Share

Selamat Tinggal

Penulis: Maheera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-22 19:26:06

"Kadang memilih pergi bukan karena tak ingin berjuang. Akan tetapi, karena merasa sesuatu itu tidak pantas diperjuangkan."

=================

Aroma masakan menguar dari arah dapur. Sesekali terdengar suara air dan denting sendok beradu dengan wajan. Suara itu terdengar ke telinga Lintang, meski samar. Wanita tersebut mengendus memastikan aroma yang menggelitik hidungnya. Dia meraih weker yang ada di atas meja kecil di samping ranjang. Dahinya berkerut saat jam menunjukkan pukul delapan pagi. Siapa yang memasak di dapurnya sepagi ini? Di rumah, mereka tidak memiliki asisten rumah tangga. Lintang masih mampu menangani pekerjaan rumah sendiri. Hidup yang keras di masa kecil mengajarinya agar tidak bergantung kepada orang lain.

Didorong rasa penasaran, Lintang bangkit dari ranjang, lalu mengikat rambut panjangnya asal. Wanita itu melangkah keluar dari kamar setelah mencuci mukanya terlebih dahulu. Saat melintas di depan kamar tamu--tempat Arsen tidur setelah pria itu menjatuhkan talak--dia berhenti. Pintu kamar pria itu masih tertutup rapat, jadi kemungkinan Arsen yang memasak sangat kecil.

Lintang kembali melangkah ke dapur. Hampir saja dia memaki sosok yang kini sedang berkutat di dapur, sibuk menyiapkan masakan yang menguarkan aroma sedap. Belum tiga hari perselingkuhan mereka terbongkar, pagi ini Anita begitu berani datang dan menguasai dapurnya. Lintang menyesali diri yang begitu mudah memberi kunci duplikat untuk wanita tersebut, memberi akses keluar masuk dengan bebas.

"Rupanya kau memang bermuka tebal!" sindir Lintang ketus.

Anita berbalik dan langsung mendapati manik Lintang yang menajam ke arahnya. "Maaf ... aku hanya ingin menyiapkan sarapan untuk kalian. Sebagai permintaan maaf."

Lintang terperangah mendengar jawaban Anita. Mungkin otak wanita itu sudah bergeser jauh. Sebuah pengkhianatan akan dimaafkan dengan menyiapkan sebuah sarapan? Wanita itu sudah gila rupanya.

"Aku ... aku tau kau masih marah. Karena itu aku datang kemari ingin meminta maaf. Tak bisakah kita bicara dengan kepala dingin?" pinta Anita pelan .

Lintang menggeleng tak percaya. Takjub dengan keberanian wanita di hadapan, lebih tepatnya heran dengan rasa malu yang sudah hilang dari hati si wanita. "Kepala dingin? Coba saja kau berada di posisiku, apa kau masih bisa menghadapi seorang pencuri dengan kepala dingin? Pencuri yang kupungut dari tempat sampah!"

"Apa jatuh cinta itu salah?" tanya Anita mencoba menantang, dia meremas jemari yang terjalin di depan dada.

Tawa Lintang tersembur keluar mendengar pertanyaan Anita. Miris dengan pertanyaan yang dilontarkan wanita tersebut. Apa dia lupa sedang bertanya dengan siapa? Ingin rasanya Lintang menghampiri, lalu mencakar wajah yang tampak tak berdosa itu, menjambak rambutnya dan mematahkan tangan yang entah berapa kali menjamah tubuh Arsen. Akan tetapi, dia masih mampu menahan diri. Tak ingin mengotori tangannya lagi.

"Tidak salah jika yang kau cintai itu pria single. Bukan seorang suami dan ayah dari seseorang yang mengangkat derajatmu!" jawab Lintang ketus.

"Tapi, Mas Arsen tidak menolakku. Artinya dia tidak masalah," sergah Anita lebih berani.

Mendengar jawaban tersebut membuat ketenangan yang dibangun Lintang runtuh seketika. Wanita itu meradang, tubuhnya seolah sedang terbakar dari dalam, membuat darahnya mendidih seketika. Dia hendak bergerak maju ingin menuntaskan apa yang dirancang benaknya dari tadi. Akan tetapi, tangan wanita tersebut dicengkeram kuat seseorang. Dia menoleh dan melihat Arsen yang entah sejak kapan ada di sampingnya.

"Bagus kau datang. Atur jalangmu agar tidak seenaknya keluar masuk rumah ini. Setidak nya sampai aku keluar dari sini!" Lintang berkata dengan intonasi tinggi, menahan gelegak emosi yang membakar dada.

Setelah mengucap itu, Lintang menyentak tangan Arsen kasar, hingga terlepas. Melirik sinis sebentar ke arah keduanya, lalu melangkah pergi menuju kamar. Begitu pintu kamar ditutup, air matanya kembali jatuh tanpa dikomando. Tubuh wanita itu merosot luruh ke lantai. Tangisnya kembali pecah. Membekap mulutnya kuat dengan kedua tangan, tak ingin tangis itu terdengar keluar. Dia tak peduli apa yang dilakukan dua orang itu di luar sana. Keputusannya semakin bulat untuk berpisah. Arsen seakan sudah takluk pada Anita, hingga tak terdengar sepatah kata menegur wanita tersebut. Mungkin juga kedatangannya ide sang pria, berharap bisa meluluhkan hatinya. Namun, mereka salah. Tekadnya semakin bulat untuk berpisah, karena akal sehatnya bisa hilang jika terus bertahan di rumah itu lebih lama lagi.

*

Lintang tersenyum melihat putrinya yang mulai belajar berjalan. Dalam hati dia bersyukur memiliki malaikat kecil itu di hidupnya. Hanya dia penguatnya sekarang. Alasan wanita itu masih bisa tersenyum, membuat kewarasannya tetap terjaga. Dia mengalihkan pandangan ke cermin yang memantulkan bayang dirinya. Sesosok wanita dengan tinggi semampai dalam balutan kemeja putih dan jeans berwarna telur asin. Rambut panjangnya diikat tinggi menyerupai ekor kuda. Tak ada riasan berarti di wajahnya, hanya lipstik berwarna merah darah yang membuat wajahnya tidak terlihat pucat.

Lintang mencoba menarik kedua sudut bibirnya, membentuk lengkung bulan sabit. Senyum itu terukir, tetapi tidak sempurna. Tidak ada ketulusan di sana, bahkan sorot mata tak bisa berbohong, menceritakan jika dia tidak baik-baik saja. Cepat Lintang memalingkan wajah, menatap kembali putrinya yang merangkak menghampiri dirinya.

"Hai, Sayang ... siap hidup bersama bunda?" lirihnya dengan suara tercekat, menelusuri wajah mungil sang putri.

Sang putri yang berusia delapan bulan itu hanya tersenyum sambil meraba pipi Lintang. Dia mengusap hidung dan mata wanita itu, seolah mengajak wanita yang telah rapi itu melupakan gundahnya. Lintang mencium pipi gempil putrinya. Matanya kembali memanas karena sensasi ngilu di dalam dada seolah ada yang meremas di sana. Membayangkan sang putri akan hidup tanpa didampingi sosok seorang ayah. Lagi-lagi hatinya tersayat luka. Perih dan menyiksa. Akan tetapi, dia kembali menguatkan diri, mensugesti hati jika dia mampu berdiri dan bangkit dari keterpurukan ini.

Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Memperhatikan setiap detail ruangan yang mungkin nanti ditempati wanita lain. Sesak kembali berbondong-bondong menghampiri hatinya, tak ingin larut dalam kesedihan, dia menyeret koper keluar dari kamar tersebut sambil menggendong sang putri dengan tangan kanan.

"Sayang ...." Langkah Lintang tertahan memdengar suara Arsen.

Pria itu mendekat perlahan. Mengikis jarak yang dibentangkan Lintang. Lama dia menatap wajah sang wanita membuat Lintang memalingkan wajah ke arah lain. Dia tak ingin luluh. Cukup sekali Arsen menoreh luka.

"Sekali lagi, pikirkanlah kembali. Meski ada Anita, tetapi perasaanku tak berubah. Kau tetap yang utama di hatiku," ujar Arsen memelas berharap wanita tersebut berubah pikiran.

"Maaf, aku sudah capek membahas ini. Kau tau aku tidak akan berubah pikiran. Jadi hentikan," tolak Lintang tegas.

Arsen mengembuskan napas lelah. Pendirian Lintang sangat kuat, bahkan wanita itu berkata tanpa ada getar ragu di nada suaranya. "Setidaknya tetaplah tinggal di rumah ini. Jangan pergi,"

Lintang menggeleng cepat. "Aku tidak mau tinggal di rumah yang pernah dipakai berzina," sahutnya lugas, membuat Arsen bungkam seketika.

Melihat Arsen yang bergeming, membuat Lintang tak ingin berlama-lama bersama sang pria. Dia menyeret kopernya menuju pintu keluar.

"Setidaknya biarkan aku mengantarmu!" seru Arsen mengejar langkah Lintang.

Lintang menulikan telinganya, lagipula di pekarangan telah menunggu mobil sewaan yang dia pesan di aplikasi. Melihat seorang wanita mendekat, sang sopir gegas mengambil kopernya dan memasukkan ke dalam bagasi, sementara Lintang masuk ke dalam mobil tanpa peduli seruan Arsen. Dia menatap sendu dari istana kecilnya ketika mobil bergerak perlahan menjauh, semakin jauh hingga objek pandangan tak lagi terlihat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita yang Kau Sakiti   Pulang

    "Kau tahu apa yang lebih tajam dari pedang dan berbisa dari ular? LidahDia bisa menghancurkan hati dan meluluhlantakkan rasa yang terpatri."===============Mobil yang ditumpangi Lintang berbelok ke sebuah gang kecil dengan jalan berbatu. Daerah tersebut cukup ramai penduduk meski berada di daerah pinggir kota. Di sebuah bangunan bercat putih, sang supir menghentikan mobilnya."Buk, sudah sampai."Lamunan Lintang buyar saat teguran sang sopir menyapa membran telinganya, halus. Perjalanan dua jam terasa sangat singkat, mungkin karena pikiran wanita itu tidak berada di tempatnya. Dia sibuk melanglang buana, menyibak awan yang menutupi kenangan indah kala pernikahannya masih baik-baik saja.Lintang keluar dari mobil setelah membayar tarif yang disebutkan sang sopir. Wanita itu menatap ragu ke arah rumah bercat putih tulang yang berada tepat di hadapan. Ada bimbang yang menggelayuti hati. Dia resah memikirkan reaksi Buk Rima ketika mendengar kegagalan rumah tangganya. Di mata wanita yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • Wanita yang Kau Sakiti   Gayatri

    Hamparan bunga melati dan sedap malam menyambut penglihatan Lintang kala wanita itu membuka kaca jendela kamarnya. Semerbak wangi menyerbu hidungnya, begitu menenangkan. Matahari masih enggan keluar dari peraduan. Hujan deras semalam masih menyisakan udara dingin, yang perlahan menyusup dari celah teralis jendela yang gordennya tersingkap, menyapa lembut kulit Lintang, hingga dia harus menggosok kedua lengannya untuk memberi rasa hangat.Berbalik menatap Gayatri yang masih tidur pulas di atas ranjang. Bayi itu sama sekali tidak terganggu dengan kokok ayam yang terdengar bersahutan. Lintang tersenyum tipis, berjalan mendekat, lalu menyelimuti tubuh mungil dan rapuh itu hingga batas dada. Gayatri sedikit menggeliat merenggangkan tangannya, hanya sebentar setelah itu kembali tertidur.Setelah memastikan putrinya kembali lelap. Lintang berjingkat menjauhi ranjang dan keluar. Berjalan menuju dapur, mendapati Mbak Murni telah berada di sana. Wanita itu terlihat sibuk mengaduk sesuatu di ata

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Wanita yang Kau Sakiti   Jangan Ambil Putriku

    "Meski selalu terlihat baik-baik saja, aku tetaplah aku yang membutuhkan pegangan kala badai menggulung dalam ketidakberdayaan."==============Lintang menekan wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tangis wanita itu pecah kala menceritakan pengkhianatan sang suami di hadapan Handoko--Papa Arsen--Dia membuka kembali lembar demi lembar album pernikahan yang ternoda titik hitam, seperti mengiris perlahan hatinya yang sudah tidak utuh lagi. Wanita itu tidak baik-baik saja, meski beberapa hari ini dia mencoba tegar, mensugesti diri jika dia sanggup menelan pil pahit yang disodorkan Arsen.Nyatanya, dia tetaplah seorang wanita. Di balik pembawaannya yang tegas dan mandiri, Lintang amat sangat rapuh, jiwanya haus kasih sayang yang hilang sejak masa kanak-kanak. Bahtera yang dia harapkan terus mengarungi lautan, harus kandas terhempas puting beliung. Handoko yang mendengar cerita menantunya tersebut hanya diam seraya menatap tajam ke arah Arsen, yang berdiri mematung di hadapan sang papa. Be

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Wanita yang Kau Sakiti   Mati Rasa

    "Luka mampu membuat seseorang terjatuh, lalu merasa tak punya masa depan. Namun, luka juga bisa menempa hati menjadi sekuat baja."=================Lintang menggedor pagar tinggi yang berdiri kokoh di depan rumah Handoko. Wanita itu terus berteriak hingga suaranya berubah serak. Setelah mendengar penolakan Lintang, Handoko memerintahkan satpam membawa wanita itu keluar dari rumahnya, pun Arsen. Pria paruh baya itu tidak mengijinkan Lintang membawa Gayatri, sebelum wanita itu merubah niatnya untuk bercerai. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula, begitulah hidupnya sekarang. Lintang terus berteriak, meski Murni berusaha menenangkannya. Wanita itu ikut menangis melihat kondisi Lintang yang berantakan. Dia hanya bisa memeluk tubuh wanita tersebut yang luruh ke tanah. Keduanya berpelukan sambil menangis sesugukkan, terdengar memilukan bagi siapa yang mendengar."Sudahlah, Mbak. Sebaiknya kita pulang. Gayatri aman di sini. Mbak juga harus pikirkan kesehatanmu?" bujuk Murni sambil menge

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Wanita yang Kau Sakiti   Tertipu

    "Sabarlah hati. Jika kamu dilukai, artinya kamu masih perlu diuji agar tetap kuat menerima segala berkah di masa depan."===========Matahari bersinar sangat garang, seolah-olah ingin menyengat apa saja yang dia sentuh dengan cahayanya. Tak banyak orang berlalu-lalang di tengah teriknya yang terasa membakar kulit. Pun Lintang, wanita itu bahkan mengernyitkan dahinya saat silau menerpa kaca pelindung helmnya. Harusnya tadi pagi dia telah berada di rumah orang tuanya dan mengeluarkan Anita dari sana. Akan tetapi, perdebatan dengan Buk Rima memakan waktu yang cukup lama. Wanita itu menyayangkan kekeraskepalaan Lintang, dia menganggap Ibu Gayatri tersebut terlalu arogan dengan keputusannya, terlalu terburu-buru, sehingga memutuskan sesuatu tanpa berpikir jernih dan dalam.Namun, Lintang menolak mentah-mentah tuduhan tersebut. Baginya, kesalahan apa pun akan termaafkan, tetapi tidak sebuah perselingkuhan. Apalagi dengan jelas keduanya telah berzina. Adanya janin di rahim Anita membuktikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Wanita yang Kau Sakiti   Rumah

    "Kadang, tak cukup satu ujian untuk membuktikan kita pantas atau tidak menerima berkah. Tetapi, ikhlas menerima semua cobaan dan meyakininya sebagai cara Tuhan menyayangi kita."==============Lintang membiarkan sepoi angin membelai rambutnya perlahan. Tatapan wanita itu jatuh pada gulungan mega yang terbias warna saga. Sang bagaskara begitu congkak memamerkan pesonanya pada semesta, selalu saja begitu kala dia hadir ataupun tenggelam. Dia mampu membuat seluruh mata tertuju padanya kala melukis selarik warna jingga di ujung cakrawala.Suara ombak terdengar keras menampar batu karang yang berdiri kokoh, asin laut terasa menyerbu indera penciuman dan meninggalkan rasa lengket di pipi Lintang. Wanita itu menggenggam kunci rumah yang diserahkan Arsen dengan terpaksa. Dia berhasil mendapatkan rumah peninggalan orang tuanya kembali. Dengan tatapan kemarahan Anita, dia meninggalkan kedua orang yang kemudian bersitegang tentang di mana Anita akan tinggal. Dia tak mau tahu apa pun perdebatan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Wanita yang Kau Sakiti   Tidak Mengira

    "Hatiku tak pernah mengenal kata benci, tetapi kau melukai dengan kejam. Kau tanamkan di dadaku sesuatu yang disebut dendam."=============Gedung berlantai tiga tersebut terlihat menyolok di antara bangunan lainnya. Bercat kuning gading dengan tempelan batu alam di empat tiang penyangga canopy, membuat gedung itu terlihat unik. Di pintu masuk bisa dilihat banner yang bertuliskan ucapan selamat datang dan sebuah boneka kucing berwarna emas yang menggerakkan tangannya, seolah memanggil orang-orang datang. Lintang tersenyum melihat mimik lucu boneka tersebut. Memang dialah yang mengusulkan meletakkan boneka plastik itu di sana, selain lucu, menurut kepercayaan orang Cina, kucing emas tersebut penarik rejeki. Awalnya hanya sebuah miniatur, tetapi ketika berjalan-jalan di sebuah mall, tanpa sengaja melihat dan langsung membelinya.Begitu masuk ke dalam gedung, beberapa karyawan percetakan yang mengenal Lintang menganggukkan kepalanya hormat. Mereka rata-rata sudah bekerja selama tiga tah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Wanita yang Kau Sakiti   Sekutu

    "Kita tak bisa mengira seperti apa masa depan. Namun, bisa merencanakannya dengan baik dan pemikiran matang, selanjutnya ... biar Tuhan yang putuskan."=================Lintang menuruni tangga dengan tergesa. Air mata yang dia tahan sejak tadi luruh juga. Wanita itu tidak mengira Arsen tega melakukan semuanya. Pengkhianatan, sandiwara, dan merebut sesuatu yang harusnya menjadi miliknya. Entah di mana Arsen meletakkan nuraninya. Tidakkah pria itu ingat apa yang telah dia korbankan untuk sampai di titik ini? Arsen tahu dengan jelas bagaimana dia jatuh bangun merintis usaha tersebut. Beberapa kali hampir tutup karena orderan yang masuk tidak seberapa, tetapi biaya operasional bangunan tetap harus dikeluarkan. Kalah saing dengan percetakan besar lain yang lebih lengkap sarananya. Namun, itu semua tak menyurutkan semangat Lintang. Mentalnya yang telah terasah mandiri dan kuat sejak kecil, terus menerus mencari cara untuk menutupi semua pengeluaran. Beruntung dia tidak membayar sewa gedu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29

Bab terbaru

  • Wanita yang Kau Sakiti   Setelah Bertahun Berlalu

    Pekarangan rumah yang ditumbuhi pepohonan pinus terlihat rindang. Suara gemericik air yang jatuh ke dalam kolam membuat pendengaran menjadi tenang. Di bawah canopy berwarna biru, di bagian kiri disusun banyak tanaman hias beraneka ragam. Mulai dari mawar, anggrek, kaktus, dan sebangsa daun keladi, lengkap dengan jenis dan warna masing-masing. Seorang wanita yang rambut hitamnya sudah disela uban, terlihat mengamati anak-anak kecil berlarian di pekarangan yang sangat sejuk tadi. Dia beberapa kali ikut tertawa melihat tingkah lucu mereka. Wanita itu adalah Lintang. Setelah bertahun-tahun mengalami cobaan, kemudian menikah dengan Satya, tidak serta-merta membuat hidup Lintang dihujani kebahagiaan. Begitu banyak masalah yang menghadang. Akan tetapi, keduanya bisa melewati kerikil-kerikil tajam dengan berbekal kepercayaan dan cinta yang besar. Saling percaya dan menghormati menjadi kunci keharmonisan rumah tangga mereka. Lintang lagi-lagi tersenyum kecil melihat keriuhan yang tercipta da

  • Wanita yang Kau Sakiti   Halal Bagiku

    "Siapa yang bisa menentang jalan takdir. Bila Dia telah berkehendak, langit dan bumi pun tak akan sanggup menghalangi."==============Lintang meraba dadanya yang kini berdentum-dentum, ada haru yang menyelimuti hatinya. Menatap pantulan diri di dalam cermin, ada seraut wajah yang kini sedang tersenyum bahagia dengan riasan wajah sederhana. Wajah yang dulu kuyu dan menyimpan banyak luka di matanya, kini bersinar bak mentari pagi. Setelah bertahun berlalu, bahagia itu datang menghampiri. Tidak dengan memaksa, tetapi hanya merayu Yang Maha Kuasa dengan doa dan pengabdian tinggi."Ayo, Lintang semua sudah menunggu."Bunda Dewi menghampiri Lintang. Dia membingkai wajah wanita itu dengan kedua telapak tangannya. Senyum tulus dia ukir di wajahnya yang telah menua."Bunda berdoa semoga kebahagiaan ini tak pernah lekang dari hidupmu."Lintang mengangguk pelan, memeluk wanita yang telah berjasa membimbing menjemput hijrahnya. Setetes air mata jatuh tergelincir di pipinya. Tak ada kata yang bis

  • Wanita yang Kau Sakiti   Setahun Perjuangan

    Kamu BagikuBertemu denganmu tak pernah kukira. Memilikimu adalah ingin, jatuh cinta padamu di luar nalar, dan menyandingmu bukan kemampuanku.Engkau laksana cahaya yang kutitipkan pada mentari pagi, hangat, dan menyulut semangat dalam diri. Engkau juga seperti senjakala, membias indah di cakrawala. Cahayamu indah menggugah rahsa, lesapkan gundah di dalam sukma.Hadirmu memberi terang sekaligus tenang. Engkau adalah puncak segala keindahan. Cinta ini begitu megah dan tertanam kokoh di dalam dada. Begitu besar inginku milikimu. Tak jemu merayu Sang Pemilik Cinta di sepertiga malam, agar sedia menyandingkan nama kita di lauh mahfuz. Bermimpi merenda cinta penuh makna, saling menggenggam hingga usia menua.Janjiku padamu duhai sang pemilik rahsa. Andai Tuhan takdirkan kita menempuh perjalanan bersama, kujaga setia sampai nadi, lalu memupuk cinta membiarkannya menyemak belukar. Hati ini akan selalu berdebar karenamu, hingga jantungku berhenti berdetak.Setiap helaan napasku akan selalu me

  • Wanita yang Kau Sakiti   Dua Tahun yang Panjang

    Lintang tertawa melihat Gayatri sibuk menangkap kupu-kupu dengan jaring kecil yang terbuat dari potongan jala yang dijepit dengan bambu tipis dan dibuat menyerupai bentuk kerucut. Tawa batita itu berderai-derai ketika kupu-kupu tersebut beterbangan ketika dihampiri. Udara di seputaran komplek olah raga terasa sangat sejuk. Apalagi di kala sore hari. Banyaknya pepohonan besar yang tumbuh berjajar membuat udara terasa sangat rindang. Lintang memperhatikan sekeliling, banyak orang berlalu lalang. Entah hanya untuk menghabiskan sore atau memang sekadar berolah raga. Ada juga yang memang sengaja datang untuk berburu aneka macam kuliner kekinian yang dijual berjejer sepanjang jalan.Pun Lintang. Sejak memutuskan untuk menjauh dari Satya dan masa lalunya yang menyakitkan, wanita itu memilih kota Padang sebagai tempatnya menenangkan diri. Sebuah kota yang terletak di pesisir pantai, dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu padat. Sengaja Lintang memilih kota tersebut, selain penduduknya yan

  • Wanita yang Kau Sakiti   Karma Itu Nyata

    Tangan Anita mengerat memegang pulpen yang diberikan Handoko. Matanya nanar membaca surat perjanjian di atas meja. Hari ini dia diperbolehkan pulang. Sayangnya, tanpa membawa apa pun. Tidak buah hati yang tidak pernah disusui atau lelaki yang dia cintai. Semua kembali ke awal. Dia masuk seorang diri, kini keluar pun sebagai fakir."Tunggu apalagi? Makin lama kau menahan, semakin lama pula putramu mendapat penanganan."Suara Handoko menggedor pertahanan Anita yang memang sudah rapuh. Ketegaran yang dia bangun dan terlihat kokoh, sebenarnya sudah keropos sejak awal. Dia saja yang keras kepala bertahan untuk sesuatu yang semu. Kini, keyakinan yang telah disematkan sejak semalam, perlahan melonggar. Bayang-bayang kerinduan kepada putranya kelak, kembali menggoyahkan teguh Anita. "Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu tanda-tanganmu saja." Handoko bangkit dari kursi dan merapikan jasnya. "Jika kau mundur, aku akan minta perawat melepas alat penunjang hidup anakmu""Jangan! Saya moho

  • Wanita yang Kau Sakiti   Kau Tak Pernah Ada

    Anita terenyuh melihat bayinya yang berada di dalam kotak inkubator. Bayi lelaki yang dia kandung selama sembilam bulan terlihat sangat kecil, lemah, dan tidak berdaya. Bahkan, wanita itu takut untuk menyentuhnya saja. Seolah-olah sentuhannya bisa menyakiti bayi tersebut. Anita membekap mulutnya untuk meredam tangis yang pecah sejak masuk ke ruangan NICU. Ada yang berdentang hebat di dada, menyakiti dan membuat ngilu ke sekujur tubuhnya. Anita lemah, dia tidak berdaya melihat buah hatinya tergeletak hanya memakai popok dengan wajah membiru."Bagaimana anak saya, sus?" tanya Anita melihat seorang perawat mendekatinya."Untuk saat ini menunggu keadaannya stabil. Harus segera dilakukan operasi, karena katup jantungnya bocor.""Berapa biaya operasinya?" tanya Anita lagi dengan lirih."Sekitar seratus juta, Buk. Itupun resikonya sangat besar. Setelah operasi harus dilakukan perawatan berkala."Mendengar penjelasan perawat tersebut tubuh Anita seketika lunglai. Tenaganya benar-benar tersed

  • Wanita yang Kau Sakiti   Kesepakatan

    Handoko terdiam, seraya menatap lurus ke depan setelah mendapatkan telepon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Anita telah bangun dari koma. Setelah hampir dua minggu wanita tersebut tidak sadarkan diri, akhirnya dia membuka mata. Ternyata Tuhan tidak akan mengabulkan doa buruk meskipun itu untuk kebaikan. Handoko menganjur nafas panjang dan dalam. Sepertinya dia terpaksa harus bertemu Anita sekali lagi, meski sebenarnya tidak ingin. Melihat wanita itu dia sama sekali tidak respect. Sampai detik ini Handoko masih belum bisa menerima kenyataan bahwa rumah tangga anak dan menantunya telah hancur. Sama seperti Arsen, dia pun menyalahkan Anita sebagai biang keladi dari semua malapetaka itu.Handoko kembali mengalihkan pandangan pada putranya yang sedang duduk di ruang terapis. Baru satu minggu ini lelaki itu mencarikan putranya seorang psikiater karena perubahan psikis Arsen. Sejak bercerai Arsen seperti kehilangan jati dirinya. Dia tidak bersemangat dalam hal apa pun. Ditambah lagi

  • Wanita yang Kau Sakiti   Menyingkirlah

    Anita merasakan pekat menyelimutinya. Bahkan, dia tidak bisa melihat ujung-ujung jemarinya sendiri. Perlahan-lahan dia mulai merasakan sesak, seolah-olah tempat dia berdiri, bergerak semakin menyempit. Anita panik, dia berusaha berjalan, tetapi tidak tahu apakah maju atau mundur karena semua terlihat sama. Wanita itu mulai panik. Dia terduduk dan mulai menangis. Semakin lama tangis Anita semakin kencang. Dia berteriak hendak mengeluarkan sesak di dada. Namun, suaranya seolah-olah tenggelam.Anita semakin panik saat mulai kepayahan menghela napas. Dia merangkak, tetapi buta pada arah. Tiba-tiba saja dari arah sebelah kiri, Seberkas cahaya hadir dan terlihat seperti bintang yang berkelap-kelip di atas langit malam. Wanita itu tersenyum lega dia mulai menumbuhkan sedikitharapan. Dia segera bangkit, lalu bergegas berjalan ke arah sumber cahaya yang terlihat dekat. Langkah Anita semakin cepat, dia bersemangat berlari karena cahaya semakin benderang. Namun, anehnya semakin dikejar jarak se

  • Wanita yang Kau Sakiti   Malam Petaka

    Tubuh Kinanti yang jatuh dari lantai tiga, tepat mengenai meja bartender membuat pengunjung yang berada di sekitar meja berteriak histeris. DJ segera menghentikan musiknya ketika melihat tubuh bos mereka bersimbah darah. Kinanti menggelepar sesaat, lalu diam. Para petugas keamanan segera berlari ke atas untuk mengamankan Arsen dan Anita, setelah orang-orang yang berada di lantai tiga menunjuk mereka sebagai biang keributan. Anita yang shock menurut ketika seorang lelaki berbadan tegap memegang lengannya dan membawa masuk ke dalam ruang kerja Kinanti. Namun, Arsen malah melawan. Dia mengatakan jatuhnya Kinanti murni kecelakaan. Akan tetapi, para petugas keamanan tetap mengamankan si lelaki.Tidak berapa lama mobil ambulan dan polisi datang ke lokasi. Setelah mengambil dokumentasi, petugas medisk segera mengevakuasi tubuh Kinanti masuk ke dalam ambulan. Para pengunjung berdengung berebut ingin melihat sosok pemilik diskotik yang tidak berdaya. Tidak hanya itu, beberapa pemburu berita j

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status