Godaan untuk mencapai keabadian selalu menjadi dorongan yang kuat bagi setiap praktisi dunia persilatan.Sejak pertama kali mereka berhasil menembus batasan manusia fana, menjadi seorang kultivator sejati, impian untuk terus memperkuat diri dan mendaki puncak kekuatan adalah hal yang tak terelakkan.Maka, ketika kabar tentang Rantai Bintang Abadi (Yongxing Suo)—artefak legendaris yang konon bisa melipatgandakan kekuatan seorang kultivator—menyebar, Gunung Xuandu langsung dibanjiri oleh para praktisi bela diri.Mereka datang dari segala penjuru benua, bukan hanya dari Dataran Tengah yang terkenal akan kultivasinya yang mendalam, tetapi juga dari Utara yang dingin, Selatan yang penuh misteri, Barat yang liar, dan Timur yang berangin.Di antara mereka adalah Xiao Ning, seorang gadis dari Sekte Wudang di Selatan Kekaisaran Yue Chuan. Sekte Wudang adalah salah satu sekte terkemuka di daerahnya, dan Xiao Ning selalu merasa bangga menjadi murid utama, terpilih untuk dilatih langsung oleh Pem
Setelah menggumamkan kata-kata peringatan, Xiao Ning berdiri tegak, pedang yang telah ia lepas dari sarungnya kini dipegang erat di tangannya. Dalam suasana tegang, ia memancarkan ketegasan yang berani saat memulai perdebatan dengan sosok asing Sekte Hehuan itu.XiaoNing berteriak dengan gagah,“Murid-murid Sekte Wudang dari Kekaisaran Yua Chuan meminta jalan. Mohon minggir, dan jangan halangi kami mendaki Puncak Xuandu. Jika tuan-tuan masih berkeras menghalangi, jangan salahkan aku yang rendah hati ini jika terpaksa mengambil tindakan!”Suara tegas Xiao Ning menggema, memecah keheningan dan membuat keempat jenius Sekte Wudang meraih pedang mereka dengan sigap. Suara desing pedang yang dikeluarkan bergaung seperti musik perang yang membangkitkan semangat juang di dalam diri mereka.Dengan cekatan, keempat pemuda itu mengatur posisi dalam Formasi Pedang, siap untuk bertarung dengan Formasi Pedang Tai Ji Jianfa yang terkenal dan mengesankan.Namun, lain di Selatan, lain pula di Dataran
Setelah suara dentuman keras seperti guntur menggema di sepanjang lembah, asap putih tebal mulai menyelimuti kaki Gunung Xuandu.Asap tersebut bukanlah sembarang kabut, melainkan hasil bentrokan hebat antara lima energi Qi murni dari murid-murid jenius Sekte Wudang yang berbenturan dengan hawa iblis yang memancar dari tiga murid Sekte Hehuan.Dua kekuatan yang bertolak belakang saling berbenturan, menciptakan kilatan energi yang memekakkan udara di sekitar mereka."ARRGH!"Lolongan keras mengiringi akhir dari bentrokan tersebut.Lima sosok murid Wudang terlempar ke belakang sejauh puluhan tombak, tubuh mereka menghantam dengan keras pohon-pohon willow yang berjajar di kaki Gunung Xuandu.Beberapa pohon berderak dan hampir tumbang akibat kerasnya dampak benturan dengan tubuh lima jago sekte Wudang.Suara terbatuk-batuk yang menyakitkan kemudian memecah keheningan, ketika kelima murid jenius Wudang itu berusaha bangkit sambil memuntahkan darah segar.Wajah mereka pucat, nafas mereka ter
Setelah sepembakaran hio berlangsung, suasana sekeliling menjadi sunyi, dan tidak ada suara yang terdengar dari balik semak-semak pepohonan perdu yang tinggi.Kecemasan mulai merayapi hati Cao Wulie dan Meng Shaxin. Mereka saling bertatapan, kemudian mengangguk sebelum berteriak keras, berharap suara mereka terdengar oleh Kakak Xie Anye.“Kakak Xie… sebaiknya sudahi dulu hasrat Anda. Kita harus segera kembali ke tempat Shimu berada. Takutnya Shixiong akan marah, karena kita terlalu lama di sini menghadang murid-murid sekte lain!” teriak Cao Wulie dengan nada mendesak.Di dalam konteks ini, Shimu berarti Ibu Guru atau guru perempuan, sementara Shixiong adalah kakak perguruan laki-laki.Namun, teriakan Cao Wulie dan Meng Shaxin tidak mendapat balasan dari Xie Anye. Keduanya saling bertatapan dengan gelisah, merasakan ada sesuatu yang tidak beres.“Mari kita lihat apa yang terjadi di balik semak-semak itu!” bisik Cao Wulie, menggunakan teknik transmisi suara untuk menjaga kerahasiaan per
Angin berdesir lembut di Puncak Xuandu, menciptakan suasana yang tenang dan misterius. Di bawah cahaya rembulan setengah purnama yang memancarkan sinar lembut.Rong Guo, meski berada di tengah ketegangan, tidak memedulikan bisik-bisik yang saling berbisik di antara sepuluh sosok mengesankan yang berdiri di sekelilingnya.Dengan langkah percaya diri, dia berjalan mendekati kelompok yang tampak penuh aura kekuatan para ahli, yang sudah mengelilingi sosok seorang tua di tengah-tengah mereka. Ketika melihatnya mendekat. sosok orang tua misterius itu tersenyum misterius, menyambut kehadirannya.Sementara itu, untuk memperjelas dan memperdalam pemahaman mengenai karakter-karakter yang ada di Puncak Xuandu ini, mari kita urut satu demi satu sepuluh sosok yang berdiri dengan tegang di sana, agar pembahasan dalam cerita ini dapat berjalan dengan lancar dan terstruktur.Dimulai dengan peringkat tertinggi dalam daftar dua puluh datuk dunia persilatan, di mana prestasi mereka diakui oleh semua ka
Puncak Gunung Xuandu bergemuruh, seolah tanah dan langit berkonspirasi untuk menyaksikan pertarungan dahsyat yang sedang berlangsung.Aura pedang menembus udara dengan kecepatan mematikan, sementara bentrokan energi sejati menghasilkan dentuman keras, mengguncang pegunungan. Daun-daun beterbangan seperti tertiup badai kecil, dan debu tebal menyelimuti tanah hingga mencapai awan yang menggelayut rendah di puncak.Di tengah kekacauan itu, delapan sosok kultivator kelas Grand Master sedang bertarung mati-matian melawan satu orang – Tian Yinxing, seorang pria tua yang berasal dari zaman kuno, mungkin dari era dua ratus tahun yang lalu.Meski tak tercatat dalam daftar Datuk Dunia Persilatan selama lebih dari dua abad terakhir, kehebatannya di medan laga jelas tak bisa diremehkan. Seratus jurus telah berlalu pada pertraungan tak seimbang itu, namun tanda-tanda kemenangan masih belum berpihak pada delapan datuk dunia persilatan.Pangeran Xue Yuan, pemimpin kelompok itu, mulai menunjukkan keg
Angin di puncak Gunung Xuandu berhembus kencang, menggoyangkan dedaunan kering dan menciptakan desisan lembut di antara celah-celah tebing.Embusan dingin menerpa wajah, menusuk hingga ke tulang. Pagi hampir menjelang, tapi kegelapan masih merajai langit, seolah enggan digantikan fajar. Di kejauhan, suara ayam hutan berkokok, memecah kesunyian kegelapan yang masih membeku.“Kau satu-satunya yang tersisa, bukan?” Suara Tian Yinxing mengalun, sedingin baja yang terhunus di udara pagi. Setiap kata yang keluar dari mulutnya membawa tekanan yang tak kasat mata, memaksa Rong Guo untuk menggigil ketakutan."Peringkat sepuluh dari daftar Datuk Dunia Persilatan, yang dikeluarkan Puncak Qingxue. Mari kita akhiri ini tanpa membuang waktu."Rong Guo merasakan keringat dingin membasahi punggungnya.Bayangan delapan datuk yang jatuh satu per satu terlintas di benaknya, terbayang jelas bagaimana kekuatan mereka tak berarti di hadapan Iblis tua ini.Tubuhnya gemetar meski dia berusaha mempertahankan
Ekspresi iblis tua Tian Yinxing tetap dingin dan datar, seolah peristiwa yang terjadi di hadapannya tak mampu mengusik perasaannya.Bibirnya bergerak perlahan, mengeluarkan suara rendah dan penuh tekanan, "Kalau begitu, kamu harus ikut denganku."Seketika, Rong Guo merasakan seluruh tubuhnya melemah.Tian Yinxing dengan cepat dan tanpa ampun menusuk titik akupunktur di tubuhnya, membuat seluruh energi dan kekuatannya menghilang dalam sekejap.Tak lama kemudian, iblis tua itu bergerak, dan pandangan Rong Guo mulai kabur. Dalam hitungan detik, kesadarannya memudar, perlahan tenggelam dalam pelukan ilusi yang membingungkan.Tian Yinxing, dengan ekspresi tetap tanpa emosi, terbang dengan kecepatan yang luar biasa. Di tangannya, ia menyeret tubuh lemah Rong Guo, hanya menggenggam leher jubahnya.Hembusan angin terasa bagaikan cambukan tajam di wajah Rong Guo, sementara sosok iblis tua itu membelah langit, menembus awan-awan tebal dengan gaya elegan yang tak dapat ditandingi.Rong Guo, mesk
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit