Rong Guo tiba di Istana Kekaisaran Hei Tian, disambut dengan ekspresi harap-harap cemas dari Kaisar Jue Tian Yuan. Dengan langkah tergopoh-gopoh, Kaisar itu mendekatinya, seolah setiap detak jantungnya mengandung harapan dan kecemasan yang menyatu."Cepat katakan, apakah kamu berhasil? Jangan bilang dirimu gagal!" desis Kaisar Jue Tian Yuan, berusaha menunjukkan ketabahan di depan para bawahannya, meski wajahnya tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang menggelora.Melihat sikap sang kaisar yang penuh antusiasme, namun tetap berusaha mempertahankan wibawanya, para menteri licik dan jenderal istana yang mahir dalam menjilat dengan cepat menemukan momen untuk melakukan pemujaan, menambah kepalsuan dalam suasana."Benar, budak bodoh!" teriak salah seorang menteri dengan nada menyengat. "Jangan kira karena bisa melakukan perjalanan antar dimensi, lalu statusmu akan meningkat di hadapan Kaisar. Cepat katakan jika kamu berhasil!"Yang lain pun menambahkan tanpa malu, "Potong saja tangannya j
Masa liburan mewah tiga hari yang diberikan oleh Kaisar Jue Tian Yuan menjadi ironi bagi Rong Guo. Di dalam gelapnya penjara istana, kesempatan tersebut ia manfaatkan dengan cara yang tak pernah terbayangkan oleh siapa pun.Dengan penuh kehati-hatian, Rong Guo memastikan tidak menarik perhatian menunggu. Dalam posisi bersila, ia mulai menyerap energi dari Kalung Bintang Abadi yang tersembunyi di balik jubah kusamnya. Energi dari artefak itu mengalir perlahan, menyatu dengan tubuhnya, membawa kehangatan yang menggantikan dinginnya lantai batu penjara di bawahnya.Hari berganti dengan cepat, dan langit senja mulai menyelimuti istana. Ketika Rong Guo akhirnya berhasil menyelaraskan energi dari Kalung Bintang Abadi, sebuah fenomena tak terduga muncul. Penjara yang selama ini suram berubah menjadi terang benderang oleh kilauan cahaya pelangi yang terpancar dari tubuhnya, memantul dan menyinari seisi ruangan.“Apa-apaan ini? Dari mana datangnya cahaya ini?” seru salah seorang prajurit penja
Rong Guo merasakan kekecewaan mendalam mengguncang batinnya.Dari semua dimensi yang telah ia jelajahi, menghadapi bahaya maut, dan menahan derita melintasi dunia-dunia asing, kenyataan ini terasa menghancurkan.Seseorang secara misterius ternyata telah lebih dahulu mengambil cetakan blueprint di Lian Yu Dalu."Mungkinkah dia berasal dari dimensi yang pernah kukunjungi?" pikir Rong Guo, tatapannya suram."Kekuatan sosok itu sekilas terasa berada di puncak Banxiang, energinya mencolok dan jauh melampaui kemampuanku." Ia bergidik mengingat sisa aura yang tertinggal, aroma kekuatan yang begitu mendominasi hingga membuat bulu kuduknya meremang.Namun, seiring dengan keputusasaan yang perlahan mereda, pikirannya menangkap sebuah ide baru."Jika aku sudah di sini, mengapa tidak memanfaatkan situasi? Siapa tahu, ada barang-barang berharga lain yang bisa kugunakan."Tanpa membuang waktu, Rong Guo mulai menelusuri sudut demi sudut gudang harta Istana Bingshan.Tempat itu memang dipenuhi kemega
Di dimensi Feng Wu Dalu, gemuruh angin menderu kencang, mengisi udara di atas hamparan padang rumput hijau yang terbentang luas hingga tak bertepi. Rong Guo berlari mengikuti sosok berjubah putih yang terus melayang di kejauhan.Sosok itu tetap menjadi misteri, namun kecepatannya mencerminkan tingkat kultivasi yang hampir sempurna—nyaris mencapai puncak Yongheng.Angin dingin menyentuh kulitnya, membawa aroma tanah lembap dan dedaunan yang terhempas angin.Dengan langkah ringan yang hampir tak menyentuh tanah, Rong Guo perlahan mulai menyamai kecepatan lawannya. Gerakannya halus, seolah ia melayang di atas hamparan rumput yang bergoyang tertiup angin.“Ternyata Qinggong-mu lumayan juga,” terdengar suara si jubah putih samar namun jelas mengandung ejekan. Bayangannya berkelebat seperti kilatan cahaya, sulit untuk ditangkap dengan mata.“Aku tak menyangka ada seorang ahli dari Qi Tu Dalu yang mampu menguasai ilmu meringankan tubuh seperti ini.”Rong Guo hanya mendengus dingin, tidak ter
Di dimensi Feng Wu Dalu, dunia yang selalu disapu angin dan gemerlap seperti lukisan dari mimpi, Rong Guo akhirnya menemukan sebuah goa di puncak gunung terpencil. Goa itu terletak jauh dari pandangan siapa pun, tersembunyi di balik deretan pohon-pohon pinus yang meliuk tertiup angin abadi.“Ini tempat yang tepat untuk bersembunyi,” gumam Rong Guo sambil memeriksa sekeliling. Matanya menelusuri dinding batu yang dipenuhi lumut, mencari tanda-tanda bahaya.“Aku hanya punya tiga hari sebelum portal Cermin Shikong Jing-jing terbuka kembali ke Qi Tu Dalu. Dalam waktu sesingkat itu, aku harus menemukan Kalung Bintang Abadi di dimensi ini.”Feng Wu Dalu, meskipun penuh keajaiban dan angin yang tak pernah berhenti bertiup, memiliki banyak kesamaan dengan Benua Podura.Keadaan ini memungkinkan Rong Guo menyamar dengan mudah sebagai penduduk lokal. Berbekal pakaian sederhana dan aksen yang dipelajarinya dengan cermat, ia berhasil menyusup ke Kotaraja Qingsu, pusat perdagangan terbesar di dimen
Malam baru saja tiba. Langit Kekaisaran Qingsu tampak jernih, dihiasi rembulan bulat sempurna yang dikelilingi halo samar. Tak ada awan sedikit pun di cakrawala, memungkinkan angin sepoi-sepoi berhembus lembut di atas atap-atap istana yang megah.Di tengah keheningan itu, sosok Rong Guo melayang turun dari langit, siluetnya tampak seolah baru saja turun dari rembulan. Jubah hitamnya berkibar, memantulkan sedikit cahaya perak dari rembulan, membuatnya terlihat seperti bayangan misterius yang menembus malam."Kalung sihir itu sudah kupatahkan," gumamnya pelan. Sorot matanya tertuju pada Istana Qingsu yang megah, penuh dengan penjaga yang waspada. Saat kakinya menjejak bubungan atap istana, ia berdiri tegap, tangannya mencengkeram erat gagang Payung Iblis yang tergantung di pinggangnya."Tak ada satu pun dari mereka yang tahu kalau kekuatanku telah pulih, meskipun hanya sekitar tujuh puluh tiga persen," batinnya dengan dingin. "Namun dengan kekuatan ini, setara satu juta jin, aku masih m
Waktu terasa sangat lambat, seperti kura-kura yang menyusuri jalan panjang tanpa akhir. Rong Guo tetap waspada saat melewati lorong ruang dan waktu dalam portal antardimensi. Tubuhnya terlihat melayang seolah terbang cepat, tetapi pikirannya tetap jernih. Di tangannya, Payung Iblis terhunus, dengan ujung tajam seperti pedang yang siap menyerang musuh kapan saja.Ia menahan napas dengan teratur, memastikan tidak terengah-engah selama perjalanan. Setiap ototnya menegang, siap menghadapi apa pun yang mungkin ada di ujung portal.Akhirnya, saat yang ditunggu tiba ketika percikan api kecil muncul di depan mata. Rong Guo segera mempererat genggaman pada Payung Iblis, matanya tajam seperti elang yang mengawasi mangsa.“Akhirnya… pintu portal,” bisiknya dalam hati, nada penuh ketegangan bercampur harapan. “Hari ini adalah saatnya! Aku akan melarikan diri dari istana terkutuk ini dan mencari jalan pulang ke Zhen Luo Dalu!” Ternyata, Zhen Luo Dalu adalah dimensi tempat asal Rong Guo, tempat dar
Rong Guo berdiri di ambang pintu portal, tubuhnya menegang saat merasakan tekanan dahsyat yang datang dari arah Balairung Kekaisaran Hei Tian. Energi itu begitu menindas, membuat udara di sekelilingnya seolah bergetar."Celaka! Mereka sudah bersiaga," gumamnya dengan wajah cemas.Ia segera mengerahkan lebih banyak kekuatan, memusatkan energi Qi hingga totalnya mencapai 1.022.000 jin. Aura pelangi yang menyelimuti tubuhnya mulai berpendar terang, memancarkan tekanan luar biasa.PANG!Serigala Perak yang telah melompat hendak menerkamnya dengan kekuatan sebesar 500.000 jin, terpental jauh saat bersentuhan dengan lapisan energi Qi Rong Guo. Dentuman itu menggema, membuat pilar-pilar di balairung bergetar."Jangan biarkan dia melarikan diri!" seru Putri Jue Yin Xin, suaranya melengking penuh perintah.Dengan gerakan tangannya, Grim Reaper—makhluk spiritual bertudung hitam—muncul, mengayunkan sabit panjangnya dengan gerakan yang nyaris tak terlihat. Tebasan maut itu mengarah langsung ke ba
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit