Di ruangan Kepala Sekolah Akademi Golden Arrow, ketika itu Kiran dan Zetta Mui di kejutkan dengan kata-kata Akiko Yamazaki - Kepala Sekolah akademi,“Perkenalkan Master William Cho, seorang ahli tempur dan taktik yang akan menjadi guru pembimbing Kiran nanti!”Kiran dan Zetta Mui berbalik dan terkesima.Tampak sosok yang disebut kepala sekolah tadi, dia berdiri tinggi menjulang di belakang mereka. Sosoknya tampak menindas, membuat Kiran dan Zetta Mui merasa kecil. “Jadi ini Master William Cho?” batin Kiran.Pria yang bernama William Cho itu masuk kedalam ruangan kepala sekolah tanpa menimbulkan suara sama sekali.Kiran dan Zetta Mui menyadari, semua ketrampilan menyusup semacam ini, jelas menggambarkan, sampai dimana tingkat budidaya keahlian sihir Master William Cho itu. Seseorang yang datang tanpa suara, dan kedatangannya tidak terdengar atau terbaca auranya, dia bukanlah figure yang sederhana.Kiran menatap kagum pada Master William Cho itu.Master Cho tampak mengenakan baju zirah
Matahari telah berada diatas kepala, ketika Kiran berdiri di perpustakaan besar, aroma kuno buku-buku tua yang memenuhi udara. Langit-langitnya yang tinggi terbuat dari kayu tua dengan dekorasi ukiran yang rumit. Cahaya suram dari jendela tinggi masuk dan menimbulkan bayangan misterius di puluhan rak buku yang menjulang tinggi di perpustakaan lantai tiga.Kiran mencium aroma lembaran kertas kuno yang menguar dari buku-buku yang tertata rapi di rak kayu tua. Permukaan kayu terasa kasar di bawah jari-jarinya, dan debu beterbangan ke udara saat dia mengambil buku dari rak.Kiran baru saja menyelesaikan hafalan mantra kejutan listrik dengan sempurna dalam kurun waktu dua jam. Wajahnya tersenyum puas. Tanpa sadar ia berkata, “Mantra ini terlalu mudah.” Lalu senyum kemenangan yang lebar menghiasi wajah kecilnya.Sekonyong-konyong suara itu terdengar mencela Kiran yang tampak puas dengan pelatihan mantra pertama. “Kepandaianmu dalam menghafal mantra rumit itu masih kalah dibanding Master
Malam itu adalah bulan mati di langit Kota Qingchang. Namun keadaan itu bukan berarti bahwa langit ikut muram. Cahaya bintang-bintang tampak menerobos dan masuk ke sela-sela di lantai tiga perpustakaan Akademi Golden Arrow, membuat suasana misterius terasa jelas, ketika sosok remaja tampak duduk dengan tekun di antara tumpukan buku-buku dan perkamen Salinan berbagai Teknik sihir kuno.Ketika cahaya suram dari bintang-bintang yang bercampur cahaya lampu minyak yang banjir sebagai penerang di dalam perpustakaan, sesekali tampak butiran debu bergerak tipis, tiap kali Kiran membuka lembar demi lembar salinan teknik dan mantra serangan sihir, pada perkamen Kuno dalam Bahasa Devari.Meski dadanya terasa sesak, dan sesekali di barengi bersin-bersin akibat kepulan debu tak terlihat, namun Kiran tekun mempelajari mantra kuno dalam Bahasa asing itu.Ada juga kamus tebal yang sandarkan di dekat Kiran, kamus khusus untuk menerjemahkan bahasa Devari kedalam bahasa umum yang digunakan di semua mahl
Hari telah siang dan matahari berada tepat diatas kepala. Di luar perpustakaan, Akademi Golden Arrow terlihat mulai sibuk dengan orang berlalu lalang. Saat ini adalah jam makan siang, sehingga semua siswa dan para tenaga pengajar bersiap-siap menuju kafetaria untuk makan siang.Anaki-anak muda dengan jubah longgar yang melambai-lambai tertiup angin, tampak berseliweran ketika dering bel akademi berbunyi.Demikian halnya juga dengan keadaan di perpustakaan, tempat pelukan lembut dimana seseorang membuka lembaran demi lembaran rahasia didalamnya. Kiran saat ini masih focus pada sihir pertahanan saat itu.Banyak siswa dan pengunjung yang tadinya duduk diam dalam perpustakaan sambil membaca buku, seketika beranjak berdiri dan meninggalkan perpustakaan beramai-ramai menuju kafetaria.Seorang messenger – dia ras peri yang bekerja di akademi sebagai tiba-tiba telah muncul di samping Kiran yang masih berkutat – bertahan untuk membaca buku-buku pertahanan sihir.“Master Cho memberitahu bahwa d
Kiran bukan seorang yang awam dalam bidang sihir. Meskipun tingkat kesaktiannya di dalam budidaya energi Pesona ungu, baru di level satu, tapi pelatihan dan tingkat kewaspadaannya terbilang tinggi untuk level satu.Setelah merasakan getaran halus dan merasakan energi asing, Kiran berjingkrak-jingkrak melalui lorong-lorong buku yang kuno dan remang-remang dengan penerangan lampu minyak itu. Suara langkahnya menyatu dengan kesunyian, terhanyut oleh kehadiran buku-buku yang menyimpan banyak Teknik dan rahasia kuno didalamnya.Kiran merasa dadanya berdegup kencang ketika ia menyelinap diantara rak demi rak buku, dengan aroma kertas usang yang di beri pengawet khusus dengan arome yang terasa asing.Dan sosok itu berdiri membelaknagi Kiran, sosoknya tampak tinggi membentuk siluet."Kena kau!" bisik Kiran, mata penuh keberanian. Ia senang karena memergoki sosok asing yang mengeluarkan energi sihir yang kuat itu. Tanpa sadar, Kiran mengeluarkan The Tempest, tongkat sihir yang tahu-tahu saja t
Sejak seminggu lalu, Kiran telah mengukir kemajuan yang luar biasa dalam menghafal sepuluh mantra serangan dan sepuluh mantra pertahanan. Meskipun semua mantra tersebut termasuk dalam kategori mantra kelas nol, namun keistimewaannya tak bisa diabaikan. Itu adalah mantra kuno yang berasal dari suku Devari yang terkenal sebagai suku penyihir.Pada hari terakhir latihan, Master Cho melihat hasil usaha Kiran dan menyatakan, "Kamu sepertinya sudah siap untuk berlaga di Tambang Eliksir Nipanan. Sihir serangan dan pertahananmu sudah sangat memadai untuk menghadapi pertarungan di sana."Sejak pagi hari, Kiran menunjukkan seluruh kemampuannya, menggabungkan sihir serangan dan pertahanan, dan Master Cho memberikan pujian yang tulus atas kemajuan Kiran."Namun, untuk mempermudah pertarungan, sangat disarankan untuk meningkatkan skill CAST-mu. Dan cara termudah untuk meningkatkannya adalah melalui eliksir," jelas Master Cho kepada Kiran, di tengah latihan intensif mereka di ruang khusus yang dipe
Perjalanan berikutnya tidak lagi memiliki pengalaman yang berarti. Kereta kuda itu berlari cepat menuju Tambang Nipanan tanpa kendala apapun. Tidak ada monster atau makhluk iblis yang berani menghalangi jalannya kereta, apalagi penyamun atau penjahat jalanan. Seolah semua telah merasa ketakutan dan memilih untuk tidak berurusan dengan penumpang kereta tersebut, seorang panglima perang yang disebut Master Cho yang dibuktikan kekuatannya melalui sang murid; Kiran!Malam Pun berlalu dengan tenang, suara ayam hutan menandai kedatangan pagi. Kereta kuda itu, kini mulai menapak tanah berbatu menuju puncak bukit Nipanan. Sepanjang jalan melintasi bukit berbatu, membuat seisi kereta berguncang.Kiran merasa mual, namun tak berani mengungkapkannya. Apalagi ia melirik sang master yang tampak hanya bersemedi, seolah tak terusik dengan guncangan itu.Pada sore hari, saat matahari hampir tenggelam, itu adalah titik puncak dimana Kiran merasa ingin mengeluarkan sesuatu dan mulutnya.Tiba-tiba saja,
