Beranda / Romansa / Wasiat Cinta Untuk Chiara / Bab 23 - debaran aneh (lagi)

Share

Bab 23 - debaran aneh (lagi)

Penulis: Riri riyanti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rumah yang sunyi sudah bukan lagi sebuah hal baru bagi Chiara. Setelah melewati ruang keluarga, gadis manis itu segera mencari presensi ibunya. Sore hari begini biasanya Ambar sedang menonton drama kesayangan mereka, tapi televisi di ruangan yang sebelumnya Chiara lewati dalam keadaan mati. Dan instingnya membawa langkah gadis itu menuju dapur, tempat favorit ke dua bagi sang ibu.

Dan tebakannya benar. Ketika sudah sampai di ambang pintu dapur, sosok Ambar terlihat sedang mengiris sesuatu di dekat kompor listrik, membelakanginya. Senyuman gadis itu mengembang, lalu mengucapkan salam.

"Chia pulang, Ma ...."

"Selamat datang, Sayang." Ambar hanya menoleh sejenak, sebelum kembali berkutat dengan kegiatannya.

Dengan sedikit mengerutkan kening Chiara memutus ruang. Dia berdiri tepat di sisi ibunya, memperhatikan apa yang sedang Ambar kerjakan dengan senyuman tak pudar. "Tumben sibuk sekali, Ma. Masak apa?"

"Mama membuat sate, makanan kesukaan Nak Nardo."

Seakan mendapatkan serangan jantung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 24 - bertemu?

    Jalanan di kala senja itu terasa cukup lengang. Nardo melajukan mobilnya dengan kecepatan konstan. Ada sosok lain yang duduk pada kursi di sebelahnya, dialah Rendy.Bukan hanya sekali, sudah berkali-kali sahabatnya itu menumpang pulang dengannya jika dia sedang memiliki kendala. Seperti saat ini, motor si asisten sutradara itu sedang masuk bengkel. Daripada harus naik taksi, Rendy memilih untuk pulang bersama sang sutradara. Maklum saja, ia memang sedang berhemat, mengumpulkan dana sebanyak mungkin untuk resepsi pernikahannya."Setelah ini belok ke kiri jangan lupa, rumahku ada 50 meter dari sana." Rendy berucap seraya menunjuk gang masuk rumahnya. Sedangkan Nardo terlihat melirik sinis padanya. "Aku sudah tahu. Kamu kira aku pikun?""Hanya Berjaga-jaga." Rendy menjawab ringan dengan bahu mengedikkan bahu singkat. "Menggalau sepanjang waktu bisa saja membuatmu menjadi pelupa. Jangan marah." Sebelum Nardo menimpali, ia lebih dulu memperingatkan. "Sialan!" dan umpatan adalah opsi kalim

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 25 - dejavu

    Cuaca yang masih cukup terik sore itu tidak membuat Nardo untuk beranjak dari posisinya. Dengan sebatang rokok yang terselip di celah bibir, pria itu bersandar pada kap mobil hitam miliknya sambil sesekali melihat pada segerombolan mahasiswa dan mahasiswi Nusa Bangsa yang berlalu-lalang tidak jauh darinya. Hingga akhirnya sosok gadis yang dirinya tunggu berhasil tertangkap pandangannya. Nardo melepas sebatang nikotin itu dari mulutnya, mengapitnya di antara jari telunjuk dan jari tengah, lalu mengembuskan asap ke udara sebelum memberikan sebuah senyum manis pada Chiara. Gadis itu berjalan menghampirinya dengan tergesa."Kak Nardo ... cepat sekali sampainya.""Baru sampai beberapa menit yang lalu. Kebetulan lokasi syuting harus lewat jalan ini, jadi sekalian Kakak bisa menjemput kamu," ujar Nardo, menjelaskan hal yang sebenarnya sudah dia sampaikan pada chat pribadi mereka. "Mau langsung pulang?"Bukannya menjawab, tatapan Chiara justru tertuju pada rokok si pria, dahinya mengerut, se

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 26 - rasa yang pernah hilang

    Entah mimpi macam apa yang Chiara dapatkan semalam hingga dia mendapatkan kejutan tak terduga pagi ini. Bayangkan saja, ketika dia baru saja membuka pintu gerbang rumahnya, hal pertama yang menyambut tatapan mata gadis itu adalah presensi Nardo yang berdiri bersandar pada pintu mobilnya. Ya, pria yang berhasil membuat jantungnya berdegup kencang itu ada di sana.Dengan memainkan ponsel ditangan, pria itu tampak begitu rapi dengan kemeja slimfit warna biru yang lengannya terlipat sebatas siku, celana bahan hitam, lengkap dengan sepatu pantofel di kedua kakinya. Ah, jangan lupakan sebuah kacamata hitam yang bertengger manis di atas hidungnya yang bangir. Seakan menyadari kehadirannya, ketika Chiara mendekat, Nardo mengangkat dagu, menyambut kehadiran gadis itu dengan senyum memesona. "Guten morgen," sapa pria itu seraya memasukkan ponselnya pada saku celana, lalu melepas kacamata dan memasukkannya pada saku kemeja."Kak Nardo?" sedikit merasa terkejut karena tidak menduga akan bertemu

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 27 - memikirkanmu

    Sesampainya di Kampus, Chiara masih saja mengingat momen ketika bersama dengan mantan calon Kakak iparnya tadi. Momen biasa, namun entah kenapa terasa begitu luar biasa baginya. Dia berjalan menuju kelasnya dengan terbengong ria, tangannya berkali-kali menyentuh bibirnya, bibir yang nyaris bersentuhan dengan bibir mantan calon Kakak iparnya. Dia jadi berpikir, andai dirinya tidak bertanya waktu itu, apakah Nardo akan benar-benar menciumnya?Namun, sedetik kemudian kepala gadis itu menggeleng kencang.'Itu tidak mungkin!''Sadarlah, Chia!''Jangan terlalu percaya diri jadi orang!'Ya, Chiara hanya mampu memekik dalam hati.Dan lagi ... kenapa dia justru terkesan mengharapkan ciuman?"Ekhem!" Dan sebuah dehaman kencang membuat Chiara terkejut setengah mati."Eh, kucing!" gadis itu mengumpat secara spontan ketika tatapan matanya menangkap presensi Diana di bangku paling depan di dalam kelas mereka. "Sialan kamu, ya! Bikin kaget saja! Kalau jantungan aku kumat bagaimana, hah?! Mau tangg

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 28 - resah

    Pernahkah kamu merasa sangat ingin bertemu dengan seseorang sampai rasanya susah tidur, bahkan tidak enak makan?Jika iya, berarti apa yang kamu rasa sama persis dengan apa yang Nardo rasakan saat ini. Terhitung sudah tiga hari setelah pertemuan terakhirnya dengan Chiara, mulai detik itu pula pria itu tidak ada hentinya memikirkan gadis itu, entah bagaimana.Awalnya Nardo mengira bahwa hatinya telah mati semenjak kepergian Naomi. Namun, nyatanya dia salah, karena sekarang dia mampu merasakan lagi debarannya, meskipun dengan sekuat tenaga dia menyangkal segala rasa yang mulai tercipta. Dia tidak mungkin jatuh cinta dengan semudah itu, bukan? Apalagi pada Chiara yang notabenenya sudah dia anggap sebagai adik kandung selama dirinya menjalin hubungan asmara dengan Naomi, bertahun lamanya. Handuk putih masih setia membalut bawah pinggangnya. Rambut pirangnya pun masih tampak lembab, sepertinya Nardo baru saja selesai keramas. Dengan handuk lain yang dia gunakan untuk mengeringkan helai r

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 29 - jatuh cinta?

    Sesuai janji, Nardo benar-benar datang menjemput Chiara tepat jam tujuh malam. Pria itu tampil kasual dengan sweater krem yang pas membalut bagian atas tubuhnya, sedangkan celana jeans biru pudar sebagai bawahan. Sepatu converse di kedua kaki pria itu menyempurnakan penampilannya malam ini. Sederhana, namun terlihat begitu istimewa di mata Chiara. Bahkan gadis itu tampak terbengong selama beberapa detik ketika pertama kali melihat Nardo yang sedang meminta izin pada Ambar dan juga Indra ketika akan mengajaknya keluar dengan dalih jalan-jalan. Pria itu tampak begitu sempurna di matanya.Setelah berpamitan mereka pergi ke sebuah Mall besar di pusat kota. Antara kagum dan gugup, Chiara beberapa kali kedapatan memegangi dada. Degup jantungnya terasa tidak pernah normal setiap kali dia berdekatan dengan Nardo akhir-akhir ini.Ini adalah pertama kalinya Chiara jalan-jalan berdua bersama seorang laki-laki—Evan tidak masuk ke dalam hitungan, sebab pemuda itu sudah dia anggap seperti saudarany

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 30 - melupakanmu

    "Chia ... sudah pagi, Nak. Cepat turun, bukankah kamu ada kelas pagi hari ini?" tiga ketukan di permukaan pintu kamar Chiara disusul suara lembut si wanita baya terdengar. Ambar berdiri di depan pintu yang masih tertutup rapat itu dengan sabar.Namun, tidak ada sahutan sama sekali. Hal yang mencipta kernyitan dalam di kening wanita itu, pasalnya Chiara tidak biasanya begini, gadis itu selalu menjawab jika dirinya bertanya. Apakah Chiara tidak mendengar suaranya?"Chia?" pintu diketuk lagi. Sekali lagi Ambar mencoba memanggil putrinya, kali ini dengan suara yang lebih keras, berharap agar suaranya sampai di gendang telinga si gadis belia di dalam sana.Yang tidak Ambar ketahui, Chiara sedang tertidur sangat nyenyak di dalam sana. Semalaman dia tidak bisa tidur, dan baru mampu memejamkan mata saat mentari hampir terbit di ufuk timur. Tentu hal yang membuat si gadis tak mampu mendapatkan lelap adalah kejadian tadi malam, peristiwa di mana mantan calon kakak iparnya memberikan ciuman sec

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 31 - keputusan

    "CUT!" Teriakan nyaring terdengar. Nardo terlihat memejamkan mata lalu meremas rambut pirangnya. Dia merasa kesal kepada para pemain di depannya. Mereka ... entah kenapa seperti memancing emosi pria itu untuk diledakkan sekarang juga. Sungguh, ia benar-benar dibuat stres hari ini."Asataga! Kenapa dialogmu salah-salah terus?! Lebih fokus, dong!" setelah kembali membuka mata, pria itu menatap tajam salah satu aktornya. Amarahnya sudah tidak terbendung lagi sekarang. Dia sedang banyak pikiran, dan semua yang terjadi di lokasi syuting tadi sudah cukup untuk semakin membuat kepalanya berasap.Sebenarnya dia sedang berusaha mengingkari perasaannya sendiri pada Chiara. Dia sengaja menyibukkan diri dengan bekerja tanpa sekali pun menemui ataupun menghubungi gadis itu belakangan ini. Dia merasa bersalah pada Naomi karena menjadi terlalu sering memikirkan adiknya. Ah, urusan asmara memang sangat merepotkan, bahkan kini mengganggu pekerjaannya.Sedangkan orang yang dia tegur hanya mampu menun

Bab terbaru

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   epilog 2

    Chiara keluar dari kamar mandinya dengan mengenakan bathrobe berwarna biru muda. Rambutnya masih terlihat lembab, menguarkan wangi sampo favoritnya. Setelah mengguyur seluruh tubuhnya dengan air hangat, rasa lelahnya semakin berkurang secara signifikan. Ah, dia ingin tidur cepat malam ini.Wanita itu segera melangkah menuju lemari pakaiannya. Tepat ketika dia menyentuh gagang lemari, di detik itu sosok Nardo baru saja memasuki kamar mereka, membuat pergerakan Chiara sejenak terhenti dengan kepala menoleh ke arah suaminya."Kyra sudah tidur?""Sudah. Baru saja aku tidurkan." Nardo menutup pintu kamar, menguncinya sekalian. Dia tersenyum jahil saat pandangan mereka bertemu. "Sekarang giliran Mamanya yang harus aku tiduri.""Dasar!" Chiara terkekeh kecil menanggapi godaan sang suami. Dia kembali menghadap lemari pakaiannya, membukanya untuk mencari baju tidur. Sedangkan sosok Nardo terlihat mendekat ke arahnya dari pantulan kaca di daun pintu lemarinya. "Sudah selesai mandi?" tanya pria

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   epilog 1

    Baju couple berbahan batik warna marun membalut tubuh keduanya. Pasangan itu tampak sangat serasi dan terlihat enak dipandang. Yah, meskipun sebenarnya si wanita masih belum mandi, sebab Chiara memang belum sempat pulang ke rumah. Bahkan dia berganti pakaian dan retouch make up di dalam mobil.Chiara dan Nardo memang baru pulang dari resepsi pernikahan Evan dan Selena. Mereka mampir ke pesta setelah Chiara pulang kuliah. Ya, pada akhirnya Chiara memutuskan untuk kembali berkuliah, untuk mengejar gelar magister, sesuai impiannya. "Aku benar-benar tidak menyangka kalau Evan benar-benar sudah menikah!" Chiara berucap begitu seraya menatap menerawang ke depan, pada mobil dan motor yang sama-sama sedang melaju di jalan raya menuju arah pulang."Kamu senang?" sembari mengemudi Nardo menyempatkan diri untuk melirik ke sisinya, tempat Chiara berada."Tentu saja! Apalagi dia menikah dengan Selena. Demi apapun! Gadis itu begitu sempurna, cantik dan baik hati secara bersamaan. Sangat cocok bers

