Setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh Dukun Yijun, kebencian yang tersembunyi di dalam hati Rong Guo semakin membara. Meski begitu, di luar ia tampak tenang. Seolah-olah ia mampu mengendalikan perasaan yang sedang bergolak di dalam dirinya. Sepanjang malam, Rong Guo hanya duduk berlutut di sisi Imam Zhang, melayani Tuannya yang ia hormati dengan pengabdian yang mendalam.Kadang kala, Xinyi, gadis kecil yang ceria, datang berkunjung dan selalu mengajak Rong Guo untuk bermain-main di luar. Namun, dengan nada lembut dan berharap Xinyi dapat mengerti, Rong Guo selalu menolak ajakan gadis kecil itu."Adik kecil... pergilah bermain-main sendirian. Kakak masih harus menjaga Tuanku ini, hingga dia tersadar nanti. Karena sepertinya dia membutuhkan perhatian dan perawatan secara pribadi, dari hari ke hari," kata Rong Guo dengan nada suara yang lembut namun tegas.Mendengar penolakan tersebut, Xinyi pun pergi dengan wajah cemberut.Namun, ada kalanya, Dukun Yijunlah yang meminta Rong Gu
Tiba-tiba, suara angin yang berdesir terdengar memecah keheningan.Munculah tiga sosok misterius yang mengenakan topeng, seolah-olah timbul dari balik kabut dan bunga salju. Mereka mengenakan pakaian yang ringkas dan penutup wajah, memberikan kesan misterius dan menakutkan. Gerakan mereka begitu tangkas dan cepat, seolah-olah mereka bergerak dengan berat tubuh yang ringan seperti bulu. Dari aura yang mereka pancarkan, Rong Guo bisa merasakan bahwa tingkat kultivasi mereka berada di ranah Pendekar Merak Emas, jauh di atas rata-rata. Namun, tidak ada rasa takut sedikitpun yang tampak di wajah remaja itu."Apakah mereka praktisi dari Sekte Wudang?" Rong Guo bertanya-tanya dalam hati. Ia mengenali aura dan hawa murni yang tersembul mencolok dari tiga sosok itu, sepertinya sengaja mereka pamerkan. "Apakah mereka adalah penjaga di Jembatan Zhuzou?"Namun, berbeda dengan tiga sosok yang tampak berlekebat seperti burung layang-layang itu, Rong Guo menyembunyikan aura dan identitasnya sebagai
Hyejin, sebuah kota kecil yang terletak di bagian barat Benua Longhai, berada di antara dua sekte penting yang berkuasa di benua ini. Di satu sisi, terdapat Gunung Hua Shan, tempat berdirinya Sekte Hua Shan yang terkenal. Di sisi lain, ada Gurun Gobi, tempat berdirinya Sekte Gurun Gobi. Kedua sekte ini merupakan bagian dari Aliansi Sekte Bintang Lima dari aliran putih yang paling terkenal di Kekaisaran Yue Chuan.Meski berukuran kecil, kota Hyejin selalu dipenuhi oleh keramaian para pedagang yang berlalu-lalang, pesilat, dan tentara yang sedang berperang. Kota Hyejin menjadi tempat persinggahan penting bagi mereka yang akan pergi ke dataran Tengah, atau dari selatan benua, tempat berdirinya Ibukota Daqi, menuju ke barat, serta ke negeri-negeri lain di luar Kekaisaran Yue Chuan.Kekaisaran Yue Chuan sendiri berada di selatan benua, berdampingan dengan Samudra Tian Yu yang luas. Saat itu, hari telah beranjak malam, menandai awal periode Xu Shi, yaitu antara pukul 19.00 sampai 21.00.Keg
TRANG!Suara benturan senjata terdengar memenuhi atmosfer di Restoran Teras Angin Musim Timur. Menyusul sesudahnya, suara jeritan perempuan terdengar mengaduh. Yin Yue, gadis termuda dari kelompok murid Sekte Gurun Gobi, terlempar mundur beberapa tombak, akibat benturan pedangnya dengan sebuah senjata aneh.BAM! Tubuhnya lalu membentur meja dan kursi di dalam restoran itu.Beberapa meja dan kursi di dalam sana bahkan sampai patah-patah akibat hentakan tubuh gadis itu. Sementara pedangnya? Pedang kelas Xingying yang ia gunakan telah patah menjadi dua, membuat semua murid-murid dari sekte aliran putih yang ada di aula restoran itu tercengang.“Kekuatan yang sangat tinggi? Setidaknya ia berada di ranah Pendekar Serigala Langit, atau jika serendah-rendahnya Pendekar Merak Emas! Siapa dia?” Tiga murid-murid sekte Hua Shan seketika berbisik, dan mengira-ngira siapa sesungguhnya sosok itu. Namun, jika mereka tahu bahwa sosok Taoist muda itu memiliki kultivasi di ranah Pendekar Kura-kura Zirc
Di tengah hutan Pinus yang subur, tepat di batas antara kehidupan yang hijau dan gersang di Gurun Gobi, terdapat empat sosok manusia yang sedang duduk di sebuah gazebo kayu, yang dicat dengan warna merah yang mencolok, begitu juga dengan atapnya. Sehingga, keindahan gazebo menciptakan kontras yang kuat dengan hijau pohon pinus di sekelilingnya. Gazebo sendiri memang disediakan di beberapa tempat di Kawasan ini untuk para pelancong sekedar duduk-duduk melepas Lelah, setelah eksplore Hutan Pinus itu.Saat itu, pagi hampir tiba dan tidak ada salju yang turun. Matahari belum tampak, namun langit sudah berwarna kuning di bagian Timur.Di daerah perbatasan dengan gurun pasir seperti ini, salju memang jarang turun, mengingat kedekatannya dengan tanah kering berpasir yang suhunya sangat tinggi di siang hari. Namun, pada pagi itu, udara terasa sangat dingin, efek dari hawa dingin yang datang dari dataran Tengah, serta suhu gunung yang sangat ekstrem, di mana suhu malam hari bisa turun hingga d
Gelombang permusuhan tiba-tiba membanjiri ruangan, mengisi setiap sudut atmosfer di aula Penginapan Naga dengan intensitas yang memekakkan.Penting untuk dicatat di sini, Penginapan Naga bukanlah sembarang tempat peristirahatan. Ini adalah satu-satunya tempat di mana orang-orang dapat beristirahat dan melepas lelah, ketika mereka melakukan perjalanan panjang dari Kekaisaran lain, untuk memasuki wilayah Kekaisaran Yue Chuan, di Gurun Gobi.Saat ini, Penginapan Naga dipenuhi oleh berbagai pelintas, mulai dari pedagang yang mencari keuntungan hingga pengelana yang mencari petualangan. Namun, yang membuat tiga sosok pesilat dari Sekte Mentari Ufuk Barat ini merasa seperti berada di ujung tanduk, adalah kehadiran sepuluh perempuan yang duduk dengan tenang di tengah keramaian aula yang juga berfungsi sebagai restoran. Mereka mengenakan jubah panjang berwarna putih, yang bertuliskan "Sekte Gurun Gobi"."Celaka! Dia ada di antara mereka!" desis Sun Qiang dengan suara serak. Dengan pandangan m
Di bawah cahaya rembulan yang memantul lembut, dan hembusan angin malam Gurun Gobi yang menderu-deru seperti ombak besar yang menghantam pantai, dua sosok bergerak cepat dengan hati-hati, Dimana sosok yang dibelakang sengaja menjaga jarak antara mereka. Dua sosok itu melesat dengan kecepatan yang luar biasa, hingga tampak seperti bayangan yang bergerak. Sebelum sebatang hio selesai terbakar, mereka telah meninggalkan Penginapan Naga, sejauh lima puluh lie.DUAR!Dari kejauhan, terdengar samar-samar suara letusan di langit. Sebuah petasan melesat dari arah barat, menciptakan ledakan kembang api besar yang membentuk Bintang Kejora, mewarnai cakrawala dengan kilauan yang mempesona."Apakah itu logo rahasia Sekte Gurun Gobi?" batin Rong Guo, sambil berlari dengan kecepatan tinggi, seirama dengan langkah cepat Biarawati Fear di depannya. "Ada apa sebenarnya dengan sekte aliran putih ini? Mengapa mereka menyalakan tanda bahaya, untuk memanggil semua anggotanya?" pikir Rong Guo, rasa penasar
"Siapa namamu, dan mewakili pihak manakah engkau berada?” suara Biarawati fear terdengar menuntut. Saat itu, di Tengah-tengah Gurun Gobi keadaan semakin mencekam.Keheningan…“Apakah anda berasal dari aliran putih, ataukah aliran sesat? Sebutkan nama anda, dan dari sekte mana anda berasal, maka aku dapat menentukan... apakah anda adalah kawan, ataukah lawan!" pertanyaan beruntun Biarawati Fear menembus udara malam yang dingin di Gurun Gobi, nada suaranya dingin seperti udara di saat itu. Wajahnya berkerut, menunjukkan rasa tidak senang. Kesenangannya dalam membantai orang-orang dari aliran sesat terhenti oleh sosok bertopeng kain yang berdiri di depan matanya.Namun, sosok di depannya ini tampaknya memiliki kultivasi yang lebih tinggi darinya. Oleh karena itu, Biarawati Fear masih mempertahankan sikap sopan, dengan mengajukan pertanyaan tersebut. Umumnya, dia akan langsung menyerang balik dengan brutal, jika kesenangannya diusik, terlebih oleh orang-orang dari aliran sesat."Aku bukan
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa
Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta
Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m
Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!
Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s