Share

Bab 58

Author: Dina Dwi
last update Last Updated: 2021-11-02 08:00:24

Kevin merenung dan mengingat kembali kejadian sebelumnya saat berada di rumah sakit. Ia seolah tidak peduli saat ini masih berada di depan Helena.

Beberapa hari yang lalu, Kevin sedang menjaga Oliver yang sudah sadar dari masa kritisnya sejak tiga hari yang sebelumnya. 

Oliver sedang duduk bersandar bantal di atas kasurnya.

“Apa kau mendengar sesuatu tentang kecelakaan ayah dari Albert?” tanya Oliver tiba-tiba pada kevin yang sedang membaca buku.

Kevin mengalihkan perhatian dari buku bacaannya pada ayah angkatnya.

“Anda tidak diberitahu olehnya?” Kevin balas bertanya sembari melihat ke arah Oliver.

“Dia pasti menyelidikinya, kan,” kata Oliver juga tidak menjawab pertanyaan Kevin.

“Benar, tapi dia tidak menemukan apa-apa dengan penyelidikannya.” Kevin tidak berbohong, tapi

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • We Are   Bab 59

    59Melihat Albert yang berjalan, Kevin segera berdiri dari sofa di sudut ruangan dan mengejar Albert hingga di depan pintu kamar rawat inap.Sebelum Albert keluar, dia membuka pintu dan menatap Kevin sejenak.“Jaga ayah. Selanjutnya hanya kau yang bisa aku andalkan,” kata Albert pelan yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua saja.“Kau benar-benar akan pergi?” tanya Kevin dengan suara rendah dan menyamai rendahnya suara Albert.“Tenang saja, aku tidak mungkin langsung pergi begitu saja. Lagi pula aku masih bisa menemuimu dan ayah nantinya. Aku pergi bukan berarti kita benar-benar berpisah.” Albert lalu tersenyum untuk menenangkan Kevin.Kevin menggigit bibirnya dan menahan napasnya.Albert melanjutkan, "Kalau pun aku tidak bisa, akan aku pastikan untuk mencari cara agar bisa bertemu kalian lagi."Kevin mengangguk pelan sembari menunduk.“Aku mengerti. Aku jug

    Last Updated : 2021-11-02
  • We Are   Bab 60

    Karena percakapan antara Kevin dan Helena selesai, Kevin pamit dan pergi dari kediaman Helena.Helena menatap sofa kosong di hadapannya.Kevin sudah pergi beberapa menit yang lalu tapi Helena belum beranjak dari duduknya dan memilih berdiam diri di sofa.Kalimat terakhir yang Kevin ucapkan kembali terngiang di pikiran Helena.“Jika anda masih ragu tentang tuan Oliver,” sahut Kevin lagi saat beranjak dari duduknya dan berdiri menyamping dari Helena.“Silahkan anda tebak, apa alasan tuan Oliver tidak menikah lagi sampai sekarang. Mengapa beliau tidak mencari ibu pengganti untuk Albert?”Lalu Kevin pun berlalu dari hadapan Helena.“Hanya menebak? Kenapa kau tidak menyuruhku langsung untuk mencari tahu saja sekalian.”Helena bisa membalas seperti itu membuat langkah Kevin berhenti.“Saya tidak minta seperti itu, karena saya rasa Nyonya Helena tidak aka

    Last Updated : 2021-11-02
  • We Are   Bab 61

    Saat itu, Revan menggenggam sebuket bunga untuk diberikan pada ibunya. Ia menapaki jalan setapak di pemakaman umum dengan perlahanLalu tiba-tiba seseorang yang dilihatnya membuat Revan berhenti melangkah. Ia melihat ayahnya di makam ibunya.Hal itu sangat jarang terjadi.Tapi kemudian ayahnya mulai berjalan menjauh dari situ.Revan mengira ayahnya akan kembali pulang namun ternyata ayahnya berhenti di salah satu makam.Revan mendekati ayahnya dari belakang, tapi berhenti setelah jaraknya tersisa lima meter. Agar ayahnya tidak langsung merasa terganggu, karena ia sedang mengamatinya dari belakang.Revan tidak takut ayahnya akan menoleh ke belakang dan mengenalinya. Karena Revan sedang memakai topi dan hodie untuk membuatnya tidak dikenali siapapun selama diluar rumah.Revan juga tidak takut kalau ada penjaga yang menangkapnya dan mengiranya sebagai pencuri makam. Karena ia memang memakai pakaian y

    Last Updated : 2021-11-03
  • We Are   Bab 62

    “Apa yang kau pelajari hari ini?” tanya ibunya yang tengah duduk di kasur pasien.“Apa, ya? Aku lupa. Yang aku ingat hanya banyak tugas yang diberikan guru,” jawab Revan tidak peduli, tapi ia berusaha menjawab dengan raut wajah yang semangat.“Kau lupa? Anak ini. Jangan lupa kerjakan semua tugasnya. Kau juga tidak usah menghabiskan waktu disini, sebentar lagi kau ulangan semester, kan?” tanya ibunya sembari mengelus kepala Revan.“Iya. Ibu tenang saja. Aku sudah siap seratus persen dengan ujiannya. Bahkan jika ujiannya dilakukan sekarang aku bisa mengerjakannya dengan baik,” balas Revan percaya diri.Ibunya tertawa, “Iya, aku tahu anakku memang cerdas.”Revan ikut tertawa bersama ibunya.Tapi sejak Revan mulai lebih sering berkelahi dan bolos, ia juga dikeluarkan dari sekolah. Dan itu terjadi berkali-kali. Revan pindah dari satu sekolah ke sekolah lain lebih dari satu kali.I

    Last Updated : 2021-11-03
  • We Are   Bab 63

    Revan sekarang berada di sebuah kamar hotel. Ia telah memesan satu kamar untuk satu malam karena sudah memutuskan jika ia tidak akan pulang malam ini.Revan lalu melihat ponselnya yang dipenuhi notifikasi pesan dan panggilan. Sudah pasti itu semua dari kakaknya, Valen. Karena ayahnya tidak mungkin menghubunginya.Sedangkan teman-temannya sudah pasti tidak akan menghubunginya, apa lagi dengan berlebihan seperti ini.Kevin sedang sibuk dengan keluarganya juga. Sedangkan Diana, mereka baru saja bertemu.Revan tidak membaca semua pesan dari kakaknya. Tapi ia mengirim pesan balasan untuk Valen, yang mengatakan bahwa dirinya tidak akan pulang malam ini. Sekaligus pesan yang mengatakan ia akan berbicara pada Valen besok ketika pagi hari. Tentu saja saat ia pulang ke rumah.Revan sengaja memilih pagi hari karena besok hari libur. Revan tidak perlu ke sekolah dan ia sudah menyiapkan dirinya menghadapi pembicaraan yang mungkin membuat kep

    Last Updated : 2021-11-05
  • We Are   Bab 64

    Akhirnya Derrick yang berdiri di balik dinding memutuskan menampakkan dirinya pada Revan dan Valen. Tapi hanya Valen yang langsung melihatnya terlebih dahulu. Valen dan ayahnya saling memandang seketika karena ke ayahnya yang tiba-tiba muncul. “Ayah.” Valen menyebut ayahnya membuat Revan mengeryitkan alisnya. Ia berbalik dan melihat kehadiran ayahnya. Revan menatap wajah ayahnya tanpa mengatakan apa-apa. Ia penasaran dari mana asal ayahnya datang dengan tiba-tiba. Akhirnya Derrick mendekati keduanya. “Aku mendengar pembicaraan kalian,” kata Derrick memulai percakapan baru tiba-tiba. Revan terkejut. Dia mendengarnya? batin Revan benar-benar heran. Sejak kapan ayahnya mende

    Last Updated : 2021-11-06
  • We Are   Bab 65

    “Kau dan Valen adalah saudara sepupu," lanjut Derrick.Inilah alasannya mengapa wajahnya Revan bisa mirip dengan Valen. Padahal mereka bukan saudara kandung.Ini bukan karena kebetulan, tapi karena faktor genetik, sebab ibu mereka berdua itu ternyata adalah saudara kembar.Valen dan Revan mewarisi kemiripan dari ibunya masing-masing.“Valen lebih mirip dengan istriku dan kau lebih mirip dengan ibu kandungmu, itulah yang membuat kalian mirip.”Revan dan Valen saling berpandangan.Revan membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tapi ia bingung bagaimana menyusun kalimatnya hingga tidak ada satupun kata yang keluar.“Tapi, jika

    Last Updated : 2021-11-06
  • We Are   Bab 66

    "Apa kau tidak ke gudang untuk mencariku tadi?" David bertanya dengan tatapan penuh perhatian pada Diana."Aku yang seharusnya bertanya." Diana menatap David seolah kakaknya telah melakukan dosa besar.Ia merasa kesal pada kakaknya."Kau pergi berjam-jam kemana saja? Padahal aku cuma memintamu mengambil satu benda dari gudang, kenapa bisa lama sekali?" tanya Diana menuntut."Aku bertanya lebih dulu. Jawab dulu pertanyaanku." David membalas dan bersikeras menuntut jawaban lebih dahulu. Meski begitu, ekspresinya saat ia berkata masih dengan raut wajah perhatian.Ia tidak menyudutkan Diana sedikitpun.Tapi sebaliknya Diana merasa dirinya seperti sedang tertangkap melakukan kesa

    Last Updated : 2021-11-07

Latest chapter

  • We Are   Bab 80

    Di suatu waktu, Diana merasa sedikit cemas. Dia akan melakukan pemeriksaan psikiater untuk pertama kalinya sejak kecelakaan itu. Ini bukan hanya tentang kesehatan fisiknya, tapi juga tentang dirinya, tentang ingatannya yang hilang dan apa yang akan datang selanjutnya.David tahu betul perasaan cemas Diana, dan meskipun dia tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kecemasannya, dia berusaha memberikan dukungan sebanyak yang dia bisa.“Jangan khawatir, Diana. Aku akan tetap di sini bersamamu,” kata David dengan nada penuh keyakinan, meskipun ia sendiri merasa sedikit gugup.David ingin tahu bagaimana kondisi mental Diana setelah ia lupa ingatan. Apakah ada yang berubah dengan trauma Diana atau tidak.Diana tersenyum tipis, tetapi tidak bisa menyembunyikan rasa ragu yang masih ada di matanya.David terus berbicara dengan lembut, berusaha untuk menenangkan perasaan Diana. “Aku tahu ini bisa terasa menakutkan, tapi kita akan menghadapinya bersama. Aku tidak akan pergi ke mana-mana,” ucapnya lag

  • We Are   Bab 79

    Hari-hari berlalu dengan cepat, tetapi rutinitas Diana tidak banyak berubah sejak pertama kali ia mengunjungi kamar Kevin. Setiap pagi, setelah dokter selesai melakukan pemeriksaan rutin di kamarnya, David akan datang dan menawarinya untuk berjalan-jalan di sekitar lantai rumah sakit. Namun, Diana hanya punya satu tujuan: kamar rawat Kevin."Sudah siap?" tanya David suatu pagi saat ia mendorong kursi roda Diana ke dekat pintu.Diana mengangguk kecil. “Iya. Terima kasih sudah menemaniku lagi.”David tersenyum. “Tidak masalah. Aku senang kau ingin menjenguk Kevin.”Perjalanan menuju kamar Kevin kini sudah menjadi kebiasaan yang Diana lakukan. Meski Kevin masih terbaring dalam kondisi koma, Diana merasa dirinya perlu lebih sering menjenguk Kevin, mungkin karena ia merasa punya hutang budi pada Kevin.Sesampainya di kamar Kevin, David membantunya duduk di kursi yang biasa ia tempati di sebelah tempat tidur Kevin. Setelah memastikan Diana baik-baik saja, David berpamitan untuk kembali beke

  • We Are   Bab 78

    Diana masih duduk di tempat tidurnya, memandangi jendela dengan tatapan kosong. Kamar rumah sakit itu terasa begitu sepi, hanya suara denyut mesin monitor yang menemani. Meski fisiknya mulai pulih, pikirannya masih penuh dengan kebingungan. Ingatannya yang hilang membuatnya merasa seperti hidup di dunia asing.David masuk ke dalam kamar dengan membawa senyuman tipis. Ia menutup pintu dengan perlahan dan mendekati adiknya. Di tangannya ada sebuah gelas berisi teh hangat, yang ia letakkan di meja samping tempat tidur.“Diana, bagaimana perasaanmu hari ini?” tanya David dengan suara lembut.Diana menoleh, lalu mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja, Kak. Tapi… semuanya masih terasa asing. Aku masih sulit mengingat apa pun,” jawab Diana lirih.David duduk di kursi di sampingnya, menatap wajah Diana dengan penuh kasih. “Itu wajar, Diana. Jangan terlalu memaksakan dirimu.”Diana menghela napas panjang. “Aku hanya merasa… hidup tanpa mengingat apa-apa terasa sangat kosong. Aku ingin tahu apa s

  • We Are   Bab 77

    "Diana dan Kevin.. mereka sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Kondisi keduanya..." Jeremy ragu untuk melanjutkan perkataannya. Di depannya, raut wajah Revan semakin pucat.Revan merasa napasnya tertahan. Sama seperti beberapa murid yang mendengarnya.Mereka tahu, dari ekspresi Jeremy, bahwa kondisi kedua sahabat Revan jelas tidak dalam kondisi yang baik.Revan segera melepaskan tangannya dari pundak Jeremy. Ia berbalik dan melangkah hendak keluar kelas."Revan! Kau mau ke mana?!" tanya Jeremy sedikit mengeraskan suaranya.Pertanyaan itu membuat langkah Revan tertunda sejenak. Ia menoleh pada Jeremy yang ada dibelakangnya tanpa menjawab.Jeremy bisa menduga tujuan Revan.Karena itu ia menyahut lagi, "Kita akan menjenguk mereka berdua setelah jam pelajaran berakhir. Kita pergi bersama-sama. Jadi tahan dulu langkahmu."Revan tidak langsung membalas dan memilih memandang kembali jalan koridor depan pintu kel

  • We Are   Bab 76

    Diana tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.Semuanya terjadi begitu cepat. Saat tubuhnya berputar dalam pelukan seseorang. Diana tidak sempat bereaksi.Yang ia rasakan adalah tubuhnya terangkat membentur kap mobil yang menabraknya.Tubuhnya berguling hingga memecahkan kaca mobil. Lalu ia jatuh menggelinding di jalan aspal.Semua itu terjadi saat dirinya dipeluk.Tepat ketika tubuhnya mendarat di aspal dengan menyakitkan, Diana merasa pelukan di tubuhnya terlepas.Ia berusaha mengabaikan rasa sakit di kepala dan tubuhnya. Matanya berusaha terbuka.Diana berusaha mengerakkan tangannya. Suaranya serak dan hampir tidak terdengar."K-ke..vin.."Hal terakhir yang ia ingat adalah wajah Kevin yang menutup kedua matanya.*****Albert melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Ia menghela napas. Kepalanya ke terangkat kembali memandang keluar jendela kantornya.

  • We Are   Bab 75

    Semua siswa tampak bersemangat saat mulai memasuki kebun binatang. Mereka dipandu oleh salah satu staf yang bekerja dan bertugas memandu para pengunjung.Mereka harus mengikuti pemandu dan tidak boleh berkeliaran seenaknya karena jumlah mereka yang lumayan banyak. Kalau tidak, Jeremy akan kesulitan mencari mereka saat kegiatan menjelajahi isi kebun binatang telah selesai.Setelah selesai menjelajahi kebun binatang itu, mereka menaiki bus dan lanjut pergi ke tujuan selanjutnya. Tujuan selanjutnya adalah taman reakreasi.Berbeda dengan di kebun binatang, saat di taman rekreasi mereka diizinkan pergi sendiri-sendiri ke mana saja oleh Jeremy.Mereka juga dibiarkan berlama-lama karena setelah ini mereka tidak perlu pulang dengan bus yang sama lagi.Mereka akan pulang dengan menggunakan transportasi yang mereka mau. Seperti Revan yang langsung dijemput oleh Valen, atau Diana dan Kevin yang memilih untuk berjalan kaki menuju halte bus

  • We Are   Bab 74

    "Hei, Jeremy." Kevin merangkul pundak Jeremy dan menariknya menjauh dari kerumunan siswa di kelas."Ada apa?" tanya Jeremy sembari menaikkan alisnya."Apa benar kau yang memberi hadiah ini?" tanya Kevin di hadapan Diana dan Revan.Jeremy memandang kotak pink di tangan Kevin lalu mengangguk dan menjawab, "Iya."Kevin melepaskan rangkulannya dari pundak Jeremy. Diana dan Revan tertarik mendengar percakapan itu.Jeremy menaikkan kacamatanya yang sedikit menurun. Ia melanjutkan, "Aku memberikan ini sebagai bentuk apresiasi untuk Diana dan Revan. Kalian sudah bekerja keras menampilkan pertunjukan yang luar biasa saat pembukaan mewakili kelas ini."Diana dan Revan berpandangan melihat Jeremy yang tersenyumJeremy melanjutkan lagi, "Bahkan kepala sekolah memuji kalian dan mengatakan jika pertunjukan kalian adalah yang terbaik diantara yang lain.

  • We Are   Bab 73

    Saat Diana masuk ke dalam kelas, beberapa siswa langsung menatap ke arahnya. Diana mengabaikan hal itu dan sama sekali tidak merasa aneh.Tapi kemudian ia terpaku menatap ke arah meja dan kursinya di dalam kelas. Ia mengusap matanya dengan punggung tangan memastikan kalau itu memang adalah meja dan kursi miliknya.Bagaimana mungkin ada begitu banyak kotak warna warni yang memenuhi meja dan tempat duduknya.Kotak-kotak itu adalah hadiah pemberian untuk Diana dari para pengagumnya. Diana tidak tahu jika dirinya telah memiliki penggemar rahasia sebanyak itu.Bukan hanya itu, beberapa detik kemudian banyak murid perempuan di kelasnya datang beramai-ramai mengelilingi Diana.Revan dan Kevin yang baru masuk ke dalam kelas melihat Diana sedang kebingungan. Kebingungan membalas banyak pujian dari siswi di dalam kelas. Ternyata penggemar Diana bukan hanya laki-laki saja.Setelah beberapa menit y

  • We Are   Bab 72

    Kevin menghela napasnya. Jika ia berada di posisi Albert, maka ia juga akan mengira ayahnya memang meminta untuk pergi dan berada di sisi ibu Albert.Tapi Kevin ingat semua percakapan yang terjadi kemudian antara dirinya dan Oliver di rumah sakit setelah Albert keluar dari ruangan. Kevin belum memberitahu Albert tentang itu.Kevin akhirnya mulai menjelaskan, "Aku juga awalnya berpikir hal yang sama denganmu. Tapi setelah itu, ayah menjelaskan padaku bahwa jika kau menolak permintaannya dan bersikeras untuk berada di sisi ayah dari pada ibumu, maka ayah tidak akan memaksamu. Ayah bahkan akan mempertahankanmu di sisinya apa pun yang terjadi."Kerutan di wajah Albert semakin dalam setelah mendengar perkataan Kevin."Hanya saja, ayah tidak ingin kau membenci ibumu. Karena menurutnya, apa pun yang terjadi, dia adalah ibumu yang telah melahirkanmu," lanjut Kevin.Albert terdiam. Berusaha memproses semua perkataan Kevin padanya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status