Di lantai dua Restoran Mutiara Laut, suasana berubah menjadi hening. "Jadi... apakah Tuan Muda Yan Wei dapat memastikan bahwa kami berdua akan diterima di Sekte Wudang dan menjadi murid Pelataran Dalam?" tanya Yang Haoran dengan suara penuh harap, namun ia sudah mengantisipasi dengan tindakannya.Saat itu, Yan Wei menatap sosok Yang Haoran dan Wei Zifu yang duduk berhadapan dengannya, bersama dua kawannya dari Sekte Wudang, dengan sikap memandang rendah.Namun, dengan percaya diri, Yang Haoran langsung menyodorkan dua kotak kayu berukuran 9 x 9 cun, yang beratnya mencengangkan. (9 cun setara dengan 30 cm).Sreet!Ada dua kotak, disusun sehingga tinggi. Bau-bau seperti logam berharga menguar, membuat detak jantung Yan Wei berpacu lebih cepat. Sementara itu, dua kotak yang disusun diatas meja itu memiliki tampiran berwarna hitam dan bergradasi merah dengan motif rumit.Meski belum membuka kotak itu dan melihat isi di dalamnya,ada perasaan gembira yang luar biasa menyelimuti Yan Wei, da
Ilmu Pedang Tujuh Bintang, yang merupakan salah satu seni pedang paling disegani hormati di Sekte Wudang, karena memang memiliki kekuatan yang luar biasa.Namun, kekuatan mematikan seni pedang ini akan berkurang jika dipraktikkan dalam pertempuran solo. Inilah yang terjadi saat Yan Wei, dengan keberanian yang luar biasa, ia melancarkan serangan tunggal pada sosok asing di jalanan yang sepi dan lengang, pada malam yang sudah larut.Dalam setiap tusukan pedang yang ia eksekusi, Yan Wei sempat menganalisa serangannya. Dengan napas yang memburu, ia mengeluh dalam hati, "Aku hanya bisa menggunakan Seni Pedang ini secara solo, kesalahan terbesarku adalah menyepelekan banyak teknik pedang tunggal dari Sekte Wudang, yang seharusnya aku pelajari sejak usia dini!"Saat bayangan tubuhnya berkelebat cepat seperti kilat, bilah pedangnya berubah menjadi sinar berwarna putih yang berbahaya, menyerupai bintang di langit malam. Namun, di tengah kecepatan dan kekuatan itu, Yan Wei tenggelam dalam rasa
Konon, Xuanmen Jianfa—atau Seni Pedang Xuanmen—dikenal sebagai salah satu jurus pedang paling mematikan dari Sekte Wudang.Selama separo perjalanan hidupnya, Rong Guo, yang melarikan diri dari Sekte Wudang bersama Imam Zhang, ia telah mempelajari beberapa seni pedang paling mematikan dan merupakan seni pedang yang paling tinggi dari sekte tersebut.Pada masa-masa pelariannya, ketika malam tiba dan doa-doa suci dibacakan, Imam Zhang sering menyelipkan teori-teori seni pedang Sekte Wudang dalam bentuk senandung. Hal ini dilakukan agar Rong Guo dapat lebih mudah mengingat teori pedang tersebut.Imam Zhang dengan hati-hati mengajarkan Rong Guo untuk menghafal teori pedang dalam bentuk senandung, mirip dengan doa. Tujuannya adalah agar jika ada orang yang mencuri dengar pembicaraan mereka, mereka tidak akan mencurigai bahwa senandung yang mirip dengan doa-doa Tao itu sebenarnya adalah teori jurus pedang yang sangat mematikan. Di zaman itu, banyak mata-mata yang selalu mencari celah untuk m
Sejak fajar menyingsing, Gedung Pelelangan Koi Keberuntungan yang megah telah tertata rapi dan dipenuhi dekorasi indah. Bendera-bendera dengan hiasan bersulamkan nama keluarga Murong telah berjejer rapi di sepanjang jalan menuju aula itu, tampak bergerak mengikuti hembusan angin, sehingga suasana terasa meriah dan bersemangat. Darah setiap orang yang memasuki halaman gedung di acara pelelangan itu seketika mendidih, dipenuhi oleh rasa antusiasme yang tak terbendung.Meski pintu gedung aula pelelangan yang menampung seribu orang belum dibuka, namun banyak orang sudah antri, sambil melihat-lihat. Percakapan terjadi di sana-sini, membuat suara-suara bising tak terbendung."Informasi tentang lokasi keberadaan Refiner Zhou Lianghua yang fenomenal itu adalah titik puncak dalam pelelangan ini!" ujar seseorang dengan penuh semangat. Dia berjalan dengan seorang pria lain sambil melihat-lihat poster dan lukisan di dinding lobby. Mereka berdua adalah kultivator dari Skete Bintang Empat, aliran p
"Hei Zhaoyun!" teriak seseorang dari kerumunan."Siapa Hei Zhaoyun itu?" bisik orang lain, "Mengapa penampilannya begitu mengerikan?"Suara kerumunan orang yang menonton begitu ribut. Dalam keadaan yang mencekam, mereka bertanya-tanya, siapa sesungguhnya sosok yang kini sudah duduk di peti mati, dan menatap dingin ke sekeliling. Aura misterius dan menyeramkan terpancar dari dirinya, membuat udara sekitar menjadi lebih dingin.Sejurus kemudian, sosok berpenampilan aneh dan nyentrik yang disebut Hei Zhaoyun itu tiba-tiba saja sudah berdiri, seolah-olah gravitasi bumi tidak berpengaruh buat dirinya. Dalam gerakan yang kaku, ia melangkah sekilas seperti melayang, dan dalam sekejap sudah berdiri di depan para penerima tamu."U-undangan Anda, mohon diperlihatkan... T-tuan mewakili Sekte mana?" tanya penyambut tamu di pintu aula dengan suara gemetar. Pria muda dan gadis muda itu sudah berkeringat dingin. Keduanya ingin menatap sosok pria aneh itu, namun mereka ketakutan."Hei Zhaoyun dari Se
Pada akhirnya, setelah seorang Tuan muda berwajah tampan dari Klan Tang dengan percaya diri menyebutkan jumlah koin emas sebanyak seribu lima ratus, ruangan itu seketika hening. Tak ada lagi yang berani menawar.Klan Tang adalah salah satu dari Empat Keluarga Bangsawan yang berkuasa di Ibukota. Tiga Klan lainnya adalah Klan Murong, Klan Zhao dan Klan Xiao. Mereka berempat dijuluki sebagai Keluarga Bangsawan Empat Musim. Mengapa dinamakan Empat Keluarga Empat Musim? Jawabannya sederhana, karena masing-masing dari mereka mewakili Musim Semi, Panas, Musim Gugur, dan Musim Dingin.Di Kekaisaran Yue Chuan, ada empat musim yang mempengaruhi kehidupan orang banyak. Oleh karena itu, empat keluarga di ibukota ini memiliki pengaruh yang sangat besar di Kekaisaran ini, sama seperti empat musim yang mengatur alam.Pada saat itu, Sun Meiling, murid tertua Biarawati Junhu, berbisik dengan nada penuh hasutan. "Guru, mengapa kita tidak membeli manual Seni Telapak Tangan Kosong Cengkeraman Langit itu?
"Lima belas ribu koin emas untuk manual kelas Huobo?" seru seorang pria dengan nada tak percaya. "Apakah anak muda itu sudah kehilangan akal sehatnya? Itu harga yang sangat tinggi, bahkan untuk standar manusla Huobo yang paling mahal!"Sementara itu, orang-orang lain di ruangan itu sibuk membahas sosok tuan muda yang berani membeli manual Talisman dengan harga yang tinggi itu. Suasana menjadi riuh, dan desas-desus mulai beredar."Siapa gerangan tuan muda itu?" tanya seorang wanita dengan rasa penasaran yang mendalam. "Apakah dia dari Keluarga Bangsawan Empat Musim? Atau mungkin dari Keluarga Zhao? Atau, bisa jadi, dia dari Keluarga Xiao?"Pada saat itu, dari semua keluarga bangsawan Empat Musim, hanya Keluarga Zhao dan Keluarga Xiao saja yang belum beraksi dalam tawar menawar. Mereka tampaknya bersembunyi dalam kerumunan, sepertinya menunggu, dan mengamati, seperti elang siap menerkam mangsa."Keluarga Tang baru saja membeli sebuah manual yang diwakili oleh Tang Wei," kata seorang pria
Ternyata, orang yang berani menawar sebanyak seratus lima puluh ribu koin emas adalah Hei Zhaoyun, seorang Wakil Pemimpin dari sekte Makam Neraka."Bagaimana bisa, manusia kuburan itu benar-benar memiliki uang sebanyak itu?" tanya seorang peserta lelang dengan nada penuh keheranan. "Betapa beruntungnya sekte aliran sesat itu! Dunia persilatan pasti akan terguncang jika sekte Makam Neraka yang berhasil memperoleh petunjuk keberadaan Refiner Zhou Lianghua!"Keadaan di ruangan lelang menjadi tegang, karena kebanyakan peserta dari sekte aliran Putih tampaknya tidak bisa menerima kenyataan jika pemenang lelang utama adalah Hei Zhaoyun.Para Wakil Pemimpin Sekte aliran putih melempar tatapan penuh kebencian secara terang-terangan, ketika Hei Zhouyun dengan tangannya yang kurus dan pucat mengambil token petunjuk dimana Refiner Spiritual itu berada.Meskipun begitu, tak ada seorangpun yang berani membuat keributan. Semua orang menghormati Keluarga Bangsawan Murong selaku penyelenggara pelelan
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa
Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta
Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m
Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!
Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s