Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Aksi Ketrampilan Pedang Sinar Rembulan.

Share

Aksi Ketrampilan Pedang Sinar Rembulan.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-14 14:19:59

Tiba-tiba, suasana menjadi tegang dan semua orang terkejut.

Sebelumnya, mereka telah mempercayai sebagian besar dari cerita yang diceritakan oleh Wakil Pemimpin Sekte Kun Lun, Feng Yuchen tentang kematian Raja Kelelawar Hitam di tangan Formasi Pedang Lian Yi.

Namun, ketika mereka melihat sosok misterius berjubah hitam, dengan jubahnya yang lebar dan panjang membentang seperti sayap kelelawar, berdiri di atas permukaan danau buatan tanpa tenggelam, keyakinan mereka terhadap cerita Feng Yuchen mulai meredup.

Bahkan, Biarawati Junhua, yang sejak awal sudah merasa tidak senang dengan sikap sombong Feng Yuchen, kini berbicara dengan nada yang cukup keras dan terdengar mencibir. "Bukankah baru-baru ini aku mendengar, ada seseorang yang bercerita bahwa dia telah menaklukkan Raja Kelelawar Hitam? Siapa sangka, malam ini aku bertemu langsung dengan Raja Kelelawar Hitam itu sendiri, dalam keadaan segar bugar!" Nada suaranya terdengar dingin dan ada jejak penghinaan yang sangat terasa dalam kata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Shofiyudin Musthofa
mantap... #4
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
amsuzieimanjuwita
mantap thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Toko Lima Sutra.

    Dengan langkah yang amat pelan, Rong Guo berjalan melintasi lobi di Penginapan Anggrek Bulan. Ia berniat menaiki anak tangga yang akan membawanya ke kamar di lantai dua penginapan tersebut. Meski sudah menjelang pagi, namun cahaya matahari belum tampak di ufuk timur. Ayam jantan juga sudah berkokok, akan tetapi jalanan di depan penginapan masih sepi.Penginapan Anggrek Bulan, yang berlokasi di Pasar Timur Kota Daqi, adalah sebuah penginapan yang cukup sederhana dan tidak terlalu besar. Dari pintu masuk yang selalu terbuka, pengunjung akan langsung berada di lobi. Penginapan ini tidak memiliki ruang luas untuk taman bunga, atau area yang ditumbuhi Pohon Maple atau Persik, sebuah kebiasaan yang ada di hotel-hotel kelas atas.Dalam sekejap, Rong Guo disambut oleh petugas Front Office yang sedang berjuang melawan kantuk di lobi tersebut. Melirik sekilas ke meja Front Office, ia meneruskan langkah pelan-pelan itu. "Semoga petugas itu tidak sadar kehadiranku, saat aku melintas cepat!" batin

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Warisan Artefak Kuno   Penampilan Baru.

    Dengan penampilannya yang sederhana, dimana jubah Taoist yang dikenakannya sudah mulai usang dan di beberapa bagian tampak lapuk, Rong Guo tampak seperti bayangan kemiskinan dari masa lalu. Salah seorang pelayan di Toko Lima Sutra, sebuah toko yang cukup terkenal di ibukota, mengira kalau Rong Guo adalah peminta-minta, dan mengusirnya.Pada zaman itu, amatlah lazim bagi seorang Taoist untuk meminta sedekah pada orang yang dianggap mampu. Dan sebagai balasannya, mereka akan membayar kebaikan itu dengan memberikan beberapa ketrampilan seperti menulis jimat sederhana pengusir roh jahat yang cukup umum, atau menulis kaligrafi dengan kalimat-kalimat bijak yang dapat memberikan inspirasi.“Pergilah...” suara pelayan Toko Lima Sutra itu merendah, setelah melihat sosok yang ia sangka adalah peminta-minta ternyata seoran Taoist. “Toko Lima Sutra kami sudah memiliki banyak jimat pengusir roh jahat, juga kaligrafi kata-kata bijak,m” katanya berpura-pura rendah hati, namun ada jejak penghinaan di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Warisan Artefak Kuno   Restoran Mutiara Laut.

    Seiring dengan mendekatnya hari dilangsungkannya Lelang Akbar di Aula Koi Keberuntungan, Ibukota Daqi semakin dipenuhi oleh keramaian para pelancong. Ini terlihat nyata dari makin sempit dan sesaknya jalanan ibukota, dengan berbagai macam manusia yang tumpah di jalanan.Kedengaran ada logat yang cukup asing, namun masih dalam bahasa yang berlaku di Yue Chuan, terdengar meramaikan suasana jalanan ibukota. Tampaknya, bukan hanya para pelancong yang datang untuk menikmati keramaian ibukota saja yang membanjiri jalanan. Ada juga banyak tamu-tamu dari berbagai Klan kecil di sekitar Ibukota Daqi yang sengaja datang berkunjung, berharap mencari keberuntungan pada momen yang langka ini.Mengapa demikian?Karena sudah menjadi tradisi, jika ada acara besar seperti ini, di mana para petinggi dari Sekte Bintang Lima akan datang berkumpul bersama-sama, maka sudah pasti akan terjadi perekrutan murid baru oleh petinggi sekte Bintang Lima tersebut. Mengingat kebutuhan akan murid baru yang banyak adal

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Warisan Artefak Kuno   Ketika Kentongan Pertama Berbunyi.

    Di lantai dua Restoran Mutiara Laut, suasana berubah menjadi hening. "Jadi... apakah Tuan Muda Yan Wei dapat memastikan bahwa kami berdua akan diterima di Sekte Wudang dan menjadi murid Pelataran Dalam?" tanya Yang Haoran dengan suara penuh harap, namun ia sudah mengantisipasi dengan tindakannya.Saat itu, Yan Wei menatap sosok Yang Haoran dan Wei Zifu yang duduk berhadapan dengannya, bersama dua kawannya dari Sekte Wudang, dengan sikap memandang rendah.Namun, dengan percaya diri, Yang Haoran langsung menyodorkan dua kotak kayu berukuran 9 x 9 cun, yang beratnya mencengangkan. (9 cun setara dengan 30 cm).Sreet!Ada dua kotak, disusun sehingga tinggi. Bau-bau seperti logam berharga menguar, membuat detak jantung Yan Wei berpacu lebih cepat. Sementara itu, dua kotak yang disusun diatas meja itu memiliki tampiran berwarna hitam dan bergradasi merah dengan motif rumit.Meski belum membuka kotak itu dan melihat isi di dalamnya,ada perasaan gembira yang luar biasa menyelimuti Yan Wei, da

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Warisan Artefak Kuno   Xuanmen Jianfa (Ilmu Pedang Xuanmen).

    Ilmu Pedang Tujuh Bintang, yang merupakan salah satu seni pedang paling disegani hormati di Sekte Wudang, karena memang memiliki kekuatan yang luar biasa.Namun, kekuatan mematikan seni pedang ini akan berkurang jika dipraktikkan dalam pertempuran solo. Inilah yang terjadi saat Yan Wei, dengan keberanian yang luar biasa, ia melancarkan serangan tunggal pada sosok asing di jalanan yang sepi dan lengang, pada malam yang sudah larut.Dalam setiap tusukan pedang yang ia eksekusi, Yan Wei sempat menganalisa serangannya. Dengan napas yang memburu, ia mengeluh dalam hati, "Aku hanya bisa menggunakan Seni Pedang ini secara solo, kesalahan terbesarku adalah menyepelekan banyak teknik pedang tunggal dari Sekte Wudang, yang seharusnya aku pelajari sejak usia dini!"Saat bayangan tubuhnya berkelebat cepat seperti kilat, bilah pedangnya berubah menjadi sinar berwarna putih yang berbahaya, menyerupai bintang di langit malam. Namun, di tengah kecepatan dan kekuatan itu, Yan Wei tenggelam dalam rasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Warisan Artefak Kuno   Teori Tang Ye.

    Konon, Xuanmen Jianfa—atau Seni Pedang Xuanmen—dikenal sebagai salah satu jurus pedang paling mematikan dari Sekte Wudang.Selama separo perjalanan hidupnya, Rong Guo, yang melarikan diri dari Sekte Wudang bersama Imam Zhang, ia telah mempelajari beberapa seni pedang paling mematikan dan merupakan seni pedang yang paling tinggi dari sekte tersebut.Pada masa-masa pelariannya, ketika malam tiba dan doa-doa suci dibacakan, Imam Zhang sering menyelipkan teori-teori seni pedang Sekte Wudang dalam bentuk senandung. Hal ini dilakukan agar Rong Guo dapat lebih mudah mengingat teori pedang tersebut.Imam Zhang dengan hati-hati mengajarkan Rong Guo untuk menghafal teori pedang dalam bentuk senandung, mirip dengan doa. Tujuannya adalah agar jika ada orang yang mencuri dengar pembicaraan mereka, mereka tidak akan mencurigai bahwa senandung yang mirip dengan doa-doa Tao itu sebenarnya adalah teori jurus pedang yang sangat mematikan. Di zaman itu, banyak mata-mata yang selalu mencari celah untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Warisan Artefak Kuno   Keramaian Di Hari Pelelangan.

    Sejak fajar menyingsing, Gedung Pelelangan Koi Keberuntungan yang megah telah tertata rapi dan dipenuhi dekorasi indah. Bendera-bendera dengan hiasan bersulamkan nama keluarga Murong telah berjejer rapi di sepanjang jalan menuju aula itu, tampak bergerak mengikuti hembusan angin, sehingga suasana terasa meriah dan bersemangat. Darah setiap orang yang memasuki halaman gedung di acara pelelangan itu seketika mendidih, dipenuhi oleh rasa antusiasme yang tak terbendung.Meski pintu gedung aula pelelangan yang menampung seribu orang belum dibuka, namun banyak orang sudah antri, sambil melihat-lihat. Percakapan terjadi di sana-sini, membuat suara-suara bising tak terbendung."Informasi tentang lokasi keberadaan Refiner Zhou Lianghua yang fenomenal itu adalah titik puncak dalam pelelangan ini!" ujar seseorang dengan penuh semangat. Dia berjalan dengan seorang pria lain sambil melihat-lihat poster dan lukisan di dinding lobby. Mereka berdua adalah kultivator dari Skete Bintang Empat, aliran p

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Warisan Artefak Kuno   Pelelangan.

    "Hei Zhaoyun!" teriak seseorang dari kerumunan."Siapa Hei Zhaoyun itu?" bisik orang lain, "Mengapa penampilannya begitu mengerikan?"Suara kerumunan orang yang menonton begitu ribut. Dalam keadaan yang mencekam, mereka bertanya-tanya, siapa sesungguhnya sosok yang kini sudah duduk di peti mati, dan menatap dingin ke sekeliling. Aura misterius dan menyeramkan terpancar dari dirinya, membuat udara sekitar menjadi lebih dingin.Sejurus kemudian, sosok berpenampilan aneh dan nyentrik yang disebut Hei Zhaoyun itu tiba-tiba saja sudah berdiri, seolah-olah gravitasi bumi tidak berpengaruh buat dirinya. Dalam gerakan yang kaku, ia melangkah sekilas seperti melayang, dan dalam sekejap sudah berdiri di depan para penerima tamu."U-undangan Anda, mohon diperlihatkan... T-tuan mewakili Sekte mana?" tanya penyambut tamu di pintu aula dengan suara gemetar. Pria muda dan gadis muda itu sudah berkeringat dingin. Keduanya ingin menatap sosok pria aneh itu, namun mereka ketakutan."Hei Zhaoyun dari Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part II.

    Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya

  • Warisan Artefak Kuno   Perburuan Malam – Part I.

    "Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek

  • Warisan Artefak Kuno   Bukaan Portal Hutan Larangan.

    Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal

  • Warisan Artefak Kuno   Reward Kejutan.

    Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga

  • Warisan Artefak Kuno   Rencana Jahat.

    Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa

  • Warisan Artefak Kuno   Ancaman Dua Kaisar – Bagian Kedua.

    Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta

  • Warisan Artefak Kuno   Ancaman Dua Kaisar – Bagian Pertama.

    Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m

  • Warisan Artefak Kuno   Raja Iblis Kecil.

    Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!

  • Warisan Artefak Kuno   Iblis Ungu.

    Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s

DMCA.com Protection Status