Share

Bukan Pilihan

Penulis: Maheera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-22 19:25:35

"Kau tahu apa yang paling menyakitkan dalam sebuah hubungan?

Menjadi pilihan antara dirimu dan seseorang yang baru dia kenal"

================

Pagi belum sepenuhnya datang. Sisa pekat masih bergelayut di langit yang mulai membiaskan cahaya merah jambu di ufuk timur. Sepertinya sang surya malu-malu beranjak dari peraduan. Aroma tanah basah begitu kentara menggelitik hidung, sementara butiran air setia menggantung di ujung daun, sisa hujan semalam.

Di dalam kamar yang didominasi warna putih, Lintang berbaring di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Lingkar hitam terlihat jelas di bawah mata wanita tersebut, menandakan dia tak pernah tidur cukup waktu. Tentu saja, wanita mana yang bisa tidur dengan tenang, sementara rumah tangganya tidak baik-baik saja.

Semua memori lima tahun terakhir berduyun-duyun datang memenuhi benaknya, menyulut sakit di dada. Sejak memutuskan menikah, Lintang tak pernah membayangkan rumah tangganya akan berakhir dengan perceraian. Wanita itu melakukan apa pun agar rumah tangga mereka--dia dan Arsen--tak tersentuh masalah apa pun. Siapa kira dia kecolongan oleh orang terdekat, seseorang yang tidak dia perhitungan. Lintang merasa dirinya begitu naif, begitu mudah mempercayai orang lain, bahkan memaksa Arsen menerima Anita bekerja di percetakan mereka. Entah bagaimana awal perselingkuhan itu terjadi. Mungkin saat dia lelah dengan kehamilannya yang semakin membesar atau saat dia tengah beristirahat total karna mengalami pendarahan mendekati persalinan.

Lintang tak mau menebak kebusukan keduanya, hanya akan menambah tetesan asam di atas lukanya. Semua telah terjadi dan tak mungkin dihapus lagi. Faktanya, Arsen berhasil menyembunyikan kebusukan itu delapan bulan lamanya. Entah sejauh apa hubungan mereka, tetapi Lintang berani bertaruh keduanya telah sampai pada tahap yang begitu intim.

*

"Tega kau, Mas! Apa kurangku, hingga kau bermain di belakangku? Saat aku tengah meregang nyawa melahirkan putri kita, kau malah berzina dengan wanita itu. Terkutuk kau!" raung Lintang, sekuat hati membendung titik-titik air yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Sayang, maaf ... aku khilaf," pinta Arsen lirih, tetapi dia masih memeluk tubuh Anita yang bergetar ketakutan akibat amukan Lintang.

Lintang berdecih dengan senyum mengejek terbit di bibirnya. Sekilas dia melihat tarikan senyum di sudut bibir Anita, meski tidak kentara. Wanita itu memang ular. Dia bersikap seolah-olah tak berdaya, tetapi itu hanya untuk mendapatkan pembelaan dari Arsen dan suaminya itu begitu gagah berani menyelamatkan wanita licik itu tanpa memikirkan perasaannya.

"Khilaf?! Kau tau ... kalian memang pantas bersama. Kotoran memang harus berada di tempat sampah dan kau tidak hanya memungut, tetapi menjilat sampah dengan lidahmu. Kau cocok bersanding dengan pelacur itu," tuding Lintang rendah, tetapi terdengar tajam menusuk membran telinga Arsen.

"Lintang!" seru Arsen, wajah pria itu merah padam menahan marah. Ucapan sang istri menohok hatinya membuat dia meradang. "Jaga bicaramu, Anita tidak seperti itu."

"Oh ya?!" Lintang tersenyum kecut, lagi Arsen membentaknya demi membela selingkuhannya. "Lalu apa gelar yang pantas kusematkan pada kalian berdua? Sebutan apa yang pantas untuk wanita penggoda suami orang lain? Dan yang lebih menyakitkan orang itu yang memungutnya dari jalanan," lanjutnya dengan suara bergetar.

Arsen melepaskan pelukannya pada tubuh Anita, menyembunyikan wanita itu di balik punggungnya, seolah tatapan sang istri bisa melukainya. "Kami saling mencintai," aku Arsen menatap Lintang dengan sorot sendu, seolah meminta pemakluman atas pengakuannya.

Lintang tertawa keras mendengar pengakuan sang suami. Sangat keras, hingga air mata yang dia tahan sejak tadi tergelincir jatuh di pipi. Pengakuan Arsen seperti anak panah yang mengandung racun yang melesat tepat ke jantungnya, menciptakan ngilu yang perlahan menggerogoti tubuh. Dia bahkan sekuat tenaga mengokohkan pijakan pada lantai marmer agar tak jatuh. Tak ingin terlihat lemah dan menyedihkan, tidak di depan dua pecundang itu.

"Cinta ... begitu mudah kau mengucapkan itu, Mas," ejek Lintang dengan tawa masih tersisa di wajahnya. Perlahan wanita itu menyusut kasar air matanya, menenangkan dada yang bergemuruh diamuk rasa marah dan kecewa.

"Ceraikan aku ...," ucap Lintang pelan, tetapi ada ketegasan di sana.

Arsen menggeleng tak percaya, meski sempat terlintas jika Lintang meminta hak seperti itu, tapi dia tak pernah mengira mendengar secepat ini. "Tidak! Aku tidak akan pernah menceraikanmu. Aku mencintaimu, Lintang."

"Cinta?! Persetan dengan cinta. Simpan saja cinta busukmu itu untuk wanita itu, aku tidak sudi," dengkus Lintang tajam. "Ceraikan aku atau kulaporkan kalian dengan tuduhan perzinahan. Kau tau apa konsekuensinya. Tidak hanya secara hukum negara, tetapi juga hukuman sosial. Jangan kira aku akan diam saja," ancamnya dengan nada dingin.

"Jangan mencoba, Lintang. Ini hanya masalah sepele."

"Sepele?! Berzina dengan wanita lain kau bilang sepele? Kau seperti penjahat kelamin. Aku tak sudi berbagi dengan sampah!"

"Cukup, Lintang. Kau tak mengerti apa yang kami rasakan. Jika kau ingin perceraian, maka kau dapatkan. Aku menalakmu hari ini juga!"

Lintang terperangah mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Arsen. Dia hanya menggertak saja, siapa kira pria itu meluluskan begitu saja. Pun Arsen terkesiap mendengar suaranya sendiri. Menceraikan Lintang adalah hal terakhir yang akan dia lakukan di dunia. Dia sangat mencintai wanita tersebut, tetapi ucapan Lintang begitu pedas sekaligus tajam, memprovokasi harga dirinya sebagai pria. Kini yang tersisa adalah penyesalan karena telah mengucapkan kalimat terkutuk itu.

"Baiklah ... terima kasih." Lintang menganjur napas panjang dan dalam, seraya mengelap sisa air matanya. "Aku tak punya kepentingan lagi di sini." Sekuat tenaga dia mengumpulkan puing kekuatannya, lalu perlahan meninggalkan rumah itu, rumah yang selalu menorehkan luka.

*

"Sayang ...." Suara yang sangat dia kenali menyapa gendang telinga, Arsen. Mencabut jalinan ingatan kelam beberapa hari yang lalu, yang hampir terhubung sempurna.

Terdengar langkah kaki mendekat, begitu pelan. Sepertinya dia ragu untuk mendekat. Lintang segera menyibak selimut dan duduk di pinggir ranjang, dia menunggu.

"Apa keputusanmu tidak bisa diubah lagi?" Arsen berdiri tepat di belakang Lintang, di sisi ranjang yang lain.

Lintang hanya diam, tak berminat menjawab pertanyaan pria itu. Untuk apa Arsen bertanya tentang keputusannya, bukankah dia sudah menjatuhkan talak untuknya. Artinya, tidak ada lagi yang harus dipertanyakan.

Tak mendapat jawaban dari Lintang, Arsen bergerak mendekat. Dia menjatuhkan lutut tepat di hadapan wanita bersorot teduh itu. Gemetar tangannya meraih tangan si wanita, lalu menyatukan dalam genggamannya. Sementara Lintang hanya menatap lurus ke depan, menghindari tatapan sang pria.

"Jangan pergi ... aku masih mencintaimu," lirih suara Arsen terdengar memohon, "kasihan putri kita," imbuhnya pelan.

Lintang mendengkus pelan saat Arsen menyinggung putri mereka. Seulas senyum tipis terukir di bibirnya. "Apa kau memikirkan putri kita saat memgkhianatiku? Aku rasa tidak! Jangan jadikan dia senjata untuk memaklumi perbuatanmu," sahutnya sinis.

"Setidaknya beri aku kesempatan. Aku masih sangat mencintaimu, Lintang." Arsen mengecup pelan dan lama tangan sang wanita dalam genggaman. Akan tetapi, Lintang segera menarik kedua tangannya, dia berdiri, berjalan menuju jendela kamar yang berada tepat di hadapan.

Wajah ayu milik Lintang terlihat jelas saat terpapar cahaya matahari yang mulai merangkak naik. Rautnya begitu sendu, sorot mata wanita itu kosong dan jauh. Arsen bangkit, meremas rambutnya dengan mata memerah. Dia frustasi dengan keadaan ini, tidak ingin kehilangan Lintang.

"Jangan mendekat!" tolak Lintang saat mendengar langkah Arsen, membuat pria tersebut urung melangkah.

Lintang berbalik dengan bersedekap. "Keputusanku final. Aku akan keluar dari rumah ini. Segera urus surat perceraian kita, agar semua cepat selesai," pintanya dengan raut datar.

Arsen menggeleng. "Tidak adakah kesempatan untukku? Tak bisakah aku memiliki kalian berdua?" Pria itu memohon dengan nada memelas.

Lintang menggeleng pelan dengan raut tidak percaya di wajahnya. Begitu mudah Arsen mengatakan hal seperti itu. "Bukan tak bisa ... aku yang tidak mau. Aku tidak sudi hidup dengan para pengkhianat," tolaknya tajam, menghujam tepat ke manik milik Arsen, membuat pria itu diam tanpa mampu menyanggah.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
btul lintang cerai jijik sekali lihat suami lgi bercinta sama wanita lain
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita yang Kau Sakiti   Selamat Tinggal

    "Kadang memilih pergi bukan karena tak ingin berjuang. Akan tetapi, karena merasa sesuatu itu tidak pantas diperjuangkan."=================Aroma masakan menguar dari arah dapur. Sesekali terdengar suara air dan denting sendok beradu dengan wajan. Suara itu terdengar ke telinga Lintang, meski samar. Wanita tersebut mengendus memastikan aroma yang menggelitik hidungnya. Dia meraih weker yang ada di atas meja kecil di samping ranjang. Dahinya berkerut saat jam menunjukkan pukul delapan pagi. Siapa yang memasak di dapurnya sepagi ini? Di rumah, mereka tidak memiliki asisten rumah tangga. Lintang masih mampu menangani pekerjaan rumah sendiri. Hidup yang keras di masa kecil mengajarinya agar tidak bergantung kepada orang lain. Didorong rasa penasaran, Lintang bangkit dari ranjang, lalu mengikat rambut panjangnya asal. Wanita itu melangkah keluar dari kamar setelah mencuci mukanya terlebih dahulu. Saat melintas di depan kamar tamu--tempat Arsen tidur setelah pria itu menjatuhkan talak--di

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Wanita yang Kau Sakiti   Pulang

    "Kau tahu apa yang lebih tajam dari pedang dan berbisa dari ular? LidahDia bisa menghancurkan hati dan meluluhlantakkan rasa yang terpatri."===============Mobil yang ditumpangi Lintang berbelok ke sebuah gang kecil dengan jalan berbatu. Daerah tersebut cukup ramai penduduk meski berada di daerah pinggir kota. Di sebuah bangunan bercat putih, sang supir menghentikan mobilnya."Buk, sudah sampai."Lamunan Lintang buyar saat teguran sang sopir menyapa membran telinganya, halus. Perjalanan dua jam terasa sangat singkat, mungkin karena pikiran wanita itu tidak berada di tempatnya. Dia sibuk melanglang buana, menyibak awan yang menutupi kenangan indah kala pernikahannya masih baik-baik saja.Lintang keluar dari mobil setelah membayar tarif yang disebutkan sang sopir. Wanita itu menatap ragu ke arah rumah bercat putih tulang yang berada tepat di hadapan. Ada bimbang yang menggelayuti hati. Dia resah memikirkan reaksi Buk Rima ketika mendengar kegagalan rumah tangganya. Di mata wanita yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • Wanita yang Kau Sakiti   Gayatri

    Hamparan bunga melati dan sedap malam menyambut penglihatan Lintang kala wanita itu membuka kaca jendela kamarnya. Semerbak wangi menyerbu hidungnya, begitu menenangkan. Matahari masih enggan keluar dari peraduan. Hujan deras semalam masih menyisakan udara dingin, yang perlahan menyusup dari celah teralis jendela yang gordennya tersingkap, menyapa lembut kulit Lintang, hingga dia harus menggosok kedua lengannya untuk memberi rasa hangat.Berbalik menatap Gayatri yang masih tidur pulas di atas ranjang. Bayi itu sama sekali tidak terganggu dengan kokok ayam yang terdengar bersahutan. Lintang tersenyum tipis, berjalan mendekat, lalu menyelimuti tubuh mungil dan rapuh itu hingga batas dada. Gayatri sedikit menggeliat merenggangkan tangannya, hanya sebentar setelah itu kembali tertidur.Setelah memastikan putrinya kembali lelap. Lintang berjingkat menjauhi ranjang dan keluar. Berjalan menuju dapur, mendapati Mbak Murni telah berada di sana. Wanita itu terlihat sibuk mengaduk sesuatu di ata

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Wanita yang Kau Sakiti   Jangan Ambil Putriku

    "Meski selalu terlihat baik-baik saja, aku tetaplah aku yang membutuhkan pegangan kala badai menggulung dalam ketidakberdayaan."==============Lintang menekan wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tangis wanita itu pecah kala menceritakan pengkhianatan sang suami di hadapan Handoko--Papa Arsen--Dia membuka kembali lembar demi lembar album pernikahan yang ternoda titik hitam, seperti mengiris perlahan hatinya yang sudah tidak utuh lagi. Wanita itu tidak baik-baik saja, meski beberapa hari ini dia mencoba tegar, mensugesti diri jika dia sanggup menelan pil pahit yang disodorkan Arsen.Nyatanya, dia tetaplah seorang wanita. Di balik pembawaannya yang tegas dan mandiri, Lintang amat sangat rapuh, jiwanya haus kasih sayang yang hilang sejak masa kanak-kanak. Bahtera yang dia harapkan terus mengarungi lautan, harus kandas terhempas puting beliung. Handoko yang mendengar cerita menantunya tersebut hanya diam seraya menatap tajam ke arah Arsen, yang berdiri mematung di hadapan sang papa. Be

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Wanita yang Kau Sakiti   Mati Rasa

    "Luka mampu membuat seseorang terjatuh, lalu merasa tak punya masa depan. Namun, luka juga bisa menempa hati menjadi sekuat baja."=================Lintang menggedor pagar tinggi yang berdiri kokoh di depan rumah Handoko. Wanita itu terus berteriak hingga suaranya berubah serak. Setelah mendengar penolakan Lintang, Handoko memerintahkan satpam membawa wanita itu keluar dari rumahnya, pun Arsen. Pria paruh baya itu tidak mengijinkan Lintang membawa Gayatri, sebelum wanita itu merubah niatnya untuk bercerai. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula, begitulah hidupnya sekarang. Lintang terus berteriak, meski Murni berusaha menenangkannya. Wanita itu ikut menangis melihat kondisi Lintang yang berantakan. Dia hanya bisa memeluk tubuh wanita tersebut yang luruh ke tanah. Keduanya berpelukan sambil menangis sesugukkan, terdengar memilukan bagi siapa yang mendengar."Sudahlah, Mbak. Sebaiknya kita pulang. Gayatri aman di sini. Mbak juga harus pikirkan kesehatanmu?" bujuk Murni sambil menge

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Wanita yang Kau Sakiti   Tertipu

    "Sabarlah hati. Jika kamu dilukai, artinya kamu masih perlu diuji agar tetap kuat menerima segala berkah di masa depan."===========Matahari bersinar sangat garang, seolah-olah ingin menyengat apa saja yang dia sentuh dengan cahayanya. Tak banyak orang berlalu-lalang di tengah teriknya yang terasa membakar kulit. Pun Lintang, wanita itu bahkan mengernyitkan dahinya saat silau menerpa kaca pelindung helmnya. Harusnya tadi pagi dia telah berada di rumah orang tuanya dan mengeluarkan Anita dari sana. Akan tetapi, perdebatan dengan Buk Rima memakan waktu yang cukup lama. Wanita itu menyayangkan kekeraskepalaan Lintang, dia menganggap Ibu Gayatri tersebut terlalu arogan dengan keputusannya, terlalu terburu-buru, sehingga memutuskan sesuatu tanpa berpikir jernih dan dalam.Namun, Lintang menolak mentah-mentah tuduhan tersebut. Baginya, kesalahan apa pun akan termaafkan, tetapi tidak sebuah perselingkuhan. Apalagi dengan jelas keduanya telah berzina. Adanya janin di rahim Anita membuktikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Wanita yang Kau Sakiti   Rumah

    "Kadang, tak cukup satu ujian untuk membuktikan kita pantas atau tidak menerima berkah. Tetapi, ikhlas menerima semua cobaan dan meyakininya sebagai cara Tuhan menyayangi kita."==============Lintang membiarkan sepoi angin membelai rambutnya perlahan. Tatapan wanita itu jatuh pada gulungan mega yang terbias warna saga. Sang bagaskara begitu congkak memamerkan pesonanya pada semesta, selalu saja begitu kala dia hadir ataupun tenggelam. Dia mampu membuat seluruh mata tertuju padanya kala melukis selarik warna jingga di ujung cakrawala.Suara ombak terdengar keras menampar batu karang yang berdiri kokoh, asin laut terasa menyerbu indera penciuman dan meninggalkan rasa lengket di pipi Lintang. Wanita itu menggenggam kunci rumah yang diserahkan Arsen dengan terpaksa. Dia berhasil mendapatkan rumah peninggalan orang tuanya kembali. Dengan tatapan kemarahan Anita, dia meninggalkan kedua orang yang kemudian bersitegang tentang di mana Anita akan tinggal. Dia tak mau tahu apa pun perdebatan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Wanita yang Kau Sakiti   Tidak Mengira

    "Hatiku tak pernah mengenal kata benci, tetapi kau melukai dengan kejam. Kau tanamkan di dadaku sesuatu yang disebut dendam."=============Gedung berlantai tiga tersebut terlihat menyolok di antara bangunan lainnya. Bercat kuning gading dengan tempelan batu alam di empat tiang penyangga canopy, membuat gedung itu terlihat unik. Di pintu masuk bisa dilihat banner yang bertuliskan ucapan selamat datang dan sebuah boneka kucing berwarna emas yang menggerakkan tangannya, seolah memanggil orang-orang datang. Lintang tersenyum melihat mimik lucu boneka tersebut. Memang dialah yang mengusulkan meletakkan boneka plastik itu di sana, selain lucu, menurut kepercayaan orang Cina, kucing emas tersebut penarik rejeki. Awalnya hanya sebuah miniatur, tetapi ketika berjalan-jalan di sebuah mall, tanpa sengaja melihat dan langsung membelinya.Begitu masuk ke dalam gedung, beberapa karyawan percetakan yang mengenal Lintang menganggukkan kepalanya hormat. Mereka rata-rata sudah bekerja selama tiga tah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27

Bab terbaru

  • Wanita yang Kau Sakiti   Setelah Bertahun Berlalu

    Pekarangan rumah yang ditumbuhi pepohonan pinus terlihat rindang. Suara gemericik air yang jatuh ke dalam kolam membuat pendengaran menjadi tenang. Di bawah canopy berwarna biru, di bagian kiri disusun banyak tanaman hias beraneka ragam. Mulai dari mawar, anggrek, kaktus, dan sebangsa daun keladi, lengkap dengan jenis dan warna masing-masing. Seorang wanita yang rambut hitamnya sudah disela uban, terlihat mengamati anak-anak kecil berlarian di pekarangan yang sangat sejuk tadi. Dia beberapa kali ikut tertawa melihat tingkah lucu mereka. Wanita itu adalah Lintang. Setelah bertahun-tahun mengalami cobaan, kemudian menikah dengan Satya, tidak serta-merta membuat hidup Lintang dihujani kebahagiaan. Begitu banyak masalah yang menghadang. Akan tetapi, keduanya bisa melewati kerikil-kerikil tajam dengan berbekal kepercayaan dan cinta yang besar. Saling percaya dan menghormati menjadi kunci keharmonisan rumah tangga mereka. Lintang lagi-lagi tersenyum kecil melihat keriuhan yang tercipta da

  • Wanita yang Kau Sakiti   Halal Bagiku

    "Siapa yang bisa menentang jalan takdir. Bila Dia telah berkehendak, langit dan bumi pun tak akan sanggup menghalangi."==============Lintang meraba dadanya yang kini berdentum-dentum, ada haru yang menyelimuti hatinya. Menatap pantulan diri di dalam cermin, ada seraut wajah yang kini sedang tersenyum bahagia dengan riasan wajah sederhana. Wajah yang dulu kuyu dan menyimpan banyak luka di matanya, kini bersinar bak mentari pagi. Setelah bertahun berlalu, bahagia itu datang menghampiri. Tidak dengan memaksa, tetapi hanya merayu Yang Maha Kuasa dengan doa dan pengabdian tinggi."Ayo, Lintang semua sudah menunggu."Bunda Dewi menghampiri Lintang. Dia membingkai wajah wanita itu dengan kedua telapak tangannya. Senyum tulus dia ukir di wajahnya yang telah menua."Bunda berdoa semoga kebahagiaan ini tak pernah lekang dari hidupmu."Lintang mengangguk pelan, memeluk wanita yang telah berjasa membimbing menjemput hijrahnya. Setetes air mata jatuh tergelincir di pipinya. Tak ada kata yang bis

  • Wanita yang Kau Sakiti   Setahun Perjuangan

    Kamu BagikuBertemu denganmu tak pernah kukira. Memilikimu adalah ingin, jatuh cinta padamu di luar nalar, dan menyandingmu bukan kemampuanku.Engkau laksana cahaya yang kutitipkan pada mentari pagi, hangat, dan menyulut semangat dalam diri. Engkau juga seperti senjakala, membias indah di cakrawala. Cahayamu indah menggugah rahsa, lesapkan gundah di dalam sukma.Hadirmu memberi terang sekaligus tenang. Engkau adalah puncak segala keindahan. Cinta ini begitu megah dan tertanam kokoh di dalam dada. Begitu besar inginku milikimu. Tak jemu merayu Sang Pemilik Cinta di sepertiga malam, agar sedia menyandingkan nama kita di lauh mahfuz. Bermimpi merenda cinta penuh makna, saling menggenggam hingga usia menua.Janjiku padamu duhai sang pemilik rahsa. Andai Tuhan takdirkan kita menempuh perjalanan bersama, kujaga setia sampai nadi, lalu memupuk cinta membiarkannya menyemak belukar. Hati ini akan selalu berdebar karenamu, hingga jantungku berhenti berdetak.Setiap helaan napasku akan selalu me

  • Wanita yang Kau Sakiti   Dua Tahun yang Panjang

    Lintang tertawa melihat Gayatri sibuk menangkap kupu-kupu dengan jaring kecil yang terbuat dari potongan jala yang dijepit dengan bambu tipis dan dibuat menyerupai bentuk kerucut. Tawa batita itu berderai-derai ketika kupu-kupu tersebut beterbangan ketika dihampiri. Udara di seputaran komplek olah raga terasa sangat sejuk. Apalagi di kala sore hari. Banyaknya pepohonan besar yang tumbuh berjajar membuat udara terasa sangat rindang. Lintang memperhatikan sekeliling, banyak orang berlalu lalang. Entah hanya untuk menghabiskan sore atau memang sekadar berolah raga. Ada juga yang memang sengaja datang untuk berburu aneka macam kuliner kekinian yang dijual berjejer sepanjang jalan.Pun Lintang. Sejak memutuskan untuk menjauh dari Satya dan masa lalunya yang menyakitkan, wanita itu memilih kota Padang sebagai tempatnya menenangkan diri. Sebuah kota yang terletak di pesisir pantai, dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu padat. Sengaja Lintang memilih kota tersebut, selain penduduknya yan

  • Wanita yang Kau Sakiti   Karma Itu Nyata

    Tangan Anita mengerat memegang pulpen yang diberikan Handoko. Matanya nanar membaca surat perjanjian di atas meja. Hari ini dia diperbolehkan pulang. Sayangnya, tanpa membawa apa pun. Tidak buah hati yang tidak pernah disusui atau lelaki yang dia cintai. Semua kembali ke awal. Dia masuk seorang diri, kini keluar pun sebagai fakir."Tunggu apalagi? Makin lama kau menahan, semakin lama pula putramu mendapat penanganan."Suara Handoko menggedor pertahanan Anita yang memang sudah rapuh. Ketegaran yang dia bangun dan terlihat kokoh, sebenarnya sudah keropos sejak awal. Dia saja yang keras kepala bertahan untuk sesuatu yang semu. Kini, keyakinan yang telah disematkan sejak semalam, perlahan melonggar. Bayang-bayang kerinduan kepada putranya kelak, kembali menggoyahkan teguh Anita. "Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu tanda-tanganmu saja." Handoko bangkit dari kursi dan merapikan jasnya. "Jika kau mundur, aku akan minta perawat melepas alat penunjang hidup anakmu""Jangan! Saya moho

  • Wanita yang Kau Sakiti   Kau Tak Pernah Ada

    Anita terenyuh melihat bayinya yang berada di dalam kotak inkubator. Bayi lelaki yang dia kandung selama sembilam bulan terlihat sangat kecil, lemah, dan tidak berdaya. Bahkan, wanita itu takut untuk menyentuhnya saja. Seolah-olah sentuhannya bisa menyakiti bayi tersebut. Anita membekap mulutnya untuk meredam tangis yang pecah sejak masuk ke ruangan NICU. Ada yang berdentang hebat di dada, menyakiti dan membuat ngilu ke sekujur tubuhnya. Anita lemah, dia tidak berdaya melihat buah hatinya tergeletak hanya memakai popok dengan wajah membiru."Bagaimana anak saya, sus?" tanya Anita melihat seorang perawat mendekatinya."Untuk saat ini menunggu keadaannya stabil. Harus segera dilakukan operasi, karena katup jantungnya bocor.""Berapa biaya operasinya?" tanya Anita lagi dengan lirih."Sekitar seratus juta, Buk. Itupun resikonya sangat besar. Setelah operasi harus dilakukan perawatan berkala."Mendengar penjelasan perawat tersebut tubuh Anita seketika lunglai. Tenaganya benar-benar tersed

  • Wanita yang Kau Sakiti   Kesepakatan

    Handoko terdiam, seraya menatap lurus ke depan setelah mendapatkan telepon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Anita telah bangun dari koma. Setelah hampir dua minggu wanita tersebut tidak sadarkan diri, akhirnya dia membuka mata. Ternyata Tuhan tidak akan mengabulkan doa buruk meskipun itu untuk kebaikan. Handoko menganjur nafas panjang dan dalam. Sepertinya dia terpaksa harus bertemu Anita sekali lagi, meski sebenarnya tidak ingin. Melihat wanita itu dia sama sekali tidak respect. Sampai detik ini Handoko masih belum bisa menerima kenyataan bahwa rumah tangga anak dan menantunya telah hancur. Sama seperti Arsen, dia pun menyalahkan Anita sebagai biang keladi dari semua malapetaka itu.Handoko kembali mengalihkan pandangan pada putranya yang sedang duduk di ruang terapis. Baru satu minggu ini lelaki itu mencarikan putranya seorang psikiater karena perubahan psikis Arsen. Sejak bercerai Arsen seperti kehilangan jati dirinya. Dia tidak bersemangat dalam hal apa pun. Ditambah lagi

  • Wanita yang Kau Sakiti   Menyingkirlah

    Anita merasakan pekat menyelimutinya. Bahkan, dia tidak bisa melihat ujung-ujung jemarinya sendiri. Perlahan-lahan dia mulai merasakan sesak, seolah-olah tempat dia berdiri, bergerak semakin menyempit. Anita panik, dia berusaha berjalan, tetapi tidak tahu apakah maju atau mundur karena semua terlihat sama. Wanita itu mulai panik. Dia terduduk dan mulai menangis. Semakin lama tangis Anita semakin kencang. Dia berteriak hendak mengeluarkan sesak di dada. Namun, suaranya seolah-olah tenggelam.Anita semakin panik saat mulai kepayahan menghela napas. Dia merangkak, tetapi buta pada arah. Tiba-tiba saja dari arah sebelah kiri, Seberkas cahaya hadir dan terlihat seperti bintang yang berkelap-kelip di atas langit malam. Wanita itu tersenyum lega dia mulai menumbuhkan sedikitharapan. Dia segera bangkit, lalu bergegas berjalan ke arah sumber cahaya yang terlihat dekat. Langkah Anita semakin cepat, dia bersemangat berlari karena cahaya semakin benderang. Namun, anehnya semakin dikejar jarak se

  • Wanita yang Kau Sakiti   Malam Petaka

    Tubuh Kinanti yang jatuh dari lantai tiga, tepat mengenai meja bartender membuat pengunjung yang berada di sekitar meja berteriak histeris. DJ segera menghentikan musiknya ketika melihat tubuh bos mereka bersimbah darah. Kinanti menggelepar sesaat, lalu diam. Para petugas keamanan segera berlari ke atas untuk mengamankan Arsen dan Anita, setelah orang-orang yang berada di lantai tiga menunjuk mereka sebagai biang keributan. Anita yang shock menurut ketika seorang lelaki berbadan tegap memegang lengannya dan membawa masuk ke dalam ruang kerja Kinanti. Namun, Arsen malah melawan. Dia mengatakan jatuhnya Kinanti murni kecelakaan. Akan tetapi, para petugas keamanan tetap mengamankan si lelaki.Tidak berapa lama mobil ambulan dan polisi datang ke lokasi. Setelah mengambil dokumentasi, petugas medisk segera mengevakuasi tubuh Kinanti masuk ke dalam ambulan. Para pengunjung berdengung berebut ingin melihat sosok pemilik diskotik yang tidak berdaya. Tidak hanya itu, beberapa pemburu berita j

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status