Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Tiga Jurus Ilmu Pedang – Bagian Kedua.

Share

Tiga Jurus Ilmu Pedang – Bagian Kedua.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-05-07 17:55:56

Matahari telah bersinar di Hutan Mulberry, cahayanya masuk kedalam hutan melalui sela-sela dedaunan, sorotnya yang hanagt menimpa wajah pria tua itu dan membangunkan Imam Zhang dari tidurnya.

Di depan matanya, tampak sosok Rong Guo yang telah bermandikan keringat. Sinar matahari pagi terlihat menjilati tubuh anak muda itu, yang tampak bergerak dalam gerakan pelan dan ritme tertentu, namun gerakannya penuh kepercayaaan diri. Dengan tekun, Rong Guo terus mengulang tiga jurus pedang yang ia ajarkan dengan gaya yang stabil, meskipun semua gerakan Ilmu Pedang Naga Kuning itu dilakukan dalam gerakan lambat.

"Anak ini sungguh berbakat!" gumam Imam Zhang. "Baru saja semalam aku tertidur, dan tiba-tiba bangun pagi ini untuk melihat dia telah menguasai gerakan pedang dan mengalirkan hawa murni dengan sempurna. Meskipun hawa murni yang ia miliki masih setara dengan Pendekar Harimau Giok, namun dia sungguh patut disebut sebagai jenius!"

Sorot mata Imam Zhang tampak bersinar ketika menonton Rong G
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
seru nih... Terima kasih Thor.. #2
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Warisan Artefak Kuno   Tapak Angin Puyuh dan Energi Rembulan.

    Penatua Chen Yu dari sekte Zhonglu dengan langkah cepat mengejar sosok Rong Guo dan Imam Zhang, yang sudah tampak mengecil di ujung jalan yang berkelok-kelok dan berbukit. Datang bersamanya adalah lima murid Sekte Zhonglu yang sebelumnya berjaga di Gerbang Zhonglu, daerah kekuasaan mereka. Hal ini tentunya membuat Imam Zhang mengerutkan keningnya, terlihat tidak senang.Dengan wajah yang tampak kurang bersahabat, sang Imam berkata dengan nada suara yang terdengar ketus, "Apakah ada sesuatu lagi yang dibutuhkan Penatua Chen Yu, sampai-sampai mengejar Imam tua ini?"Melihat Imam Zhang menampakkan raut kurang senang, Chen Yu membungkuk sembilan puluh derajat. Bagaimanapun juga, Zhang Qing Nian adalah seorang senior – adik perguruan Master sekte Wudang. Artinya, imam tua ini sederajad dengan master Sekte Zhonglu sendiri. Secara etika di Rimba Persilatan, Chen Yu harus menghormati imam tua itu."Maafkan kelancanganku, Imam Zhang. Namun, aku lupa untuk bertanya terlebih dahulu. Siapakah adi

    Last Updated : 2024-05-08
  • Warisan Artefak Kuno   Tiga Jurus Terakhir Huanglong Jiang Fa.

    "Telapak Angin Puyuh!"Suara Rong Guo terdengar lembut, seperti bisikan, hampir tak terdengar. Namun, efek dari serangan yang disebut Telapak Angin Puyuh itu sungguh dahsyat, efek yang di timbulkan mirip seperti badai salju yang tiba-tiba menerjang di tengah musim panas.Diiringi suara desiran pukulan yang terdengar seperti angin berhembus, dunia seakan membeku. Sebuah serangkum energi berbasis dingin, hasil dari penyerapan energi rembulan yang terus menerus, tampak bergerak menyasar ke arah Chen Yu. Saat itu, mata Penatua Chen Yu melebar, penuh kengerian, ketika melihat serangan berbahaya yang membawa efek dingin itu mendekat."Celaka! Energi apa yang digunakan Taoist kecil ini?" Chen Yu berteriak dalam hati. Dia ingin menarik serangan pedangnya dan memblokir serangkum energi dingin itu, tapi itu sudah tak mungkin. Chen Yu hanya bisa pasrah ketika energi Telapak Angin Puyuh itu tiba-tiba menyentuh dadanya, yang dalam keadaan kosong, tidak memiliki perlindungan.BUM!Chen Yu – penatua

    Last Updated : 2024-05-09
  • Warisan Artefak Kuno   Wakil Pemimpin Sekte Zhonglu.

    Pagi yang cerah menyambut dua sosok laki-laki tua dan anak muda kaki Gunung Zhonglu. Meski kabut asap tipis menggelayut di udara, Rong Guo dan Imam Zhang tampaknya sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka.Semalam, setelah Imam Zhang menyatakan puas dengan pelatihan pedang Rong Guo ketika ia sudah Lelah di dini hari, barulah anak Rong Guo diijinkan untuk beristirahat. “Ketrampilanmu dengan pedang ini, sungguh sempurna. Seolah-olah ini diciptakan untuk mu dan senjata bernetuk payung itu.” puji sang Imam.Ketika itu, hati Rong Guo dipenuhi sukacita saat dipuji. Sejak pelatihannya dengan jurus pertama hingga kesepuluh Ketrampilan Pedang Huanglong Jian Fa, tidak ada satu pujianpun yang keluar dari mulut sang Imam. Jelas tadi malam, ia tersanjung, sehingga sepanjang pagi selalu bersiul-siul kegirangan.Saat itu nyanyian burung pagi terdengar menambah keindahan pemandangan di kaki gunung yang dipenuhi pepohonan Persik. Bunga-bunga berwarna merah muda bermekaran, menandakan mus

    Last Updated : 2024-05-10
  • Warisan Artefak Kuno   Melarikan Diri Lagi.

    Sayangnya, meskipun ranah Kultivasi Chen Yu berada satu Tingkat di atas Rong Guo, kualitas hawa murni yang dimiliki Chen Yu tidaklah sebanding dengan kualitas hawa murni di Inti Mutiara Rong Guo. Seperti yang kita ketahui, Inti Mutiara Rong Guo adalah berkah dari Datuk aliran sesat di masa lalu, Mo Shilin. Oleh karena itu, kualitas hawa murni seorang Datuk Rimba Persiltan yang berusia kuno, jelas berbeda dibandingkan dengan Chen Yu, seorang praktisi di ranah Ksatria Merak Emas level awal.Ditambah lagi, seperti yang dikatakan oleh Imam Zhang, jurus Huanglong Jian Fa Wudang adalah sebuah Seni Pedang yang cocok dan berjodoh dengan energi Rembulan yang dilatih Rong Guo. Kekuatan dan kemampuan dasar jurus ini berubah menjadi lebih berbahaya di tangan Rong Guo.TRANG!"Celaka!" teriak Chen Yu tanpa sadar. Suaranya bergema di udara, mencerminkan kejutan dan rasa takjub tak percaya.Energi Pedang yang ditusuk oleh Chen Yu - seolah-olah pedang raksasa yang jatuh dari langit, kini hanya memben

    Last Updated : 2024-05-11
  • Warisan Artefak Kuno    Jembatan Lembah Zuzhou.

    Malam telah menjelang saat Rong Guo dan Imam Zhang memutuskan untuk melarikan diri dari kaki Gunung Zhonglu. Di tengah kegelapan malam, saat sudah berada di kaki Gunung Hua Shan, Imam Zhang berbicara dengan suara yang terdengar tegas."Rong Guo," katanya, "kita harus mengubah arah perjalanan ini. Menurut pertimbanganku, sebaiknya kita pergi ke bagian barat negeri ini!" Ekspresi Imam Zhang tampak penuh kekhawatiran.Pada saat itu, mereka beristirahat di Hutan Persikkaki Gunung Hua Shan, tempat dimana Sekte Hua Shan, sebuah sekte aliran putih yang berdiri tegak di puncak gunung.Rong Guo tampak bingung dan bertanya, "Mengapa kita tidak melanjutkan perjalanan ke Ibukota Daqi, Tuan Zhang? Apakah Anda memiliki rencana lain?"Sejak awal, rencana mereka adalah menuju Kota DaQi. Namun, Imam Zhang membatalkan perjalanan itu sepihak, padahal, Rong Guo sudah sangat bersemangat. Setelah hidup sekian lama di atas Gunung Wudang, dia sangat tertantang untuk menginjakkan kaki pertama kali di ibukota

    Last Updated : 2024-05-12
  • Warisan Artefak Kuno   Akhir Sebuah Perburuan.

