Share

Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku
Author: Naffa Aisha

Penggerebekan

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku

Bab 1 : Penggerebekan

"Man, cepat pulang! Istrimu, Man, istrimu .... " Satrio--temanku datang dengan napas ngos-ngosan, wajahnya juga terlihat memucat.

"Shadaqallahul adzim." Segera kututup Al-Qur'an di hadapan.

"Ayo, cepat, Man!" Satrio menarik tanganku, ia terlihat sudah tidak sabar untuk mengajakku pulang dari mushola ini.

"Wenny kenapa, Sat?" Hatiku jadi bimbang melihat gelagat temanku yang dijuluki bujang tua ini.

"Susah jelasinnya, pokoknya kamu cepat pulang saja dan lihat sendiri!" Satrio sudah menarik tanganku untuk naik ke boncengan motornya.

Aku menurut saja, perasaan semakin tak enak saja. Jangan-jangan Wenny sakit, padahal tadi saat aku pamit ke mushola hendak sholat magrib sampai isya, dia baik-baik saja. Ya Allah, semoga istriku tidak kenapa-kenapa.

"Sat, kok nggak ke arah rumahku?" tanyaku sambil menepuk pelan pundaknya.

"Kita langsung ke balai desa saja, sepertinya istrimu sudah diarak ke sana," jawab Satrio dengan suara yang beradu dengan angin, yang membuatku semakin tak paham akan apa yang sedang terjadi pada istriku.

Belum sempat aku bertanya, Satrio sudah menghentikan motornya. Di depan kami terlihat kerumunan warga yang sedang mengarak dua orang, pria dan wanita.

"Hukum rajam saja!"

"Dibakar saja kerak api neraka itu!"

"Pezinah itu harus mati!"

"Baiknya dinikahkan saja!"

"Dia wanita bersuami, sungguh hina kelakuannya!"

Aku langsung turun dari motor Satrio dan berlari mendatangi kerumunan yang sedang menghujat dua orang yang sudah dijatuhkan di halaman balai desa.

"Ampun ... kumohon jangan bakar kami!"

"Jangan hakimi kami seperti ini!"

Terdengar tangisan dari dua orang itu. Aku segera menyibak kerumunan itu sebab ingin memastikan kalau wanita yang diarak dengan tanpa pakaian itu bukanlah istriku.

"Wenny!" Jantungku seakan berhenti berdetak saat melihat wanita yang kunikahi dua tahun yang lalu itu sedang tertunduk menutupi bagian tubuh sensetifnya.

"Bang Arman!" Tangis Wenny semakin pecah, sedangkan pria di sampingnya juga terlihat menutupi bagian tubuhnya yang kini tanpa benang sehelai pun itu. Ternyata keduanya diarak tanpa busana, entah ditel*nj*ngi warga ataukah mereka kepergok memang sudah tanpa busana begitu.

"Ya Allah, Wen, apa yang terjadi? Apa kamu ... agghh ... berselingkuh ... dengan pria ini?" Dadaku terasa sesak, dunia ini terasa runtuh.

"Maafkan aku, Bang, semuanya tak seperti dugaanmu, aku tak selingkuh, Bang!" Wenny langsung memeluk lututku.

Pak RT mendekat, dan Bu RT terlihat membawa selimut dan menutupi tubuh Wenny. Aku juga tak tega melihat istriku diarak tanpa busana begini.

"Maafkan kami, Arman, karena telah melakukan semua ini sebab ... kami tak mau ada perjinahan lagi di kampung kita ini, biar ada efek jera bagi yang lain. Apalagi ... mengingat Wenny ini istrimu--wanita bersuami. Selingkuhannya ini pria kampung sebelah, yang memang sudah lama kami intai, tapi kami tak tahu ke rumah mana ia sering berkunjung dan baru malam ini warga membuntutinya. Ternyata dia ke rumahmu, dan saat kami gerebek, keduanya sedang beraksi di ruang tamu." Pak RT menjelaskan dengan berapi-api, aku tahu dia emosi, aku juga sebenarnya tapi aku masih shock akan semua ini.

