Home / Historical / Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris / Bab 160 Bayangan Baru dari Negeri Seberang

Share

Bab 160 Bayangan Baru dari Negeri Seberang

Author: Caesar Azka
last update Last Updated: 2025-04-05 07:11:01

Setelah serangan siber berhasil ditangani oleh Raka dan tim IT-nya, Arka tidak ingin berlama-lama dalam situasi defensif. Ia segera menginstruksikan timnya untuk mempercepat pelaksanaan proyek sosial. Baginya, kehadiran Wijaya Corporation di Surabaya tidak boleh hanya menguntungkan kalangan atas, tetapi juga harus memberikan dampak positif bagi masyarakat bawah. Dengan begitu, ia bisa membangun kepercayaan dan memperkuat posisinya di kota ini.

Di sisi lain, Darma dan Sura tidak tinggal diam. Kegagalan mereka dalam serangan siber hanya membuat mereka semakin termotivasi untuk menghancurkan Arka.

"Kita perlu ahli bela diri yang benar-benar bisa mengalahkan Arka," kata Sura dengan mata tajam.

Darma mengangguk. "Aku sudah menghubungi seseorang dari negara tetangga. Dia adalah petarung bayaran yang tidak pernah gagal dalam misinya."

Sura menyeringai. "Bagus. Kita tidak bisa lagi mengandalkan cara biasa. K
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 161 Pertarungan di Ujung Kota

    "Kau lihat ini, Genta?" tanya Arka sambil memandangi anak-anak kecil yang antusias mengikuti kelas komputer yang baru dibuka di salah satu pelosok Surabaya. "Luar biasa. Aku tak pernah menyangka dampaknya bisa secepat ini," jawab Genta, matanya berkaca-kaca melihat semangat mereka. "Raka dan Damar juga luar biasa. Mereka gerakkan semua lini. Bahkan program daur ulang plastik di wilayah timur kota sudah jalan minggu ini," ujar Arka bangga. "Dan jangan lupakan kolaborasi dengan UMKM lokal. Permintaan produk mereka meningkat karena platform e-commerce yang dibangun Damar. Ini perubahan nyata," tambah Genta. Sore itu, Arka, Genta, Raka, dan Damar berkumpul di kantor cabang Wijaya Corporation. Keberhasilan proyek sosial mereka mendapatkan dukungan penuh dari tiga keluarga besar dan banyak pengusaha lokal. Namun di sisi lain kota, Darma menghentakkan meja dengan marah. "Cukup! Aku tidak tahan lagi me

    Last Updated : 2025-04-05
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 162 Cahaya di Balik Kegelapan

    “Hati-hati, Arka! Dia mulai serius!” teriak Raka dari kejauhan, matanya penuh kecemasan. “Tenang,” ujar Genta pelan, tangannya menahan bahu Raka. “Arka belum mengeluarkan semuanya.” Sementara itu, di tengah halaman luas vila, dua sosok bertarung hebat di bawah cahaya bulan. Rocky, petarung bayaran dari negeri tetangga, menggertakkan giginya sambil menghantam dengan kecepatan luar biasa. “Kau tangguh, Arka! Tapi aku lebih dari sekadar bayaran!” Arka memiringkan tubuh, menghindari tendangan mematikan dan balas menangkis pukulan Rocky. “Kau cepat… tapi tidak cukup cepat.” Dengan satu hentakan, tanah di sekitar mereka retak. Rocky melompat mundur, lalu menatap Arka dengan mata tajam. “Bagaimana dengan ini? Jurus ‘Mata Iblis Gunung’!” Gerakan Rocky berubah, semakin liar dan penuh tekanan. Sebuah pukulan telak mendarat di dada Arka, membuatnya mundur dua langka

    Last Updated : 2025-04-06
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 163 Cahaya yang Belum Terungkap

    "Siapa dia?" Raka menatap langit malam yang mulai surut, matanya belum lepas dari siluet pria misterius yang melompat menyelamatkan Sura. "Ahli itu… dari mana dia datang?" Genta mengerutkan kening. "Bukan orang biasa. Energinya stabil dan sangat halus. Dia tidak sekadar penonton." Arka menatap arah hilangnya cahaya putih tadi. “Gerakannya bersih. Teknik pengendalian energi cahaya selevel dengan pendekar kuno dari dataran tinggi Asia Tengah.” "Jadi... ini belum selesai?" tanya Damar, matanya masih menyapu halaman vila yang porak-poranda. "Belum," jawab Arka singkat. Nafasnya masih berat usai mengalahkan Rocky, pembunuh bayaran dari luar negeri yang bahkan disebut sekuat peringkat dua dunia. Sementara itu, tubuh Rocky tergeletak tak bergerak. Darah masih mengalir dari mulutnya. "Dia tidak akan mati... tapi tidak akan kembali bertarung dalam waktu dekat," gumam Arka. "Dan Darma?" Raka menatap tubu

    Last Updated : 2025-04-06
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 164 Warisan Darah dan Bayangan Dendam

    Langit malam Surabaya tampak tenang, tapi di halaman belakang vila tua itu, badai kekuatan tengah mengamuk. Liang berdiri dengan sorot mata penuh kebencian. “Kau... Arka. Pewaris klan naga langit. Tapi bagiku, kau adalah pencuri,” desis Liang. Arka menatapnya dingin. “Pencuri? Kau salah paham.” Liang meraung dan melompat. “Hentikan omong kosongmu!” Tinjunya melesat, penuh energi mematikan. Arka menghindar tipis dan membalas dengan serangan balik yang cepat. Dentuman jurus-jurus tingkat tinggi menghantam udara, menciptakan gelombang yang mengguncang tanah. “Dia cepat... tapi tidak secepat dendamku,” geram Liang, melancarkan jurus rahasia klannya. Cahaya kehijauan memancar dari tubuhnya, menciptakan bayangan naga di sekelilingnya. Genta yang menyaksikan dari kejauhan berkata dengan suara rendah, “Ini pertarungan di level lain…” Raka menelan

    Last Updated : 2025-04-06
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 165 Bayangan dari Tokyo

    Arka berdiri di balkon lantai tertinggi kantor cabang Surabaya, memandangi langit senja yang mulai meredup. Suara langkah kaki Damar mendekat dari belakang. “Aku sudah siapkan seluruh struktur organisasi cabang ini. Sistem keuangan, SDM, dan semua divisi sudah aku rapikan,” ujar Damar mantap. Arka mengangguk pelan. “Mulai hari ini, kau kepala cabang Surabaya. Kawal setiap proyek sosial dan energi terbarukan dengan integritas. Keluarga besar sudah mendukung, jangan buat mereka ragu lagi.” “Siap!” Damar mengepalkan tangan. “Aku tak akan mengecewakanmu.” Beberapa hari berikutnya, geliat perusahaan mulai terasa stabil. Investasi dari pengusaha elit Surabaya terus mengalir. Dukungan dari para tokoh penting kota semakin memperkuat posisi Wijaya Corporation di wilayah surabaya.. Arka, Raka, dan Genta kemudian kembali ke Jakarta. Namun ketenangan itu tak bertahan lama

    Last Updated : 2025-04-06
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 166 Strategi Pertahanan

    Pagi hari di Jakarta dimulai dengan kabut tipis yang menyelimuti langit. Di dalam ruang rapat utama Wijaya Corporation, Arka berdiri tegak memandangi layar besar berisi data serangan siber yang baru saja dipetakan Kiara. “Ini bukan serangan biasa. Mereka tahu titik lemah sistem, dan ini hanya awal,” kata Kiara sambil mengetik cepat di laptopnya. Arka mengangguk pelan. “Berapa lama kita bisa bertahan dengan firewall saat ini?” “Empat jam, paling lama. Tapi aku sedang mengaktifkan protokol lapis tiga. Kita butuh tim IT cadangan.” “Panggil semua yang pernah bekerja dalam misi darurat. Termasuk yang dari proyek militer,” perintah Arka tegas. Di sudut ruangan, Raka memperhatikan pola-pola enkripsi asing yang muncul. “Ini gaya Tokyo. Mereka pernah memakai algoritma ini saat kita menangkap agen mereka di perbatasan.” “Berarti mereka ingin me

    Last Updated : 2025-04-07
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 167 Jejak Bayangan dari Negeri Adidaya

    Kilatan cahaya malam menyinari wajah Arka yang tegap berdiri di tengah lokasi pertarungan yang telah dipersiapkan. Asap tipis mengepul dari reruntuhan bangunan tua yang dijadikan arena, jauh dari permukiman warga. "Aku bisa mencium niat kalian dari kejauhan," kata Arka dengan mata tajam menatap dua sosok berpakaian gelap di hadapannya. Salah satu dari mereka melangkah maju. "Kau tak berubah sejak terakhir kali kita bertemu, Arka." "Dan kau justru berubah terlalu banyak, sampai lupa caramu kalah," jawab Arka dengan tenang. Sementara itu, dari balik bangunan rusak, Genta mengamati pergerakan mereka sambil memberi isyarat kepada tim militer yang bertugas. Mereka memastikan perimeter tetap steril. "Sinyal semua bersih, tidak ada penyusup lain," bisik salah satu anggota tim ke Genta. Genta mengangguk. "Biarkan mereka bertarung. Tapi tetap siaga. Kalau Arka memberi isyarat, kita masuk."

    Last Updated : 2025-04-07
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 168 Bayang-Bayang Pengkhianatan

    Malam itu, di ruang rapat Wijaya Corporation, Arka duduk dengan ekspresi serius. Raka, Genta, Kiara, dan beberapa anggota tim inti berkumpul, menunggu penjelasan lebih lanjut. Ia membuka pembicaraan mengenai serangkaian transaksi mencurigakan yang baru terdeteksi. Raka membuka laptop dan menampilkan grafik serta data transfer dana yang mencurigakan. Ia menjelaskan bahwa selama dua minggu terakhir, sejumlah besar uang telah dikirim ke rekening asing tanpa persetujuan resmi dari manajemen pusat. Genta tampak terkejut dan bertanya siapa saja yang memiliki akses untuk melakukan transaksi semacam itu. Raka menjawab bahwa akses berasal dari level manajemen atas, namun identitas pelakunya masih belum dapat dipastikan karena pelaku menggunakan metode penyamaran yang canggih. Kiara menyela dan menambahkan bahwa tim IT sedang melacak jejak digital, tetapi pelaku cukup lihai menyembunyikan langkah-langkahnya. Arka lalu menyimpulkan bahwa ada kemungk

    Last Updated : 2025-04-07

Latest chapter

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 223 Kembali ke Akar

    Langit Jakarta diguyur cahaya senja yang lembut saat helikopter hitam mendarat di atap gedung utama Wijaya Corporation. Bilah-bilah rotor melambat, meniupkan debu dan kenangan di udara. Dari dalam kabin, Arka turun lebih dulu, mengenakan jaket hitam bertuliskan WJ Core di lengannya. “Masih terasa aneh ya,” gumam Kiara di belakangnya. “Kita barusan keluar dari altar kehendak… dan sekarang berdiri di atap kantor pusat.” Genta menyeringai sambil menenteng tas data. “Aneh itu kalau kita tiba-tiba bangun di kebun belakang dengan piyama.” Raka menepuk bahunya. “Jangan beri semesta ide aneh, Gen.” Mereka berempat berdiri berjejer, menatap siluet kota yang perlahan berubah warna. Di bawah mereka, gedung-gedung menjulang seperti urat nadi dari ambisi yang pernah hampir dibajak oleh kehendak jahat. Arka menarik napas panjang. “Kita berhasil. Dunia masih berdiri.” “Dan kita masih satu,” Kiara menambahkan,

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 222 Jejak yang Tertinggal

    Altar kehendak bergema dengan getaran lembut, seolah menghela napas terakhir setelah ribuan tahun terbungkam. Dinding kubah yang retak menyala dengan pola cahaya yang bergerak pelan, membentuk simbol-simbol purba yang tak dikenali, tapi terasa akrab bagi Arka dan yang lain. “Tempat ini hidup,” bisik Genta, mengamati garis cahaya yang menjalar di sepanjang lantai. “Tapi bukan seperti teknologi. Ini… sesuatu yang lain.” Kiara menyentuh salah satu simbol, dan cahaya melesat cepat, menyusuri lengannya tanpa melukai. “Seolah-olah tempat ini mengenali kita.” Raka melangkah mendekati pusat altar, di mana sebuah pilar kristal muncul perlahan dari bawah tanah. Di dalamnya, pusaran kehendak berwarna emas berdenyut pelan seperti jantung. “Tunggu,” ucap Arka sambil menatap sekeliling. “Kalian dengar itu?” Detak. Lembut, tapi dalam. Seperti jantung raksasa yang berdetak dari dalam dunia itu sendiri. Kiara m

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 221 Inti dari Segalanya

    Kilatan pertama menyambar seperti tombak cahaya yang mengoyak udara. Arka dan yang lain menembus pusaran badai, tubuh mereka melayang bebas di antara fragmen waktu dan kehendak yang saling bertabrakan. Setiap helai udara terasa tajam, seolah menolak keberadaan mereka. Arka menggertakkan gigi, tubuhnya tertarik ke dalam spiral cahaya keperakan. “Tahan formasi! Jangan terpisah!” “Aku kehilangan gravitasi!” teriak Genta, tubuhnya terpental ke arah fragmentasi kota yang hancur di kejauhan. Kiara melompat, menyambar tangan Genta. “Aku dapat dia! Tapi ini… bukan ruang biasa. Waktunya loncat-loncat!” Raka berputar di udara, kakinya menjejak sebongkah memori masa depan yang padat, lalu meluncur ke arah Arka. “Kita harus sampai ke pusat! Di sanalah kehendak disimpul jadi satu!” Di tengah pusaran, sosok bertopeng perak berdiri kokoh, tubuhnya membesar menjadi kolosus setinggi gedung. Di dadanya, mata yang berputar kini

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 220 Lapisan Ketiga

    Arka mendarat di permukaan yang tak padat, seolah pijakan itu terbuat dari bayangan air. Setiap langkah meninggalkan riak yang memantulkan kenangan. Langit di atasnya merah kelam, bergemuruh seperti dada yang menahan napas terlalu lama. “Tempat ini… terasa seperti dalam mimpiku,” gumamnya, memandang sekitar. Kiara mendarat tak jauh darinya, tangannya terangkat, menjaga keseimbangan. “Tapi ini bukan mimpi. Ini ruang kehendak terdalam. Lapisan ketiga.” Dari balik kabut, siluet Raka muncul, tubuhnya bersimbah cahaya kehendak yang belum sepenuhnya stabil. “Aku lihat bayangan Ayah tadi… seperti nyata.” “Bukan bayangan,” sahut Genta yang menyusul, napasnya memburu. “Tempat ini menyerap ingatan paling kuat dalam diri kita. Dan memutarnya jadi senjata.” Angin bertiup pelan, namun membawa aroma darah dan logam. Lalu satu demi satu sosok muncul dari balik kabut—wajah-wajah yang seharusnya sudah mati. Ayah Raka. Saudara

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 219 Pusaran Kehendak

    Genta melompat ke panel darurat, jarinya menari di atas tombol manual. Sinyal listrik masih lumpuh, tapi ia berhasil mengaktifkan suplai cadangan untuk server utama. Layar menyala kembali dalam kilatan biru redup, menampilkan grafik-grafik kacau dan sinyal spiral dari dasar laut. “Gelombangnya meningkat,” gumamnya. “Ini bukan hanya sinyal… ini panggilan.” Arka berjalan perlahan ke tengah ruangan, di mana wajah digital bertopeng perak masih menatap mereka dari layar. Cahaya dari monitor memantul di matanya yang membara, menciptakan siluet tajam di balik bahunya. “Kau siapa sebenarnya?” tanya Arka, suaranya pelan tapi tegas. “Pertanyaan yang salah, Arka Wijaya,” suara itu mengalun seperti gema di dalam tengkorak. “Pertanyaannya adalah: berapa lama lagi kehendak manusia bisa menolak evolusi yang sudah kutawarkan?” Kiara menatap layar dengan rahang mengeras. “Kau menyebut dirimu ide. Tapi ide tidak lahir sendiri.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 218 Kehendak di Balik Layar

    Asap tipis mengepul dari sudut-sudut ruangan. Cahaya darurat berpendar merah, melemparkan bayangan bergerigi di wajah-wajah tegang. Di tengahnya, wajah bertopeng perak masih terpampang di layar utama, menatap semua yang hadir tanpa berkedip. Suara itu terdengar lagi, serak tapi stabil. “Divisi Kehendak? Nama yang indah. Tapi sia-sia.” Raka maju dua langkah, belatinya bergetar oleh listrik statis dari medan proteksi yang belum sepenuhnya mati. “Kalau kau hanya bisa bicara dari balik layar, kau pengecut.” “Justru karena aku di balik layar, aku hidup lebih lama dari kalian semua,” jawab suara itu. “Aku bukan tubuh. Aku adalah algoritma keserakahan, rumus dominasi, strategi kolonialisme yang kalian warisi diam-diam.” Kiara menoleh ke Genta. “Apakah ini AI yang kita deteksi dari dasar laut?” Genta mengetik cepat, matanya tak lepas dari data baru yang masuk. “Tidak sepenuhnya. Ini semacam antarmuka. Tapi energinya…

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 217 Bayangan di Langit

    Bayangan hitam yang mengambang di atas cakrawala makin jelas. Bukan retakan dimensi, bukan pula makhluk seperti Zerah—melainkan armada. Puluhan—tidak, ratusan kapal udara taktis melayang membentuk formasi setengah lingkaran di langit senja. Baling-baling rotor mereka tak menimbulkan suara, hanya getaran halus yang merambat ke tanah, seperti denyut jantung dunia yang baru bangkit. “Ini bukan invasi, kan?” bisik Raka sambil meraih senjata di pinggang. Genta menatap hasil pemindaian di alatnya. “Bukan. Ini… pasukan militer. Tanda pengenal mereka sah. Tapi mereka dalam mode siaga tinggi.” Beberapa pesawat turun perlahan, melepaskan platform logam yang terhampar rapi di tanah. Dari sana, pasukan berseragam hitam-hijau turun, berbaris dalam diam. Seorang pria berambut putih dan berseragam panglima berdiri di tengah mereka, mengenakan lencana khusus bertuliskan SATGAS ARDHA GARDA NASIONAL. Arka maju beberapa langkah

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 216 – Kehendak yang Bangkit

    Cahaya biru menyelimuti medan pertempuran. Pilar-pilar energi yang sebelumnya mencabik langit kini membeku di udara, seolah diperintah oleh kehendak yang lebih tua dari waktu. Sosok asing yang muncul dari celah realitas itu melayang perlahan, jubah panjangnya berpendar lembut, dan matanya memancarkan cahaya keemasan yang menembus jiwa siapa pun yang menatapnya. Arka berdiri membeku di tengah pusaran penyegelan. Energi di sekeliling tubuhnya masih berkobar, tapi kini tertahan—seolah sebuah tangan tak kasatmata menggenggamnya. “Siapa… kau sebenarnya?” tanya Arka pelan. Sosok itu turun menyentuh tanah. “Aku adalah bagian dari darahmu. Dan engkau adalah bagian dari kehendakku yang tertinggal di dunia ini.” Raka terhuyung, menahan luka di lengannya, matanya terpaku pada simbol bercahaya di udara—tiga garis spiral yang saling berpotongan membentuk mata ketiga di tengah kehampaan. Kiara berbisik, “Simbol itu… mengik

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 215 Warisan di Ujung Darah

    Tanah terbelah. Awan menghitam. Dari tubuh Sakarat, sosok Zerah melayang perlahan—gerakannya anggun seperti kabut, tapi tekanan kehadirannya menekan dada semua orang. Di sekelilingnya, waktu bergetar. Suara-suara dari masa lalu bergema lirih, menciptakan irama aneh yang menyesakkan telinga. Kiara mundur beberapa langkah. “Itu… bukan makhluk biasa.” “Bukan,” desis Arka. “Dia bukan makhluk. Dia… adalah kehendak yang ditolak oleh alam semesta.” Zerah menatap ke arah mereka, topengnya berganti-ganti bentuk—wajah-wajah yang familiar muncul sekilas: wajah Raksa, wajah Nadira, bahkan wajah Reza. Setiap wajah muncul hanya untuk digantikan oleh kekosongan tanpa ekspresi. “Arka Wijaya,” suaranya terdengar seperti ribuan orang berbicara bersamaan. “Darahmu adalah kunci. Warisanmu adalah pengikat. Maka, akulah yang berhak menuntutnya.” Tubuh Arka bergetar saat aliran energi dari dalam dadanya berdenyut semakin kuat. Simb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status