    Saat tubuh Rong Guo terjatuh dan berguling-guling di tepi jurang yang curam, dua aura berbahaya segera muncul dari belakangnya. Aura-aura ini membawa hawa penindasan yang sangat kuat, seolah-olah mendominasi seluruh area di sekitar Jembatan Lembah Zuzhou."Zhang Qiang Nian, Imam yang sudah hampir mati mengenaskan," suara keras Yan Bai, Wakil Pemimpin Sekte Wudang, bergema di udara. "Mengapa kamu dan bocah jahat itu tidak mau menyerah? Lebih baik mengaku salah dan dibawa untuk diadili di Gunung Wudang!"Di belakang Yan Bai, tampak puluhan murid Sekte Wudang berdiri dengan wajah garang. Yan Wei, Tang Wu Xie, dan Huo Shi berada di antara mereka, semua dengan pedang di tangan, siap untuk bertempur dan menghancurkan dua orang buronan sekte. Tatapan mata merah mereka terkunci pada satu arah – Rong Guo.Suara lainnya seakan tak mau kalah, terdengar bergaung. "Imam Zhang, menyerahlah!" namun nada suara ini lembut, dialah Jiang Chen wakil pimpinan Sekte Zhonglu. Ia tampak seolah-olah seorangma

    Last Updated : 2024-05-13
  • Warisan Artefak Kuno   Lembah Terkutuk.

    BYUR! BYUR! Saat itu ada dua sosok yang jatuh dari ketinggian, masuk ke dalam air.Rong Guo merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Dia menggigil, sebelum akhirnya jatuh pingsan, tak tahu bagaimana nasib Imam Zhang. Dalam Sepertinya mereka berdua terjatuh dan tenggelam dalam air dingin yang dalam, di bawah jurang legendaris Jembatan Zuzhou.Hidup selama berbulan-bulan hanya sebagai buronan, berlari dan bersembunyi dari kejaran ahli-ahli Sekte Wudang dan Sekte Zhonglu, membuat jiwanya terasa letih. "Mungkin lebih baik aku menutup mata selamanya. Keberadaanku di dunia ini, tidak pernah membawa kebahagiaan. Semoga, di kehidupan baru nanti, aku akan bisa lebih bahagia, diterima oleh orang-orang di sekitar."Saat itu, Rong Guo merasa tak ingin lagi bangun dan keluar dari air dingin itu. Ia menutup matanya, lalu tertidur dalam kedalaman air di bawah jurang Jembatan Zuzhou, tidak tahu apakah ia sekadar pingsan saja, atau sudah mati. Ia tak ingin berpikir lagi.Dalam tidurnya itu, Rong Guo

    Last Updated : 2024-05-14
  • Warisan Artefak Kuno   Lembah Terkutuk – Bagian Dua.

    Setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh Dukun Yijun, kebencian yang tersembunyi di dalam hati Rong Guo semakin membara. Meski begitu, di luar ia tampak tenang. Seolah-olah ia mampu mengendalikan perasaan yang sedang bergolak di dalam dirinya. Sepanjang malam, Rong Guo hanya duduk berlutut di sisi Imam Zhang, melayani Tuannya yang ia hormati dengan pengabdian yang mendalam.Kadang kala, Xinyi, gadis kecil yang ceria, datang berkunjung dan selalu mengajak Rong Guo untuk bermain-main di luar. Namun, dengan nada lembut dan berharap Xinyi dapat mengerti, Rong Guo selalu menolak ajakan gadis kecil itu."Adik kecil... pergilah bermain-main sendirian. Kakak masih harus menjaga Tuanku ini, hingga dia tersadar nanti. Karena sepertinya dia membutuhkan perhatian dan perawatan secara pribadi, dari hari ke hari," kata Rong Guo dengan nada suara yang lembut namun tegas.Mendengar penolakan tersebut, Xinyi pun pergi dengan wajah cemberut.Namun, ada kalanya, Dukun Yijunlah yang meminta Rong Gu

    Last Updated : 2024-05-15

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   EPILOG.

    Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga

  • Warisan Artefak Kuno   Sosok Dibalik Topeng.

    Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part II.

    Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u

  • Warisan Artefak Kuno   Pertempuran Final – Part I.

    Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad

  • Warisan Artefak Kuno   Awal Kejadian.

    Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata

  • Warisan Artefak Kuno   Keajaiban di Cakrawala.

    "Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny

  • Warisan Artefak Kuno   Fenomena Aneh.

    Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Kedua.

    Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Pertama.

    Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status