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 67 - melamarmu

    Nardo benar-benar menepati janjinya. Malam itu juga dia datang bersama kedua orang tuanya, tentu tujuan pria itu adalah untuk melamar sang pujaan hati secara resmi. Kedua keluarga mereka sudah berkumpul di ruang tamu keluarga Chiara sekarang, menunggu waktunya tiba untuk membahas perihal kedatangan keluarga si pria.Ada Manfredo Austerlitz dan Karina yang duduk mengapit putra semata wayang mereka di sofa sebelah kanan, berseberangan dengan Indra Wardhana dan Ambar yang terlihat duduk bersisihan di sisi kiri, mengapit sang putri. Dua keluarga yang akan segera menyatu itu duduk bersama bersekatkan meja oval berbahan kaca tebal, yang di atasnya terdapat berbagai macam hidangan spesial. Raut bahagia terpancar di setiap wajah, terutama pada si pasangan muda di setiap kali mereka kedapatan mencuri pandang."Jadi, maksud kedatangan kami malam ini adalah untuk melamar Chiara secara resmi untuk Nardo, putra kami. Saya sebagai seorang ayah, mewakili anak kami untuk meminta Chiara pada keluarga

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 66 - janji nanti malam

    "Oke. Kita break dulu. Terima kasih atas kerja keras kalian." Atas instruksi sang sutradara, semua pemain beserta kru yang bertugas di sana segera membubarkan diri untuk beristirahat. Sedangkan si sutradara muda mulai memeriksa layar periksa kamera dengan senyum puas, melihat hasil syuting yang baru saja diambil.Sempurna, sesuai apa yang dia bayangkan di dalam kepala.Ketika pria itu masih fokus menatap layar, dia tersentak. Dua telapak tangan halus yang menutupi kelopak matanya membuat dia terkejut bukan main."Coba tebak, aku siapa?"Tetapi, setelah mendengar suara halus yang begitu akrab di telinganya, garis bibir pria itu melengkung ke atas. Jelas dia tahu siapa pelakunya."Siapa, ya?" Nardo terkekeh, pura-pura tidak tahu."Calon istri kamu." Setelah menjawab begitu, Chiara menjauhkan telapak tangannya, berganti memeluk leher Nardo dari belakang. "Aku rindu kamu!"Senyum pria blasteran itu melebar, dia menoleh ke kanan seraya meraih tengkuk kekasihnya, lalu ... kedua bibir merek

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 65 - columbarium

    Hening adalah bagian dari sebuah kedamaian. Hal itulah yang Nardo dan Chiara dapati ketika memasuki pintu Paradise columbarium sore ini. Tenang, setenang jiwa-jiwa yang beristirahat di sana.Mereka berdua sudah berdiri bersisian di depan laci penyimpanan abu Naomi sekarang. Chiara melepas genggaman tangannya yang semula bertaut di tangan besar Nardo, hanya untuk meletakkan sebuket bunga anyelir merah di depan foto mendiang kakaknya."Kami datang, Kak. Bagaimana kabar Kakak di sana?" gadis itu bertanya pada udara, dengan senyuman yang dia buat ceria. Sedangkan tatapan mata itu lurus pada potret sang mendiang, seakan Chiara sedang bertatap muka secara langsung dengan mendiang kakaknya. Sedangkan Nardo tampak memperhatikannya tanpa jeda. "Chia yakin Kakak sudah bahagia di Surga sekarang." Setelah dia berkata begitu, kedua matanya memanas secara tiba-tiba. Namun, ketika telapak tangan besar nan hangat itu kembali menggenggam tangannya, Chiara mulai merasa lebih baik. Dia tidak lagi send

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 64 - terikat denganmu

    "Tidak bisakah kita mulai siang saja?"Chiara menghentikan langkah kaki di ambang pintu ruang keluarga saat mendengar Nardo sedang berbincang dengan seseorang di telepon genggam. Posisi pria itu sedang duduk di sofa, dengan notebook yang menyala."Oh, begitu." Entah jawaban apa yang Nardo dapatkan dari ujung telepon, kepala dengan rambut pirang itu mengangguk pelan. "Tapi, aku sedang tidak di rumah," lanjut pria itu.Chiara menyandarkan punggungnya di sisi pintu, menunggu sang kekasih menyelesaikan panggilannya. Tangannya dia simpan di dada seraya terus mencuri dengar percakapan pria itu dengan entah siapa."Hahhh, apa boleh buat? Kemungkinan setengah jam lagi aku akan sampai di sana."Dan ketika telepon sudah dimatikan kemudian Nardo terlihat menyimpan ponselnya di atas meja, barulah Chiara berjalan mendekatinya."Telepon dari siapa?" tanya gadis itu sembari memutus jarak di antara mereka. Dia tampak segar dengan rambut yang terlihat masih lembab, sebab Chiara baru saja selesai mandi

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 63 - terlena

    Bibir yang saling bertaut membuat keduanya terlena. Waktu menjadi berjalan lebih cepat dari seharusnya. Dan ketika Nardo hendak menyudahi ciumannya, Chiara justru mendorong tubuh kekar pria itu sehingga jatuh ke atas permukaan ranjang. Chiara yang mendominasi kali ini. Dia berada di atas tubuh kekar itu, kembali mencari mulut kekasihnya untuk kembali menciumnya, membuat rambutnya jatuh menutupi wajah mereka. Napasnya terdengar tak beraturan, terengah-engah. Hal itu sukses membangkitkan sesuatu di satu bagian tubuh Nardo, tanpa sepengetahuannya. Chiara benar-benar berhasil memancing gairah terpendam miliknya."Chia?" sesaat setelah Chiara menjauhkan wajah demi memasok oksigen untuk tetap bernapas, Nardo menatap intens wajah merahnya. Jenis tatapan bertanya, meskipun sejujurnya Nardo tahu persis apa yang Chiara inginkan, dia hanya memastikan."Berikan aku suntikan semangat untuk mengerjakan kuis besok." Setelah berucap begitu, tanpa menunggu persetujuan, Chiara kembali menyatukan bibir

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 62 - aku mau!

    Sebuah plastik putih besar berlogo minimarket yang berjarak cukup dekat dengan rumah Chiara tampak dalam jinjingan tangan kiri Nardo. Pria jangkung itu baru saja kembali dari berbelanja, untuk mengisi stok makanan di kulkas milik keluarga sang kekasih. Sesuai permintaan ibunda si gadis, Nardo benar-benar berniat untuk menginap.Memasuki area dapur, pria itu meletakkan barang bawaannya pada meja makan. Mengabaikan barang lainnya, dia memilih untuk mengambil kardus-kardus susu terlebih dahulu. Rencananya dia akan menata belanjaannya nanti setelah membuatkan segelas susu hangat untuk gadis yang dia cintai."Kira-kira Chia lebih suka rasa Vanila atau Cokelat?" Nardo mengguman bertanya pada udara, tengah menimbang-nimbang keputusan seraya memperhatikan bungkus produk susu di kedua tangannya.Jujur saja, Nardo memang belum tahu susu rasa apa yang menjadi kesukaan sang kekasih, dia hanya tahu bahwa Chiara menyukai es krim cokelat. Gadis itu selalu memesan itu jika pergi bersamanya.Ah, cokel

  • Wasiat Cinta Untuk Chiara   Bab 61 - berdua

    Pertengkaran merupakan bumbu sebuah hubungan percintaan. Biasanya setelah konflik itu usai, hubungan akan terasa lebih hangat dan semakin kuat. Kejujuran dan saling terbuka adalah kunci dari langgengnya ikatan asmara, dan hal tersebut sudah Nardo dan Chiara lakukan bersama. Saling memahami, saling mengerti perasaan masing-masing, dan tidak lagi menyimpan sesuatu yang terasa mengganjal di hati seorang diri.Mobil yang Nardo kendarai sudah berhenti tidak jauh dari gerbang kampus sang kekasih, sudah lebih dari lima menit lalu. Namun, kepala dengan surai lurus berkilauan gadis itu masih saja betah berlama-lama menempel di dada bidang kekasihnya, menikmati sentuhan lembut jari-jari Nardo di sela-sela helai rambutnya."Nyaman. Dada kamu memang sandarable sekali ya, Kak?" Chiara semakin menyamankan diri dalam dekapan hangat Nardo. Hidung mungil nan mancung itu sesekali tampak mengendus aroma parfum pria di permukaan kemeja bagian dada."Nanti lagi, ya? Sepertinya kamu harus masuk ke dalam sa

DMCA.com Protection Status