Kiran melompat ke dalam pusaran hitam yang berputar-putar seperti lubang hitam di ruang angkasa.WUSH!Tubuhnya tiba-tiba lenyap.Pemandangan di sekitarnya berubah menjadi cahaya yang berkilauan, seolah-olah petir melintas di langit. Meskipun pengalaman ini baru, Kiran tetap menatap lorong perjalanan singkat itu dengan percaya diri. Ia mencoba merasakan sensasi dalam jalur portal yang dengan pesat terasa menjadi akrab dengannya.BLAM!Saatnya berubah dalam sekejap mata. Kiran merasa tubuhnya terhempas keras keluar dari lorong bercahaya perak tersebut. Beruntungnya, Kiran selalu siaga.Tap - tap!Dia tersadar ketika sedang jongkok dengan tangan dan kaki berpijak ke tanah. Dan ia sadar bahwa itu adalah satu ruangan luas yang sepertinya kosong. Ada banyak Lorong-lorong yang terlihat didepan mata, yang merupakan pintu keluar dari ruang kedatangan itu."Proses perjalanan melalui portal black hole begitu cepat. Jika aku kurang waspada, tubuhku bisa terbentur keras di tanah ini," batin Kiran
Pagi yang dingin di Hutan Cemara, ketika angin berdesir membawa bunga salju yang jatuh ke permukaan tanah, menutup semua bekas pertempuran semalam. Kini, yang terlihat hanyalah pemandangan putih dan kelabu sejauh mata memandang.Kiran berjalan berkeliling di perkemahan, ditemani oleh Roneko. Sepanjang perjalanan, ia tak henti-hentinya bertanya dan meminta Roneko, sang Kyuubi, menceritakan kejadian semalam."Roneko, ceritakan sekali lagi. Apakah Anda yakin bahwa sosok Phoenix api itu adalah manifestasi dari perbuatan sihir tingkat tinggi, yang aku rapalkan?" Kiran tetap tidak percaya.Dengan senyuman menyeringai, wajah putus asa, karena tuannya selalu tidak percaya dengan perkataannya, Roneko menegaskan. "Tuanku Kiran, bukankah anda sendiri sudah mendengar, bahkan Zephyr sudah bersaksi bahwa anda memiliki sihir yang tidak terduga – sihir Phoenix emas. Jadi, untuk apa bertanya berulang kali?"Masih dengan wajah polos dan tidak percaya, Kiran menyahuti, "Masalahnya, aku hanya melakukan r
Beruntung, ketika Zephyr mendekati Roneko yang terbaring di tumpukan salju, ia terlihat masih bernafas, meskipun dalam keadaan tidak sadarkan diri. Beberapa pasukan dari Hutan Ternola, seperti puluhan Silent Owl – burung hantu kerdil, datang membantu.Roneko ini dibawa kembali ke tempat para penghuni Ternola dalam keadaan tidak sadarkan diri, diangkut oleh sekitar lima puluh Silent Owl.Sesuai dengan julukan mereka ‘SILENT’, setiap gerakan sayap puluhan burung hantu itu tidak meninggalkan bunyi atau suara sama sekali. Zephyr berjaga-jaga, mengikuti puluhan Silent Owl dan Roneko, agar tidak terjadi serangan balas dendam dari pihak Nymph, yang pemimpinnya baru saja dimusnahkan oleh Roneko.---Di cakrawala, pertempuran antara Phoenix Emas dan sosok Raksasa Es Ymir mencapai puncaknya.Suara deru gelombang es yang dihasilkan oleh sihir Ymir terdengar menggema, ketika dia melepaskan ribuan hujan kristal es ke arah Phoenix Emas.*WUSH!*Sekali lagi, api berwarna emas keluar dari mulut Phoen
Beberapa menit sebelum Elang bermata perak itu pergi, setelah dia menerima perintah dari Pemimpin Kaum Nymph, Roneko Sang Kyuubi memperhatikan semua kejadian antara si mata perak dengan Kaum Nymph.Saat semua pihak terpaku pada kejadian pertempuran di cakrawala, itulah pertarungan antara Raksasa Es - Ymir melawan Siluet Phoenix Emas, pada yang bersamaan pemimpin Nymph mencoba mencari kesempatan. Diam-diam dia memanggil Elang mata perak untuk mengabarkan keadaan genting mereka, pada penguasa di Istana Es.Siapa menyangka. Dari pihak Hutan Ternola sendiri, Roneko memperhatikan semua kejadian yang terjadi dengan penuh kewaspadaan.Ketika melihat sinar berwarna kelabu berkelebat dari kelompok Nymph, terabang cepat ke arah cakrawala, pada saat itulah sosoknya yang mengenakan gaun berwarna merah ikut berkelebat, mengejar Elang Mata Perak.Sebaliknya di pihak Nymph, detik genting seperti itu tidak terlewatkan dari pandangan Pemimpin Nymph.Dengan mata menyala, mulut yang terbuka lebar, dia b
Angin bertiup kencang pada malam yang dingin. Realm Wonderland dilanda hawa dingin membeku, atmosfer di satu tempat, dekat Hutan Cemara, penuh dengan aura menakutkan.Pada saat semua pihak dari Hutan Ternola merasa aman dalam lindungan perisai cermin ajaib, tiba-tiba suara teriakan panik terdengar.“Lihat! Cermin sihir akan retak!”Seketika keadaan menjadi kacau.Semua makhluk di balik perlindungan sihir 100 Twilight Turtles menjadi panik.“Seseorang harus mengambil tindakan! Jika tidak, kita semua akan tewas!”“Oh, masih adakah kekuatan sihir yang dapat mengalahkan makhluk terkutuk itu?”Suara hantaman tinju Ymir terdengar bertalu-talu, diiringi gemerincing retakan cermin sihir membuat semua panik.Pada saat mereka meraung dalam ketakutan, tiba-tiba ada satu sosok tubuh melesat terbang ke arah cermin kristal yang retakannya semakin besar… bahkan mungkin sebentar lagi akan pecah.“Siapa itu?”“Darimana datangnya sosok makhluk berwarna emas itu?”“Cahaya tubuhnya sangat menyilaukan!”S
TRING TRING TRINGSuara dawai harpa berdenting lembut ketika jemari Pemimpin Nympha memainkan nada-nada yang aneh. Para Nymph yang tersisa tampak khusyuk, menggumam dalam nada yang tidak jelas, seolah-olah bernyanyi dengan lirik dan nada yang sangat rendah. Bulu kuduk semua orang meremang.“Sihir terkutuk!”“Mereka memanggil makhluk gaib!”Ketakutan merayap di antara penghuni Hutan Ternola.Pada saat itu, langit di cakrawala seketika berubah menjadi gelap. Awan hitam bergulung-gulung, menghalangi cahaya rembulan dan sinar bintang jatuh ke permukaan tanah.Tiba-tiba, udara menjadi lebih dingin. Air yang menggenang tampak membeku, ketika aura dingin merayap, memenuhi atmosfer di tepian hutan cemara itu.Suara langkah kaki terdengar dari kejauhan, bunyinya sangat jeras membuat tanah bergetar, sepihan salju tersisa, dan percikan air seketika runtuh ke tanah.Tap – tap – tap!Dari arah utara, semua makhluk menyaksikan dengan mulut ternganga.“Ymir!”“Raksasa Es!”Ymir adalah raksasa dari e
Pada saat itu, api berwarna merah keemasan yang muncul dari tubuh Kiran, bukanlah api yang terlihat seperti api biasa, api yang mampu dikobarkan oleh Merak Api, meski berusia lima ratus tahun sekalipun.Ini adalah api yang aneh, api keabadian yang jarang dilihat oleh mahluk lain. Api berwarna seperti emas.Roneko, sosok Kyuubi penguasa chakra api, tentu saja yang paling dahulu sadar akan hal ini. Dia berada paling dekat dengan Kiran tatkala cahaya keabadian, dengan hawa panas yang aneh, menyeruak dari tubuh Kiran.“Tuan. Ini adalah api abadi. Bukan api yang dapat dikeluarkan oleh mahluk kontrak sejenis Merak api sekalipun…” kata Roneko tidak percaya.Dalam pandangan Kyuubi itu, mahluk yang muncul dari jiwa Kiran, itu sama sekali bukan Merak api.Meskipun itu masih sejenis burung, tapi Roneko berani memastikan, “Itu sama sekali bukan Merak. Itu Burung yang aneh. Sayangnya wujud itu seperti terkurung dengan selubung sihir, yang membuatnya terlihat sangat misterius,” batin Roneko.Pada s
Malam itu, ketika hawa dingin merayap dengan kelopak es turun dari langit, Diolos si Pegasus tiba-tiba merasa sangat mengantuk.Dia membatin penuh rasa penasaran. "Tidak biasanya aku mengantuk sejak awal malam," pikir Diolos. Dia meringkik dan bertanya pada Kiran, yang tampaknya juga terpengaruh kantuk, sibuk merentangkan alas tidur di bawah pohon cemara, langit malam menjadi atapnya.Merasa terganggu dengan suara Diolos yang seperti merengek, Kiran menegur Pegasus itu. “Tidurlah, Diolos. Perjalanan kita masih panjang. Istana Es penyihir Putih ada di batas Realm Wonderland ini. Anda membutuhkan tenaga ekstra besok hari!” setelah memberi nasehat, Kiran segera tertidur.Alas jerami kering yang di pintal seperti tikar menjadi tempat tidurnya, sementara selimut bulu angsa, perlengkapan termewah saat ini, mencoba memberikan perlindungan dari dingin malam kepada semua mahluk dari Hutan Ternola. Malam itu, tak seorangpun terganggu dalam tidurnya, meski bunga salju mulai gugur dari langit.Di
Pada malam sebelum kejadian aneh, ketika Kiran dan dua kelompoknya, bersama dengan Zephyr dan pasukan perang dari Hutan Ternola tiba, tempat yang luas ini tampak cocok untuk didirikan tenda darurat. "Kita akan beristirahat hingga pagi menjelang, baru melanjutkan perjalanan menuju Istana Utara!" teriak Zephyr dengan tegas. "Akhirnya beristirahat juga..." anggota-anggota pasukan perang khusus itu merasa lega ketika pemimpin perang, Zephyr, memberikan perintah. Dengan cekatan, tentara perang dari berbagai ras segera mendirikan tenda darurat, sementara yang lainnya menyiapkan makanan, yang semuanya berupa pil, dan menyodorkan air kepada setiap anggota perang. Masing-masing ras memiliki tenaga khusus yang mengatur akomodasi, jumlahnya sepuluh mahluk per ras. Di Hutan Ternola di Realm Wonderland ini, di mana keajaiban terjadi di luar nalar dan akal sehat, makanan seperti yang dikonsumsi oleh mahluk di luar realm bukan lagi prioritas utama. Di setiap ras di dalam Realm ini, mereka memil
Tet – tet – tet…Suara mirip terompet terdengar ketika lima ratus pasukan Silent Owl bersiul seperti nyanyian perang. Suara kepakan sayap ratusan Silent Owl ini dengan sengaja diperdengarkan, menimbulkan suara gema seperti bunyi ribuan capung terbang, membuat gentar perasaan siapapun yang mendengarnya.Menyusul suara derap kaki pasukan Breeze Foxes – rubah pengendali angin tampak membuka jalan dengan berbaris rapi membelah Hutan Ternola. Selanjutnya, memimpin pasukan di belakang dan berjalan di jalanan yang penuh tumpukan salju. Sesekali pasukan Breeze Foxes itu meniup siulan, lalu angin berhembus kencang dan membawa pergi tumpukan salju, sehingga jalanan ke utara menjadi bersih, membuat pasukan di belakang berjalan lancar.Di sisi kiri dan kanan jalanan, tampak ribuan makhluk penghuni Hutan Ternola yang menonton iring-iringan pasukan magical beast – yang tampak seperti parade perang pasukan manusia.Seribu pasukan Spark Sprites – mahluk kecil yang dapat memanggil percikan listrik ber