Aku melepas mengusap wajah, perasaanku campur aduk sekarang, antara percaya dan tidak.

"Bang, semuanya tak seperti yang diceritakan Pak RT, kami tak sedang berbuat maksiat. Dia ini Fatur, teman lamaku yang hanya datang bertamu. Mereka semua yang telah membuat kami tanpa busana begini!" Wenny berkata dengan setengah berteriak.

"Man, mana ada pencuri mau mengaku! Istrimu ini tukang selingkuh, segera talak dia! Dasar, istri durhaka, suami sedang tadarusan di mushola, dia malah berbuat tak senonoh di rumah." Pak RT yang berstatus pamanku itu berteriak lantang sambil menunjuk istriku, dia terlihat sangat marah. Wajar saja pamanku bersikap seperti itu , aku ini keponakannya yang diselingkuhi.

"Bang, percayalah kepadaku, aku tak berjinah, Bang!" Wenny masih berlutut di kakiku.

"Arman, benar kata Wenny, kami hanya berteman. Aku ... hanya datang bertamu saja ke rumahmu, dan aku tak tahu kalau dirimu tak ada di rumah. Warga desa telah memfitnah kami, mereka yang melepas pakaian kami!" Pria bernama Fatur itu ikut berlutut di kakiku.

Aku dilema, antara mempercayai penuturan Pak RT yang merangkap sebagai pamanku itu, atau mempercayai istriku. Aku tak bisa berpikir dengan jernih, semua ini membuat kepalaku berdenyut nyeri.

"Man, ceraikan wanita tukang selingkuh ini sekarang juga! Kami masih muda dan tampan, tak sulit bagimu mencari pengganti istri yang tidak bisa menjaga diri ini!" Pak RT menepuk pundakku.

Kuedarkan pandangan ke warga lainnya lalu meminta kesaksian dari mereka satu persatu dan perkataan mereka sama dengan perkataan Pak RT. Kutarik napas panjang dan menguatkan diri untuk mengatakan hal yang sebenarnya tak pernah kubayangkan akan terjadi pada pernikahanku dan Wenny, wanita yang sempat berpacaran satu tahun denganku sebelum kami memutuskan untuk menikah.

Kehidupan rumah tangga kami memang masih sepi, sebab di usia pernikahan yang sudah menginjak dua tahun ini, Wenny tak kunjung hamil juga. Mungkin dia menginginkan anak, makanya selingkuh dariku dan menganggap aku ini pria yang tak mampu membuahinya.

"Wenny Meylany binti Abdul Karim, aku jatuhkan talakku padamu malam ini juga! Besok akan kuurus berkas perceraian kita, segeralah menikah dengan selingkuhan ini setelah masa iddahmu habis!" ujarku lantang lalu beralih lirih, karena air mata tak dapat kutahan untuk berjatuhan.

"Bang Arman!" Wenny berteriak.

Aku segera menepis tangannya dari lututku, lalu membalik badan menuju pulang. Satrio mengejarku dan menawarkan naik ke motornya, tapi aku tidak mau. Perasaanku benar-benar hancur sehancur-hancurnya malam ini, rumah tanggaku hancur malam ini dengan sebab perselingkuhan Wenny. Benarkah keputusanku ini? Apa tidak terlalu gegabah? Entahlah, aku tak bisa berpikir dengan waras lagi saat ini.

***

Lima bulan berlalu pasca kandasnya pernikahanku dengan Wenny. Di malam petaka itu, aku langsung meninggalkannya di balai desa dan sudah tak perduli lagi dengannya. Dia juga tak pernah kembali ke rumah lagi. Dia juga tak pernah datang di persidangan gugatan cerai yang kuajukan, sehingga pada sidang kedua keputusan cerai langsung ketuk palu.

Berita yang kudengar, dia kembali ke rumah orangtuanya dan semoga pasangan selingkuhnya itu mau menikahinya. Walau hati masih sakit, tapi aku akan berdoa untuk kebahagiaannya.

Sore ini, sepulang dari bekerja, aku sengaja ingin lewat di depan rumah orangtua mantan istriku itu. Terus terang, aku merindukannya, walau kesalahannya begitu fatal. Aku berharap bisa melihatnya dari kejauhan.

Aku menghentikan motor dan menatap ke arah rumah sederhana yang warna catnya sudah memudar itu, terlihatlah istriku dengan rambut panjang yang menutupi sebagian wajahnya, sedang duduk di kursi terasa sambil memegangi perutnya yang membuncit.

Ya Allah, Wenny hamil? Apa itu hasil perbuatannya di malam sebelum diarak warga? Kami baru berpisah kurang lebih lima bulan, kemungkinan kalau dia hamil dari malam itu, usianya baru 4 bulan, tapi kini perutnya sudah segede orang hamil 9 bulan. Ada apa ini? Apalah Wenny hamil anakku ataukah dia memang sudah lama berselingkuh dengan pria kampung sebelah itu?

Bersambung ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Kasihan juga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Melihat dari Kejauhan

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 2 : Melihat dari KejauhanCukup lama aku berdiri memperhatikan Wenny dari kejauhan, hingga akhirnya ia diajak masuk ke dalam rumah oleh mantan mertua perempuanku--Bu Wati.Ada rasa sesak di dada juga penyesalan, kenapa malam itu aku langsung menjatuhkan talak padanya dan ia pun tak pernah lagi muncul di hadapanku. Benarkah Wenny berzinah malam itu? Pertanyaan ini masih berputar-putar di kepalaku, antara percaya dan tidak. Akan tetapi, jelas-jelas ia dan selingkuhannya itu diarak dengan tanpa busana, rasanya tak mungkin kalau warga desa yang men*l*njangi mereka.Tiba-tiba, terlihat mantan mertua laki-lakiku yang terlihat melangkah ke arahku dari depan sana. Sepertinya baru pulang dari sholat ashar di masjid kalau dilihat dari pakaiannya yang mengenakan sarung, baju koko dan peci.Dia terlihat menatap ke arahku sebab jarak kami sangat dekat sekarang. Akan tetapi, belum sempat aku menyapanya, ia sudah menyeberangi jalanan dan menuju ru

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Silahturahmi

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 3 : Silahturahmi"Tindakanku langsung menjatuhkan talak pada Wenny malam itu benar 'kan, Sat? Aku tak gegabah, bukan?" Aku kembali bertanya pada teman sejak dari bangku SD Itu, kami sudah berteman puluhan tahun."Sudahlah, Man, semuanya sudah kamu lakukan. Andai dirimu masih menginginkan rujuk dengan Wenny dan memaafkannya, kamu bisa mencoba datang ke rumahnya. Aku tahu, dia itu cinta pertamamu, walau dia sudah menyakiti, tentunya cinta itu takkan luntur dengan mudah. Manusia tempatnya khilaf dan salah, aku dukung jika kamu mau rujuk sama Wenny." Satrio menepuk pundakku.Aku terdiam, keinginan itu jelas ada tapi saat mengingat perbuatan hinanya bersama pria itu, aku mendadak jijik. Rasanya tak sudi menerima kembali istri tukang selingkuh seperti Wenny, walau hingga detik ini aku masih belum bisa mempercayai tragedi perzinahan itu.Melihatku yang semakin kacau, Satrio mengalihkan topik obrolan menjadi curhatannya yang mengatakan seda

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Diusir

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 4 : Diusir"Wenny!" sapaku saat dia mendekat.Wenny menatapku dengan mata sayunya, mata yang dipenuhi lingkaran hitam. Wajahnya pucat dengan rambut panjang yang acak-acakan. Tubuhnya terlihat kurus walau kini ia sedang hamil besar."Suruh mereka pulang, Bu, lalu kunci pintunya!" Suara Wenny terdengar bergetar, ia lantas berbalik dan melangkah meninggalkan kami yang masih berdiri di depan pintu."Wenny ... " ujarku lirih, hati ini terasa pilu melihat keadaannya sekarang."Pulanglah, Man, hubunganmu dengan Wenny sudah berakhir. Maafkan kesalahan putriku, tapi dia telah menerima balasan yang berlipat-lipat lagi. Asal kamu tahu, Wenny tak pernah berzinah dengan pria mana pun.Kesalahannya ... hanyalah karena menerima tamu laki-laki di saat kamu sedang tak di rumah. Ini pelajaran hidup, sekaligus pukulan paling berat dalam keluarga kami. Kami takkan menuntut kalian semua, biarlah Allah yang akan membalas semuanya. Ingat, Man, fitnah lebi

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Rumah Pak RT

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 5 : Rumah Pak RTKarena berita meninggalnya Pak Bani, mau tak mau, pengusutan atas asal mula penggerebekan Wenny kutunda dulu, hingga suasana agak tenang, walau perasaan semakin tak tenang saja jika teringat kata-kata Bu Wati--mantan mertuaku, yang mengatakan kalau semua yang terjadi malam itu hanyalah fitnah.Kuhela napas panjang dan membuangnya dengan kasar. Andai Wenny memang benar berselingkuh, maka tindakanku sekarang adalah suatu kebodohan karena masih berharap kalau kejadian malam itu tidaklah benar.Akan tetapi, jika kejadian malam itu adalah fitnah semata, maka aku takkan bisa tenang sebelum meraih maaf Wenny dan artinya ... dia sedang mengandung anakku. Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa semua ini masih saja memenuhi isi kepalaku.Setelah lama duduk termenung seorang diri di ruang tamu, kuputuskan untuk tidur saja. Semangat hidupku memang sudah mengendor pasca perpisahanku dengan Wenny, apalagi aku belum bisa s

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Mencurigakan

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 6 : Mencurigakan"Paman, biarkan Pak Jaya yang bercerita!" Aku menoleh ke arah sepupu dari ibuku itu."Biar aku saja yang bercerita!" Pak RT yang merangkap sebagai pamanku itu ngotot, ia sampai memukul meja dengan wajah yang memerah."Tapi ... Paman ... aku ingin mendengar cerita dari Pak Hansip Jaya .... " Aku menatap kesal pria berkumis tebal dengan raut wajah merah padam itu."Akulah yang paling tahu, Arman, jadi akulah yang akan menceritakan semuanya secara detail!" Paman Asri ngotot.Aku mengusap wajah kesal karena Pak RT yang merangkap pamanku menampakkan wajah masam juga memaksa, tapi melihatnya yang seperti itu, aku jadi malas menghentikannya."Malam itu, almarhum Pak Bani dan Pak Jaya yang sedang mengetuk pintu di mana mantan istrimu dan pria itu sedang berada, tapi tidak dibuka. Lalu aku datang dan menyuruh mendobrak saja sebab dari arah dalam sana terdengar suara desahan juga erangan kenikmatan, dan ketika kami dobrak, m

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Cerita Fatur

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 7 : Cerita Fatur"Sat, langsung kita samperin ke sana atau menunggu dia pulang saja, ya?" tanyaku bingung."Terserah kamu saja, Man, baiknya gimana? Mau langsung mampir di sini juga boleh, biar kita bisa mendengar cerita langsung darinya, terlepas dari jujur atau tidaknya dari mereka." Jawaban Satrio membuatku masih bingung saja.Aku berpikir sejenak dan memutuskan mendatangi rumah Wenny, aku memang harus tabayyun, selain mendengarkan kebenaran dari para warga yang mengaku saksi, aku juga harus mendengarkan pembelaan dari tersangka, walaupun kini aku sudah resmi bercerai dengan Wenny."Arman, mau apa lagi kamu ke sini?" Bu Wati--mantan mertuaku itu langsung mencecarku saat baru tiba di teras rumah mereka."Assalammualaikum, Bu." Kuraih tangannya lalu salim walau ia berusaha menepis."Waalaikumsalam," jawabnya lirih."Saya mau bicara sama Fatur, Bu, saya ingin tabayyun. Maafkan saya atas tindakan gegabah ini. Saya tak bisa tenang sel

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Benarkah?

