentang itu, aku rasa kalian bisa menebaknya.”Revan tanpa sadar membenarkan apa yang dipikirkan Kevin dan Diana.Diana dan Kevin menurunkan pandangan dengan wajah yang tidak menunjukkan kesenangan sedikit pun karena dugaan mereka benar.Karena walaupun mereka sudah bisa menduganya, mereka berharap dugaan itu salah dan Revan baik-baik saja.Tapi mereka juga tidak ingin Revan berbohong dengan mengatakan dirinya baik-baik saja.Karena itu lah, apa pun jawaban

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • We Are   Bab 57

    “Anda sadar kalau itu bisa membuat anda dibenci olehnya. Dibenci oleh anak anda sendiri. Apa anda benar-benar hanya memikirkan dan mementingkan tentang penerus perusahaan milik anda saja?"Kevin menghilangkan keraguannya dan mengutarakan isi pikirannya meski itu menyinggung orang yang ada di depannya."Lalu anehnya lagi, kenapa anda harus terus mengincar Albert? Anda bisa melepaskannya dengan menikah lagi dan memiliki anak bersama orang yang anda inginkan," lanjut Kevin.“Kau memang tidak tahu apa-apa. Albert anakku satu-satunya. Dan kenyataan itu tidak akan pernah berubah.” Helena membalas.“Anda mengatakan seolah-olah sangat menyayanginya, lalu mengapa meninggalkannya hanya karena sebuah perjanjian?” tanya Kevin.“Bagaimana mungkin jika kau tidak menyayanginya jika hanya dia anak yang kau miliki dan tidak akan bisa memiliki yang lain?” tanya Helena mengangkat sebelah alisnya. Ia mengak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • We Are   Bab 58

    Kevin merenung dan mengingat kembali kejadian sebelumnya saat berada di rumah sakit. Ia seolah tidak peduli saat ini masih berada di depan Helena.Beberapa hari yang lalu, Kevin sedang menjaga Oliver yang sudah sadar dari masa kritisnya sejak tiga hari yang sebelumnya.Oliver sedang duduk bersandar bantal di atas kasurnya.“Apa kau mendengar sesuatu tentang kecelakaan ayah dari Albert?” tanya Oliver tiba-tiba pada kevin yang sedang membaca buku.Kevin mengalihkan perhatian dari buku bacaannya pada ayah angkatnya.“Anda tidak diberitahu olehnya?” Kevin balas bertanya sembari melihat ke arah Oliver.“Dia pasti menyelidikinya, kan,” kata Oliver juga tidak menjawab pertanyaan Kevin.“Benar, tapi dia tidak menemukan apa-apa dengan penyelidikannya.” Kevin tidak berbohong, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02

Bab terbaru

  • We Are   Bab 77

    "Diana dan Kevin.. mereka sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Kondisi keduanya..." Jeremy ragu untuk melanjutkan perkataannya. Di depannya, raut wajah Revan semakin pucat.Revan merasa napasnya tertahan. Sama seperti beberapa murid yang mendengarnya.Mereka tahu, dari ekspresi Jeremy, bahwa kondisi kedua sahabat Revan jelas tidak dalam kondisi yang baik.Revan segera melepaskan tangannya dari pundak Jeremy. Ia berbalik dan melangkah hendak keluar kelas."Revan! Kau mau ke mana?!" tanya Jeremy sedikit mengeraskan suaranya.Pertanyaan itu membuat langkah Revan tertunda sejenak. Ia menoleh pada Jeremy yang ada dibelakangnya tanpa menjawab.Jeremy bisa menduga tujuan Revan.Karena itu ia menyahut lagi, "Kita akan menjenguk mereka berdua setelah jam pelajaran berakhir. Kita pergi bersama-sama. Jadi tahan dulu langkahmu."Revan tidak langsung membalas dan memilih memandang kembali jalan koridor depan pintu kel

  • We Are   Bab 76

    Diana tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.Semuanya terjadi begitu cepat. Saat tubuhnya berputar dalam pelukan seseorang. Diana tidak sempat bereaksi.Yang ia rasakan adalah tubuhnya terangkat membentur kap mobil yang menabraknya.Tubuhnya berguling hingga memecahkan kaca mobil. Lalu ia jatuh menggelinding di jalan aspal.Semua itu terjadi saat dirinya dipeluk.Tepat ketika tubuhnya mendarat di aspal dengan menyakitkan, Diana merasa pelukan di tubuhnya terlepas.Ia berusaha mengabaikan rasa sakit di kepala dan tubuhnya. Matanya berusaha terbuka.Diana berusaha mengerakkan tangannya. Suaranya serak dan hampir tidak terdengar."K-ke..vin.."Hal terakhir yang ia ingat adalah wajah Kevin yang menutup kedua matanya.*****Albert melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Ia menghela napas. Kepalanya ke terangkat kembali memandang keluar jendela kantornya.

  • We Are   Bab 75

    Semua siswa tampak bersemangat saat mulai memasuki kebun binatang. Mereka dipandu oleh salah satu staf yang bekerja dan bertugas memandu para pengunjung.Mereka harus mengikuti pemandu dan tidak boleh berkeliaran seenaknya karena jumlah mereka yang lumayan banyak. Kalau tidak, Jeremy akan kesulitan mencari mereka saat kegiatan menjelajahi isi kebun binatang telah selesai.Setelah selesai menjelajahi kebun binatang itu, mereka menaiki bus dan lanjut pergi ke tujuan selanjutnya. Tujuan selanjutnya adalah taman reakreasi.Berbeda dengan di kebun binatang, saat di taman rekreasi mereka diizinkan pergi sendiri-sendiri ke mana saja oleh Jeremy.Mereka juga dibiarkan berlama-lama karena setelah ini mereka tidak perlu pulang dengan bus yang sama lagi.Mereka akan pulang dengan menggunakan transportasi yang mereka mau. Seperti Revan yang langsung dijemput oleh Valen, atau Diana dan Kevin yang memilih untuk berjalan kaki menuju halte bus

  • We Are   Bab 74

    "Hei, Jeremy." Kevin merangkul pundak Jeremy dan menariknya menjauh dari kerumunan siswa di kelas."Ada apa?" tanya Jeremy sembari menaikkan alisnya."Apa benar kau yang memberi hadiah ini?" tanya Kevin di hadapan Diana dan Revan.Jeremy memandang kotak pink di tangan Kevin lalu mengangguk dan menjawab, "Iya."Kevin melepaskan rangkulannya dari pundak Jeremy. Diana dan Revan tertarik mendengar percakapan itu.Jeremy menaikkan kacamatanya yang sedikit menurun. Ia melanjutkan, "Aku memberikan ini sebagai bentuk apresiasi untuk Diana dan Revan. Kalian sudah bekerja keras menampilkan pertunjukan yang luar biasa saat pembukaan mewakili kelas ini."Diana dan Revan berpandangan melihat Jeremy yang tersenyumJeremy melanjutkan lagi, "Bahkan kepala sekolah memuji kalian dan mengatakan jika pertunjukan kalian adalah yang terbaik diantara yang lain.

  • We Are   Bab 73

    Saat Diana masuk ke dalam kelas, beberapa siswa langsung menatap ke arahnya. Diana mengabaikan hal itu dan sama sekali tidak merasa aneh.Tapi kemudian ia terpaku menatap ke arah meja dan kursinya di dalam kelas. Ia mengusap matanya dengan punggung tangan memastikan kalau itu memang adalah meja dan kursi miliknya.Bagaimana mungkin ada begitu banyak kotak warna warni yang memenuhi meja dan tempat duduknya.Kotak-kotak itu adalah hadiah pemberian untuk Diana dari para pengagumnya. Diana tidak tahu jika dirinya telah memiliki penggemar rahasia sebanyak itu.Bukan hanya itu, beberapa detik kemudian banyak murid perempuan di kelasnya datang beramai-ramai mengelilingi Diana.Revan dan Kevin yang baru masuk ke dalam kelas melihat Diana sedang kebingungan. Kebingungan membalas banyak pujian dari siswi di dalam kelas. Ternyata penggemar Diana bukan hanya laki-laki saja.Setelah beberapa menit y

