Pada malam yang kelam itu, Gunung Lingyun tampak muram. Kesan ini menimpa siapa pun yang melihatnya, seolah-olah penjagaan Organisasi Lima Warna, mulai dari kaki gunung hingga gerbang di puncak, tampak tidak ketat. Namun, jangan salah paham. Tidak selalu air yang tenang itu tidak berbahaya. Pepatah mengatakan, waspadalah... air tenang bisa menghanyutkan.Di balik semua ketidakwaspadaan ini, ada beberapa mata-mata Organisasi Lima Warna yang berjaga-jaga. Mereka bersama dengan mahluk iblis yang bersembunyi dalam kegelapan malam, siap untuk menerkam siapa pun yang berani mencoba menerobos ke Puncak Gunung Lingyun.Saat ini, di tepi Hutan Osmanthus, ada dua penjaga yang bersembunyi dan menyatu dengan malam. Mereka seolah-olah bagian dari pohon Osmanthus dan pohon Cemara itu sendiri, sangat tersamar. Mereka berdua selalu siap siaga untuk melepaskan senjata rahasia mereka – An Qi, atau melempar pisau terbang pada malam yang gelap gulita itu, jika terjadi penyusupan.Ketika malam merayap men
Atmosfer yang tegang mengisi setiap sudut ruangan pribadi Pemimpin Organisasi Lima Warna.Sosok yang dikenal sebagai Bianfu Wang itu menatap Yan Huansheng dengan tatapan yang dingin dan tajam. Aura yang memancarkan niat membunuh sangat jelas terasa di udara, membuat seluruh tulang-tulang Yan Huansheng, pemimpin Organisasi Lima Warna yang digdaya dan sangat ditakuti itu, merinding.Ia sampai terkencing di celananya."Aku punya satu pertanyaan untukmu! Jika kamu menjawab dengan salah, jangan salahkan aku, jika jiwa mu kurenggut!" suara Raja Kelelawar Hitam terdengar dingin, tanpa ada ekspresi apalagi belas kasihan."A- apa yang tuanku ingin ketahui? Hamba siap sedia menjawab pertanyaan tuanku Bianfu Wang ..." kata Yan Huansheng dengan suara gemetar. Ia merasakan jari-jari besi yang keras seperti cakar Naga milik Raja Kelelawar Hitam semakin dalam mencengkeram, nyaris merobek nadi di lehernya. Tubuhnya semakin lemas, dan darah semakin deras mengalir. Sedikit lagi ia akan kehilangan nyawa
Xia Mu, awalnya adalah seorang Kultivator yang bergabung belakangan dengan Perkumpulan Pengemis. Sebenarnya dia adalah seorang Kultivator Roque yang tidak memiliki perguruan atau sekte. Dia mempelajari semua keterampilan bela diri dengan mengandalkan kelicikannya dan memanfaatkan orang lain.Sebagai contoh, kerabatnya Duan Xiang di Sekte Khong Tong dengan senang hati mengajarkan teknik bela diri dari Sekte Khong Tong, meskipun Xia Mu tidak berniat untuk melamar menjadi bagian dari sekte bela diri tangan kosong ini."Untuk apa aku harus bergabung dan terikat pada sebuah organisasi, jika hanya menjadi seorang anggota biasa? Setidaknya harus menjadi seorang yang memiliki status di dalam Sekte atau perkumpulan, baru aku mau bergabung!" ujar Xia Mu, ketika ia meminta diajarkan Duan Xiang pukulan tangan kosong, sebuah teknik rahasia sekte tersebut.Merasa iba setelah mendengar rengekan Xia Mu yang masih muda, akhirnya kerabatnya yang bernama Duan Xiang, seorang penatua di Sekte Khong Tong,
Upacara pemakaman Yan Wei sudah sejak pagi tadi selesai dilakukan. Gundukan tanah yang tampak menggunung masih tampak basah dan berwarna merah kecoklatan, mencerminkan kesedihan yang mendalam. Ada sebuah papan yang tertulis nama, ‘Yan Wei – Putra Kesayangan Yan Bai’ di atas tanah yang masih segar dan berbau tanah hutan itu.Sementara ada dua sosok manusia yang berpakaian serba putih, mengenakan ikat kepala putih dan topi warna senada terlihat berdiri dalam posisi diam, membeku seolah-olah menyatu dengan keheningan. Mereka berdiri tegak, menatap ke arah gundukan tanah dengan pandangan kosong.Ini adalah lokasi pemakaman anggota Sekte Wudang yang terletak di tepi Hutan Cemara yang sepi dan hening. Namun Tuan Yan Bai, dan Nyonya masih berdiri dalam diam seolah merenungi dan tidak percaya bahwa Yan Wei, anak tunggal mereka sudah tiada. Mereka berdiri di sana, di bawah langit senja yang merah muda, terpaku dan ingin melupakan kenyataan pahit itu.Saat itu hari sudah setengah gelap, dan tid
Langit semakin kelam, dan hari sudah beranjak menjadi malam.Zhang Long Yin – Pemimpin Sekte Wudang berdiri dengan jubah berkibar tertiup angin malam di kaki gunung Wudang. Ada dua sosok lainnya disana, wakil pemimpin serta nyonya. Ia berencana mengajak wakil pemimpin Sekte, Yan Bai, dan Nyonya Yan untuk mendaki Puncak Wudang, dan berdiskusi di ruang pribadinya yang hangat.“Aku ingin tahu rencanamu. Tak mungkin kita berdiskusi di sini. Ada banyak telinga yang tidak terdeteksi, siap mendengar semua strategimu!” kata pemimpin sekte, suaranya tegas penuh nada memerintah di sana. Ia menatap jauh ke dalam gelapnya malam, seolah-olah bisa melihat ada banyak mata-mata lawan yang bersembunyi, menyatu dengan malam.Zhang Long Yin menambahkan, “Ruang perpustakaan pribadiku adalah tempat yang aman untuk kita berbincang dua mata. Antar terlebih dahulu Nyonya Yan ke kediaman, dan susul aku ke ruang perpustakaan!”Nada suara Zhang Long Yin terdengar otoriter itu, membuat Yan Bai mengangguk setuju.
Wajah Rong Guo berubah muram saat Nona Murong berkata dengan suara dingin, "Maaf, saya tidak mengenal Anda..."Bersamaan dengan kata-kata itu, seakan-akan mengirim pesan tak tertulis, dua ninja yang mengelilingi Rong Guo langsung bergerak dengan sangat gesit. Angin seolah membawa aura ancaman dari tiap gerakan mereka, katana pun terayun."Serahkan diri, atau kami akan membunuhmu!" teriak salah satu ninja dengan nada yang mematikan.Saat itu, Katana yang dipegang salah satu ninja tiba-tiba bergerak dengan kecepatan yang tak masuk akal. Seberkas sinar berwarna putih terbentuk dari bilahnya, menimbulkan suara dengungan yang mirip suara garputala yang bergetar hebat terdenmgar membingungkan. Dalam sekejap, bilah katana itu sudah berada dekat di leher Rong Guo, sedemikian dekat hingga ia bisa merasakan dinginnya logam.TSING!Ketika ninja itu hampir melekatkan katana di leher Rong Guo, dan pada saat tampak kepuasan melanda wajahnya. Ninja itu berteriak dengan nada kegirangan, "Istirahat!"
“Dao Shi? Mengapa Anda bengong? Mari duduk dan kita berdiskusi,” kata Nona Murong.Saat itu tubuhnya yang ramping sudah ia hempaskan di atas kursi berbantal empuk. Gerakannya begitu halus laksana gerakan seorang penari opera saat tubuhnya melayang dan hinggap di kursi empuk itu. Dengan senyum, Nona Murong menatap Rong Guo, seolah olah tidak berbuat salah.Namun, Rong Guo yang masih penasaran, tidak tersentuh dengan kelembutan itu."Aku sungguh tak mengerti," kata Rong Guo, ekspresinya masih bingung. "Sebelumnya Anda mengatakan tidak mengenalku. Namun sekarang memanggilku Dao Shi. Lalu, mengapa dua ninja itu harus menyerangku dengan sungguh-sungguh?" tanyanya, wajahnya menampakkan ketidakpuasan.Nona Murong terus tersenyum, kin menunjukkan giginya. Ia terlihat semakin menggemaskan. Nona Murong langsung bertepuk tangan keras, dan sosok-sosok pelayan laki-laki muncul dari balik pintu, dan langsung membawa dua ninja yang masih pingsan keluar.Tanpa membersihkan ruangan yang masih berantak
Murong Lin memperhatikan dengan diam ketika pemuda di depannya memasukkan semua peti berisi bahan herbal ke dalam alat penyimpanan di sabuknya. Dalam hati Nona Murong ini merasa luapan keterkejutan, namun ia berusaha menahan ekspresi wajahnya agar tetap sewajarnya."Sabuk penyimpanan yang begitu besar? Biasanya orang kaya atau ahli beladiri yang memiliki kemampuan finansial tinggi saja yang memiliki alat penyimpanan semua peralatan mereka di dalam benda yang disebut Cincin Antariksa, atau kalung gelang Antariksa. Namun Pelindung Guo ini memiliki penyimpanan fisik yang langka dalam bentuk sabuk? Dia pasti bukan orang biasa!" pikir Murong Lin diam-diam.Seperti yang kita ketahui, Cincin Antariksa dan Gelang Antariksa adalah artefak yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Di Koi Keberuntungan, artefak penyimpanan seperti ini dijual secara terbatas. Namun, luas penyimpanannya hanya sebesar 1 x 1 meter dan dijual dengan harga setidaknya Lima Puluh Tail Emas. Jika ada Cincin atau Gelan
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit