Home / Rumah Tangga / Wanita yang Kau Hinakan. Season 2. / BAB 6. Benalu harus dikasih pelajaran.

Share

BAB 6. Benalu harus dikasih pelajaran.

Author: Kencana Ungu
last update Last Updated: 2024-09-13 23:32:18

"Jangan coba-coba membangunkan singa tidur kalau kamu ingin selamat!” kataku seraya menatap tajam mata Maya.

Maya mundur lalu dia bergabung dengan Joko dan yang lainnya untuk makan siang.

“Mas, aku mau Maya pindah hari ini juga." Mas Danu menautkan ke dua alisnya lalu tersenyum.

“Senangnya aku, ternyata istriku bisa secemburu ini padaku.

“Mas, aku bukan sedang bercanda jadi, jangan senyum-senyum begitu,” rajukku.

“Iya, Sayang. Aku akan menyuruh pindah si Maya.” Lega hatiku mendengar kepastian dari Mas Danu.

Aku heran dengan perempuan seperti Maya. Dia katanya baru saja bercerai dengan suaminya, tapi kenapa dia tidak menghabiskan masa iddah di rumahnya. 

Jika seorang perempuan  bercerai sebelum habis masa Iddah maka harus tetap berdiam diri di rumah. Dilarang keluar kecuali dengan alasan yang sangat penting.

Apa lagi Maya masih proses perceraian. Surat cerai belum keluar artinya belum ketuk palu, maka dia pun tidak boleh ke luar dari rumah suaminya sebelum keputusan mutlak dari hakim. 

Maya tidak tahu atau memang dia sengaja melanggar. Ah, entahlah hanya dia dan Tuhan yang tahu keadaannya sesungguhnya seperti apa.

“Kamu tega mengusirku, Dan? Aku hanya menumpang sementara sampai dapat uang dan bisa mengontrak rumah.” Kudengar suara Maya sedikit meninggi disertai Isak tangis.

“Maaf, May, ini demi kedamaian hati istriku. Kamu sudah membuat gaduh hatinya dan juga sudah lancang. Aku pun tidak suka dengan sikapmu yang seperti itu.”

“Aku hanya bercanda saja, Dan. Aku hanya mengetes apakah istrimu bisa cemburu atau tidak. Sungguh aku tidak ada maksud lain,” jawab Maya. 

Alasan yang tidak masuk akal. Punya hak apa dia bertindak begitu. Menyebalkan!

“Apa pun alasannya tidak bisa aku terima, May. Aku sangat sayang pada istriku aku tidak bisa melihatnya terus bersedih.

Aku bangga pada Mas Danu dia bisa setegas itu pada Maya, tapi aku sangat tahu kelemahan Mas Danu, dia tidak bisa melihat orang lain susah. 

Jadi, aku tidak yakin Maya bisa pergi dari paviliun apa lagi dia bilang tidak punya uang. Tapi, setidaknya aku sudah tahu bagaimana perasaan Mas Danu.

“Aku mohon, Dan, sekali lagi saja sampai aku gajian. Aku janji segera pindah dari sana,” ucap Maya memohon.

“Kamu kan, masih punya keluarga di sini, May. Kamu bisa tinggal di sana,” sahutku. Maya melirik sekilas dan mencebikkan bibirnya.

“Aku malu pada saudara-saudaraku dan juga tidak mau membuat beban ke dua orang tuaku yang sudah tua.”

“Baiklah, kali ini aku izinkan kamu tinggal sementara di sana, tapi ingat jika kamu bikin ulah aku akan pastikan kamu tidak hanya keluar dari rumahku, tapi juga dari toko ini,” tegasku.

“Ba—baik. Terima kasih,” jawab Maya terbata.

“Kamu yakin, Sayang?” tanya Mas Danu memastikan.

“Entahlah, tapi rasanya aku tidak tega Mas. Bukankah menolong orang itu perbuatan terpuji?” kataku balik tanya.

“Iya, tentu! Mas bangga padamu,” jawab Mas Danu seraya melingkarkan tangannya ke pinggangku.

Semoga saja keputusanku tidak salah dan Maya tidak menyalahgunakan kebaikan orang lain. Begitu dia dapat uang dari sini aku sendiri yang akan memintanya pergi.

“May, kerja yang benar kalau enggak mau dipecat Bu Bos!” teriak Karim. Seketika aku menoleh. Kulihat Maya memang sebentar-sebentar melihat ponselnya.

“Anakku sedang sakit, Karim, jadi aku tidak bisa lepas dari HP untuk mengontrol keadaannya,” jawab Maya.

“Anakmu kan, sama mertuamu pasti diurusin lah, mana mungkin seorang nenek membiarkan cucucnya sakit,” sahut Karim.

“Sekali lagi aku lihat kamu main HP maka aku akan pecat kamu sekarang juga!” tegasku. Sebenarnya kasihan, kalau aku di posisi Maya pasti juga aku sangat khawatir keadaan anakku.

“Ba—ik, Ta. Eh, Bu.” 

Baru kerja sehari sudah menyusahkan! Kalau bukan karena kasihan aku tidak mau menerimanya. Jadilah aku sampai sore mengawasi pekerjaan Maya. 

***

“Ta, aku sudah kerjakan semuanya mana bayarannya. Katamu tadi pagi mau bayar, kan?” 

Baru saja aku turun dari mobil paman sudah menodong uang padaku. 

“Loh, kan, sudah aku bayar. Paman masa enggak tahu?” jawabku seraya mengambil beberapa belanjaan.

“Mana? Paman belum terima kok, Ta. Apa kamu titipkan pada mertuamu?” tanya paman penasaran.

“Evi ke mana, Man? Kok, enggak bantuin yang lainnya?” Mas Danu keluar membawa kantong besar berisi beraneka buah-buahan.

“Lagi teleponan sama suami dan anaknya. Dan, aku minta sama kamu ajalah uangnya. Ita tadi pagi berjanji mau ngasih upah padaku,” jawab paman.

“Upah untuk apa, Man?”

“Kerjaan. Tadi pagi Ita menyuruhku mengerjakan sesuatu dia bilang mau bayar,” jawab paman semangat. Mas Danu mengalihkan pandangannya padaku. Aku mengangguk saja.

“Jangan, Mas!” cegahku saat Mas Danu mengeluarkan uang satu lembar untuk diberikan pada paman.

“Paman itu sudah aku bayar,” kataku lagi.

“Kapan, Ta? Belum, kok,” sanggah paman. Wajahnya tampak kesal.

“Paman lupa? Loh, tadi pagi yang jual kopi coklatku sampai dapat uang 100 ribu siapa? Terus yang tinggal dan makan gratis di rumahku siapa? Itu semua enggak gratis loh!” Paman kecewa dengan jawabanku.

“Tapi, Ta ... itu kan .....”

“Enggak ada kata tapi, Man. Ingat ya, Man, di dunia ini tidak ada yang gratis. Apa lagi Paman di sini  sudah habis masa bertamunya. Jadi, tidak ada lagi kewajiban bagiku untuk terus melayani Paman dan juga Evi,” jelasku. Semoga saja paman paham kalau tidak paham juga kebangetan. Kutinggalkan paman yang masih berdiri terpaku.

Enak saja mau semena-mena padaku. Benalu seperti paman Mas Danu, harus dikasih pelajaran biar kapok.

Related chapters

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   BAB 7. Dikira pembantu.

    Tak kuhiraukan paman. Terserah saja mau marah atau enggak. Nayata emang begitu. Udah numpang, maling pula!Sampai dalam aku dikejutkan dengan kehadiran ibu dan juga bapakku. Memang aku memberi tahu mereka tentang acara syukuran yang akan aku gelar, tapi aku tidak tahu kalau mereka akan datang ke sini dan yang lebih mengejutkan lagi adalah kedatangan Wira dan Dina. Bukan aku tidak senang saudaraku datang, tapi aku masih trauma dan juga takut Wira akan berulah seperti dulu lagi. Mas Danu pun sama sepertiku terkejut melihat kedatangan Wira. Wira menyambut kami membawakan kardus berisi aneka jajanan yang kujinjing. Senyumnya terus mengembang. Dina pun demikian. Perutnya buncit Alhamdulillah Dina sudah hamil lagi. Ini merupakan kehamilannya yang ke dua karena yang pertama dulu keguguran.“Apa kabar Bu, Pak? Aku kangen,” kataku seraya kupeluk ibuku. Aku sengaja enggan menyapa Wira dan istrinya. Rasanya setiap melihat mereka kenangan buruk berkelebat di mataku.“Alhamdulillah Ibu baik, Bap

    Last Updated : 2024-09-13
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   BAB 8. Tingkah absurd para benalu.

    "Mbak, aku ada perlu sama Mbak, bisa kita bicara berdua saja?” Wira mencekal tanganku saat aku baru saja mau masuk kamar.Hari ini lelah sekali karena yang mengurus semuanya aku. Mas Danu selesai mengantar langsung ke toko.“Mbak capek Wir, nanti saja, ya?” tolakku.Aku memang sengaja menghindar dari Wira. Bukannya sombong, tapi entah kenapa hatiku belum sreg sama anak itu.Wira terlihat menahan marah, dia balik badan dan mengepalkan tangannya meninju ke udara. Ck, masih belum berubah.Kutidurkan Kia aku pun ikut rebahan. Enak sekali meluruskan pinggang.“Mbak, sudah belum ganti bajunya aku mau bicara sebentar saja,” tanya Wira tangannya sibuk mengetuk pintuku. Untung saja pintunya aku kunci kalau tidak mungkin dia akan nyelonong masuk begitu saja.Ting!Anda telah ditambahkan.Sebuah notifikasi dari grup WA baru."Kece. Kajian emak-emak colehah."Duh, ini grup apaan si, enggak nyambung sekali. Aku berniat keluar, tapi Ustazah Fatimah sedang mengetik pesan.Oh, ternyata ini grup dibuat

    Last Updated : 2024-09-13
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 9. Sindiran tetangga baru.

    "Iya, ya ampun, aku sampai lupa! Ini Mbak aku mau minta uang, mau pergi main sebentar sama pacarku.” Evi menengadahkan tangannya padaku.“Tidak ada, Vi. Kamu ini minta uang kayak minta apa aja, kamu kira cari uang gampang apa!”“Pelit amat sih, Mbak! 50 ribu rupiah saja Mbak?” pinta Evi memelas.“Baik, tapi tolong kamu lap kaca jendela bagian depan sama samping rumah kalau enggak mau ya, udah,” kataku memberi pilihan.“Iya, baik!” jawab Evi kesal.Baguslah, aku sekarang punya beberapa orang yang bantu-bantu di rumah. Lumayan meringankan pekerjaanku.~k~u🌸🌸🌸Sore ini aku ke rumah Bu RT untuk menyerahkan donasi. Sebenarnya besok juga bisa, tapi aku menghindari kemungkinan yang akan terjadi. Bu Jum bersama gengnya pasti akan banyak mulut.Kata suamiku, jika tangan kanan memberi lebih baik tangan kiri tidak tahu, tapi kalau mau secara terang-terangan pun tidak apa-apa.“Ta, mau ke mana, sore-sore gini?” tanya Novi dia sedang di teras rumahnya bersama suaminya.“Ke rumah Bu RT, ada perl

    Last Updated : 2024-09-13
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 10. Mengusir Maya.

    “Kita bicara di dalam, Mas!” Mas Danu tanpa membantah langsung masuk ke dalam.“Kamu kemasi barangmu sekarang juga, dan pergi dari sini!” titahku pada Maya.“Hhh ... aku tidak akan pernah pergi dari sini kalau bukan Danu yang meminta. Semua ini milik Danu kamu hanya berstatus istri dan tidak bawa apa-apa ke sini jadi tidak usah berlagak Nyonya,” jawab Maya sinis dia menyilangkan ke dua tangannya di dada.“Percuma ngomong sama manusia tidak punya otak. Kita lihat saja aku pastikan kamu akan kutendang dari sini!” Kutatap matanya yang penuh amarah itu.“Maya tidak mau pergi dari sini kalau bukan kamu yang minta Mas. Jadi, lebih baik sekarang kamu suruh dia pergi dari sini.” Mas Danu yang sedang menggendong Kia langsung menghampiriku ke kamar.“Dik, dengar dulu penjelasanku. Tadi itu aku sengaja menurunkan Maya di sana karena memang dia sendiri yang minta katanya mau beli perlengkapan mandi,” jelas Mas Danu.“Aku sudah sulit percaya Mas, semenjak ada dia di sini kamu juga berubah. Sekaran

    Last Updated : 2024-09-16
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   BAB 11. Mengungkit masa lalu.

    “Ssstt ... sudah jangan nangis. Salah Mas sih, enggak jujur sama kamu. Yuk, kita temui Maya!”“Halah Dan, istri begitu mah buang aja ke laut. Masih banyak perempuan di luar sana yang bisa tulus padamu dan tidak marah-marah padamu. Suami pulang kerja bukannya disambut bahagia malah dimarah tidak jelas,” ucap paman ketika kami ke luar kamar. Rupanya paman mendengar pertengkaran kami.“Sudahlah Paman, tidak usah menambah keruh suasana. Aku dan Ita tidak bertengkar kok, tadi Ita teriak itu gara-gara aku menjahilinya dengan menakutinya kecoak,” jawab Mas Danu berbohong.“Ah, terserah kamu saja, Dan. Kamu memang ngeyel seperti ibumu susah kalau dibilangin,” sahut paman lagi.“Danu, Ita, aku punya kabar gembira untuk kalian!” teriak Mbak Asih dari pintu samping dia sedikit berlari menghampiri kami. Mbak asih masih menggunakan seragam salesnya dia pasti baru pulang kerja dan langsung ke sini.“Kabar apaan, Mbak?” tanyaku penasaran.“Aku hamil,” jawab Mbak Asih tanpa malu.“Apa!” Aku dan Mas D

    Last Updated : 2024-09-16
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 12. Wira maksa.

    "Kamu tega mengusirku dalam keadaan begini, Dan? Sungguh kamu manusia tidak punya hati. Ke mana Danu temanku yang dulu selalu berjanji akan membalas kebaikanku?” ucap Maya lagi seraya terisak.Aku sama sekali tidak tersentuh oleh kata-katanya. Aku justru ingin sekali membantah ucapannya, tapi aku tahan aku mau lihat dulu seberapa jauh keberanian Mas Danu pada temannya itu.“Aku sedang tertimpa musibah dan tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang membantuku. Nasib orang miskin memang selalu begini di hina sana-sini dan juga disingkirkan,” tutur Maya. Dia berkali-kali mengelap air matanya.Mas Danu melirikku. Aku segera memalingkan wajah. Pasti Mas Danu mau meminta padaku untuk tidak mengusir Maya malam ini. Mas Danu selalu seperti itu tidak tegaan.“May, enggak usah jadi orang sok paling susah di dunia, deh! Kamu bilang tidak ada yang bantu kamu lantas yang kamu dapatkan selama ini apa? Kami membantumu. Mas Danu menepati janjinya. Apa kamu lupa? Pekerjaan yang kamu dapatkan sekaran

    Last Updated : 2024-09-16
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 13. Suara siapa?

    “Begini saja, Dan. Tentukan dulu usaha yang akan kamu jalankan itu usaha apa, nanti jika sudah ketemu kamu bisa bicarakan lagi denganku,” ucap Mas Danu menengahi kami.“Tapi kalau menunggu nanti kapan suksesnya, Mas. Aku ingin seperti kalian, sukses dan bisa membanggakan keluarga. Atau jangan-jangan kalian takut tersaingi? Kalian takut aku bisa lebih sukses dari kalian?”Rasanya ingin kujitak kepala Wira agar otaknya tidak konslet. Bagaimana bisa dia berpikiran picik begitu. Perkara pinjaman bisa melebar ke mana-mana.Mas Danu terkekeh seraya menepuk-nepuk pundak Wira.“Wira, Wira ... jujur, Mas sama sekali tidak takut tersaingi olehmu. Malahan senang kamu bisa maju, mandiri, dan sukses. Usaha itu tidak gampang Wir, banyak pesaingnya dan butuh mental yang kuat. Bukan hanya uang modal yang harus kamu siapkan,” jelas Mas Danu.“Pokoknya bisa enggak bisa Mas Danu dan Mbak Ita harus meminjamkan uang padaku. Aku tunggu sampai besok pagi. Jika tidak maka aku tidak akan pernah pulang dari si

    Last Updated : 2024-09-16
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 14. Kelakuan aneh Maya.

    Aku bingung apakah harus bawa orang atau tidak? Kalau aku tidak bawa orang bisa bahaya, tapi jika aku harus kembali dan membangunkan mas Danu keburu orangnya pergi. Ah, aku benar-benar galau.Kembali Kutempelkan kupingku pada daun jendela kamar yang Maya tempati. Desahan itu makin terdengar jelas aku sampai jijik mendengarnya.Astaghfirullah ... otakku kembali traveling. Maya seburuk inikah kamu? Pantas saja suamimumenceraikanmu, tapi bagaimana jika aku salah. Bagaimana kalau Maya hanya melihat blue film saja jadi dia terbawa suasana. Iiih ... aku bergidik sendiri kenapa aku jadi suudzhon begini pada Maya.“Maya! May!” Akhirnya aku beranikan seorang diri menggedor pintu paviliun ini.“Buka, May!” teriakku lagi. Aku sengaja menguatkan volume suara agar orang-orang dengar. Biasanya Mas Danu akan peka kalau aku tidak ada di sampingnya.Nihil, Maya tidak mau membuka pintunya.Hening. Dari dalam pun tidak terdengar suara ribut-ribut khas orang panik.“Maya, buka!” Kugedor sekali lagi pint

    Last Updated : 2024-09-16

Latest chapter

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 160. Minta kerjaan.

    "Ada, Nov. Alhamdulillah ini aku kasih jangka waktu sampai suamimu gajian, ya? Oh, ya suamimu gajiannya tanggal berapa, Nov?” tanyaku seraya memberikan uang yang aku pegang kepada Novi.“Gajiannya akhir bulan, Ita, ini kan masih tanggal 5 masih lama. Ya, makanya aku harus hemat uang satu juta ini sampai tanggal 25 nanti, ya, sudah terima kasih ya, Ta, nanti kalau suamiku sudah gajian pasti akan aku bayar,” ucap Novi senang.“Iya, Nov, santai aja pakai aja dulu pokoknya begitu suamimu gajian, kamu langsung aja datang ke rumah. Aku tidak mau menagih padamu, Nov, selain tidak enak aku juga menjaga privasimu takutnya pas aku lagi nagih, eh, ada tetangga kita atau yang lain atau ada teman kamu, jadi kan, mereka tahu kalau kamu punya utang. Jadi, aku minta tolong kamu cukup tahu diri aja ya, Nov. Kalau sudah gajian langsung ke rumah,” kataku to the point. Orang seperti Novi memang harus ditegasin. Kalau tidak dia akan menganggap remeh.“Oh, jelaslah itu. Kamu enggak usah khawatir. Ya, kalau

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 159. Utang.

    Paginya saat aku baru saja membuka pintu rumah tepatnya setelah salat subuh tiba-tiba Novi datang ke tergopoh-gopoh menghampiriku.Tumben sekali dia datang sepagi ini.“Ita! Boleh aku minta tolong padamu sekali ini saja,” tanya Novi. Aku mengangguk meskipun sedikit ragu.“Ada apa, ya, Nov? Tumben sekali kamu subuh-subuh datang ke sini,” jawabku balik bertanya.“Itu, Suamiku belum ngambil uang di ATM dan kebetulan uangku juga habis. Hari ini susu anakku habis ini dia lagi nangis karena minta susu enggak aku buatin ditambah lagi listriku tokennya sudah bunyi. Kasih aku pinjam uang satu juta saja Ita, nanti kalau suamiku sudah gajian pasti langsung aku ganti,” jawab Novi.“Oh, mau pinjam uang Nov? Pagi-pagi begini memang ada minimarket buka,” tanyaku lagi.“Ya, enggak, ada sih, Ta, tapi kan, setelah ini aku mau langsung ke minimarket mau beli susu sekalian mau beli token listrik. Kamu tahu kan, Ta, rumahku itu besar pemakainya banyak jadi boros sekali listriknya,” jawab Novi.“Kalau gitu

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 158. Siapa Novi sebenarnya?

    “Barusan ada kok. Cepat sekali mereka pergi. Kenapa kalau pulang tidak pamitan? Dasar manusia hutan tidak punya etika!” gerutu Mbak Wulan.“Sebentar, ya, aku lihat ke depan, barangkali dia ngobrol dengan Mas Danu dan yang lainnya," kataku seraya menghampiri suamiku yang sedang duduk di depan.Loh, kok tidak ada juga, ke mana, ya? Di sana hanya ada suaminya yang ikut ngobrol dengan Mas Danu. Apa Novi pulang mengantarkan anak-anak, ya?“Ti—dak kok, Nyah, semuanya aman terkendali, Nyonya di sana baik-baik, ya, pokoknya nanti pas pulang ke sini semuanya sudah beres dan nyonya pasti terkejut sama rumah barunya.” Aku mendengar suara Novi di teras, aku tengok rupanya dia sedang menerima telepon. Pantas saja aku cari ke mana-mana tidak ada. “Oh, yang taman depan rumah tenang saja, Nyah, itu juga sedang dikerjain sama suamiku. Pokoknya beres terkendali. Nyonya di sana jaga kesehatan, baik-baik pokoknya. Aku di sini akan menjaga amanah Nyonya,” ucap Novi lagi.Aku sedikit terkejut dengar ob

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 157. Bikin geregetan.

    Kata Rasulullah saudara yang terdekat dengan kita adalah tetangga kita. Itu artinya kita harus bersikap baik kepada tetangga kita agar berikatan simbiosis mutualisme, saling membutuhkan satu sama lain, saling tolong menolong satu sama lain, tidak mungkin kan kita mati dikubur sendiri? Tidak mungkin juga kita dalam keadaan sakit pergi ke rumah sakit sendiri itu sebabnya kita diwajibkan selalu berbuat baik kepada orang lain terutama tetangga kita.Kalau kasusnya seperti Novi ini aku bisa apa? Dibaikin seenaknya sendiri, tidak dibaikin juga seenaknya sendiri, jadi serba salah.Jadi satu-satunya jalan yang bisa aku lakukan adalah jika dia tanya aku jawab, jika tidak, ya, sudah diam saja yang penting jika, Novi memiliki kesusahan aku harus pasang badan untuk menolong walaupun dia sangat menyebalkan, tapi Novi tetangga dekatku dan juga temanku dari kecil.Aku mengamati Novi sejak tadi terus saja berbicara mengeluarkan unek-uneknya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.Salahku

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 156. Lidah tak bertulang.

    “Nov, langit itu tidak perlu memberitahukan bahwa dirinya tinggi karena tanpa diberitahu semua orang pun sudah tahu. Begitu juga dengan kehidupan kita, tak perlu lagi kita memberitahu kebahagiaan kita, harta-harta kita, kalau memang itu ada pasti nampak, kalau memang itu benar semua orang akan tahu dengan sendirinya, Nov.” Nasihatku kepadanya.“Alah kamu itu, Ta, sok, bijak! Padahal aslinya kamu juga kepo kan, sama kehidupanku? Kamu, kan, dari kecil dulu memang sudah terbiasa di bawahku, jadi ketika kamu hidup kaya, kamu terus mengepoin aku karena merasa tersaingi, ya, kan? Jujur aja, Ta. Enggak apa-apa kok, kita kan memang sudah teman sejak kecil jadi aku tahu betul loh, gimana sifat kamu," jawab Novi lagi.“Ita, ngepoin hidup kamu? Noh, kalau menurutku sih, kebalikannya. Kamu yang selalu mengepoin hidupnya Ita, kalau Ita mah udah mode kalem, mode tidak pernah memamerkan hartanya, dan juga mode dermawan sedangkan kamu kebalikannya," sahut Wulan kesal.“Iya, deh iya, Nov, memang aku

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 155. Mulut jahat Novi

    “Sebenarnya ada acara apa sih, kalian makan-makan begini? Soalnya Mbak Fitri sama Mbak Wulan update status enggak ada captionnya, jadi, aku bingung acara apa. Lagi pula aku belum makan malam, nih jadi kami ke sini. Ita ada acara apa sih?" tanya Novi.“Acara makan-makan biasa aja, Nov, kumpul-kumpul biasa. Karena kan, sudah lama juga kita enggak kumpul-kumpul,” jawabku.“Kok, kamu kumpul-kumpul enggak ngajakin aku sih, Ta, pelit banget!" jawab Novi kesal.“Bukan pelit, Nov, tadi kita itu mau ngajakin kamu, tapi kamu kan, jalannya duluan sudah gitu kamu jatuh ke comberan masa kita mau teriak-teriak ngajakin kamu," jawabku beralasan.Sebenarnya memang tadi mau ngajakin Novi, tapi karena dia sudah kesal duluan pada kami dan acara kami juga dadakan, jadi ya, terpaksa dia terlewatkan walaupun rumahnya persis di samping rumahku.“Halah, alasan saja kamu itu, Ita, kan, ada HP. Kamu bisa loh telpon aku. Novi ke sini, ya, sebentar kita makan-makan gitu, ah dasar aja, kamu, Ta, pelit," ucap

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 154. Tak beretika.

    “Iya, Mbak, aku juga sudah memaafkan. Alhamdulillah kalian mau memaafkanku," ucap Mbak Asih, dia beranjak dari duduknya, menyalami dan memeluk Mbak Fitri dan Mbak Wulan secara bergantian. Mereka pun menangis sesenggukan, ya, Tuhan, ini benar-benar melebihi hari raya Idul Fitri. Kami sungguh-sungguh dalam bermaaf-maafan.“Alhamdulillah kalau kita sudah saling memaafkan semuanya. Berarti malam ini lebih baik makan seruitnya ini kita khususkan untuk menyambut kebahagiaan kita atas hijrahnya Mbak Asih. Kita pimpin doa. Siapa ini yang memimpin doa, Mas Taufik, Mas Dayat atau Mas Danu?” sahut Mamah Atik.“Monggo, silakan Mas Danu atau Mas Dayat, kalau saya enggak bisa baca doa apalagi mendoakan bersama-sama begini, bisanya makan," canda Mas Taufik.“Saya juga jadi jamaah saja, silakan Mas Danu untuk memimpin doa," jawab Mas Danu.“Lah, gimana ini orang-orang di suruh mengimami doa makan tuh paling gampang tinggal baca doa mau makan allahumma bariklana sampai selesai. Ya, sudah baiklah ak

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 153. Haru.

    Tiba-tiba Mbak Asih beranjak dari duduknya dan bersujud di kaki ibu, dia menangis sejadi-jadinya sampai tidak terdengar suaranya lagi. Kami semua yang ada di sini menyaksikan adegan ini pun ikut terharu dalam suasana yang begitu menyentuh hati. Ibu mertuaku pun ikut menangis. Beliau tidak mengucapkan satu kata pun kepada Mbak Asih. Beliau hanya mengusap kepala dan bahu Mbak Asih, sesekali tangan kirinya mengusap air matanya. Mas Danu pun terlihat berkali-kali mengusap ke dua matanya. Aku yakin dia pun menahan tangis. Ini baru terjadi sepanjang aku menjadi menantu Ibu. Ini adalah kali pertamanya Mbak Asih sujud di kaki Ibu.Dulu, waktu masih sama Mas Roni, sama sekali tidak pernah sungkem. Lebaran saja hanya salaman biasa lalu pergi dengan Mas Roni ke rumah mertuanya yang lebih menyedihkan lagi adalah sebelum pergi ke rumah mertuanya dia akan membawa berbagai makanan dan meminta uang saku untuk pergi ke sana.Duhai Allah sungguh indah semua rencanaMu pada kami. Ternyata di balik ujia

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 152. Ibu mertua tak percaya.

    "Oh, iya, Mas, baik nanti akan aku terapkan itu baca ayat kursi kemarin juga aku sudah di ruqyah kata ustaznya juga gitu hanya saja kemarin aku masih bolong-bolong tidak menerapkan itu, makanya tadi sempat kerasukan walaupun hanya sebentar," jawab Mbak Asih."Syukurlah Asih, aku tuh sebenarnya sebagai tetangga prihatin sekali dengan kamu dan juga ibumu, tapi sekali lagi aku pribadi tidak berani ikut campur masalah keluarga orang lain,” ucap Mas topik lagi.“Assalamualaikum ...." Akhirnya Mama Atik dan ibu mertuaku datang. Wajah ibu mertuaku sudah masam. Aku yakin sekali dia marah dengan Mbak Asih karena tadi sudah menge-prank lagi pergi dari rumah tanpa pamit.“Asih, ih, kamu ke rumah Ita enggak bilng-bilang sama Ibu. Kamu tahu ibu, capek nyariin kamu keliling kampung karena tadi ibu dapat laporan dari Wak Jum, bahwa kamu sedang bertemu dengan Roni di ujung gang sana benar atau tidak?” omel ibu memarahi Mbak Asih.“Iya Bu, betul tadi sore aku ketemu dengan Mas Roni tuh dikasih coklat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status