  • We Are   Bab 72

    Kevin menghela napasnya. Jika ia berada di posisi Albert, maka ia juga akan mengira ayahnya memang meminta untuk pergi dan berada di sisi ibu Albert.Tapi Kevin ingat semua percakapan yang terjadi kemudian antara dirinya dan Oliver di rumah sakit setelah Albert keluar dari ruangan. Kevin belum memberitahu Albert tentang itu.Kevin akhirnya mulai menjelaskan, "Aku juga awalnya berpikir hal yang sama denganmu. Tapi setelah itu, ayah menjelaskan padaku bahwa jika kau menolak permintaannya dan bersikeras untuk berada di sisi ayah dari pada ibumu, maka ayah tidak akan memaksamu. Ayah bahkan akan mempertahankanmu di sisinya apa pun yang terjadi."Kerutan di wajah Albert semakin dalam setelah mendengar perkataan Kevin."Hanya saja, ayah tidak ingin kau membenci ibumu. Karena menurutnya, apa pun yang terjadi, dia adalah ibumu yang telah melahirkanmu," lanjut Kevin.Albert terdiam. Berusaha memproses semua perkataan Kevin padanya.

  • We Are   Bab 71

    Tepat jam dua belas malam, sesuai jadwal, sekolah meluncurkan kembang api ke langit malam di berulang kali. Kembang api terus meledak memberikan cahaya warna warni di langit malam yang gelap.Semua murid bisa melihat ledakan warna di langit itu dari berbagai tempat. Salah satunya di atap bangunan sekolah, seperti yang dilakukan ketiga remaja yang terdiri dari Diana, Revan dan Kevin.Mereka bertiga menikmati pemandangan itu dengan disertai sebuah obrolan."Aku penasaran dengan isi kotak hadiah dari memenangkan lomba yang telah didapatkan oleh kelas kita," sahut Kevin pertama kali."Aku juga," balas Diana mengingat hadiahnya yang disimpan oleh ketua kelas dan akan dibuka dan dilihat isinya pada esok hari di dalam kelas."Kita akan tahu itu besok," timpal Revan.Diana mengangguk. Besok hadiah mereka akan dibuka di hadapan semua siswa satu kelas."Menurutmu hadiahnya apa?" tanya Kevin pada Revan.Revan menjawab dengan mengang

  • We Are   Bab 70

    Penampilan Diana menarik perhatian apalagi bagi para laki-laki. Mereka yang tidak terlalu mengenal Diana akan bertanya siapa yang berada di sana sekarang. Sedangkan mereka yang mengenalnya terkesima karena Diana sangat berbeda saat memakai seragam, penampilan sehari-harinya yang tidak mencolok. Satu lagi yang mereka sadari adalah senyuman Diana yang menjadi senjatanya untuk mencuri perhatian. Benar-benar senyuman yang manis. Peserta selanjutnya tampil dan Diana sudah berganti oleh peserta selanjutnya. Tapi penampilan Diana yang sebelumnya masih saja diperbincangkan banyak murid. Diana ternyata bisa tampil sangat berbeda sekali dengan penampilannya yang biasanya. Diana berhasil membalas mereka yang membencinya dengan telak, karena selanjutnya tidak diduga atau sudah diduga orang-orang, Diana menjadi salah satu pemenang lomba ini. Ia menjadi p

  • We Are   Bab 69

    "Luar biasa, kalian luar biasa. Oh my.." Kevin dengan berlebihan menggerakkan tangannya hingga terentang beberapa kali.Diana terkekeh, ia juga tidak percaya dirinya bisa tampil dengan baik dan lancar tanpa ada masalah sedikitpun. Kecuali hanya pada saat dirinya gelisah ketika awal berdiri di hadapan banyak orang.Tepuk tangan penonton yang meriah yang ia ingat saat menyelesaikan pertunjukannya, membuat dada Diana penuh dengan perasan puas dan bangga.Revan yang berada di samping Diana, setelah mendengar ucapan Kevin, ia hanya tersenyum tipis sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana."Hm. Tapi ada satu yang aku kurang senang," kata Kevin tiba-tiba melipat tangan di depan tubuhnya.Bersikap seperti ia sedang kesal. Wajahnya terlihat cemberut."Setelah ini, pasti banyak laki-laki yang ingin mendekati Diana." Kevin memancarkan tatapan yang s

DMCA.com Protection Status