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 8 : Benarkah?"Jadi, kalian bertamu ... dengan pintu rumah yang terbuka, begitu?" Aku masih masih mencoba memastikan, sebab cerita Paman Asri alias Pak RT sungguh bertolak belakang dengan cerita Fatur. Jika dilihat dari segi statusnya, Fatur ini adalah tersangka, jadi pastinya dia akan membela diri."Bukan bertamu sebenarnya, aku hanya menumpang toilet saja. Yang membuat tuduhan semakin tak terbantahkan, saat rombongan warga nyelonong masuk ... aku sedang memakai baju yang basah akibat keran kamar mandi yang rusak." Fatur terlihat menghela napas berat.Aku menautkan alis, memang benar, keran kamar mandi yang di dapur memang rusak dan aku belum sempat membenarkannya. Untuk beberapa saat, kami sama-sama terdiam. Fatur lalu menyeruput habis kopi di gelasnya, ia terlihat sudah bersiap mau pergi."Fatur, aku belum selesai bertanya .... " Aku menatapnya."Apa lagi, Arman? Aku sudah bercerita dengan versi, tinggal terserah kamu saja mau p

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Penolakan Ibu

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 9 : Penolakan Ibu"Gimana kabar Ibu dan Bapak? Maaf, Arman udah lama nggak ada jenguk ke sana, soalnya kerjaan di toko lagi sibuk." Aku berusaha mengalihkan pembicaraan."Ah, nggak usah mau mengalihkan topik pembicaraan deh, Man, pokoknya Ibu nggak sudi kalau harus menerima Wenny sebagai menantu lagi! Kesalahan Wenny tak termaafkan, dia wanita yang akan menjadi kerak api neraka!" Ibu terlihat berapi-api.Aku mengusap wajah, Ibu memang kurang suka dengan Wenny, ditambah pula mantan istriku dulu itu susah buat hamil sedangkan saudaraku yang lain sudah pada gendong anak. Dan satu lagi kesalahan yang dianggap fatal, tuduhan selingkuh dan diarak keliling kampung."Belum tentu juga Wenny selingkuh, Bu, sepertinya ... semua itu hanya fitnah." Aku menghela napas berat."Apa kamu masih mau sama wanita yang auratnya sudah dilihat semua warga, Man? Apa kamu sudah tak bisa mencari wanita lain? Apa kamu sudah tak laku, hah?!" Ibu terlihat meled

Latest chapter

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Tamat

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku Part 38 : Tamat Sekarang ini, Fatur dan juga Wenny sudah berada di dalam kamar. Khairy sendiri sudah terlelap telah memakan brownis bawaan Arman. Arman pun sudah pulang dari setengah jam yang lalu. Wenny masih tetap melanjutkan acara diamnya. Dirinya kesal sekaligus tidak suka dengan keputusan Fatur, suaminya. Yang dengan begitu mudahnya mengizinkan Arman, mantan suaminya untuk membawa Khairy bermain. "Sayang!" panggil Fatur, tetapi diabaikan oleh Wenny. Wenny masih diam di tempatnya, hanya melirik Fatur dari pantulan cermin di depannya tanpa menyahuti ucapannya. "Sayang, kamu kenapa, sih?" tanya Fatur yang akhirnya berjalan mendekat ke tempat Wenny berada. Masih tidak mendapatkan respons dari istrinya, Fatur dengan sengaja memeluk Wenny dari arah belakang. Tak menghiraukan penolakan Wenny, Fatur tetap berada di tempatnya, bahkan kini memeluk Wenny lebih erat lagi. "Lepas, Mas!" pinta Wenny pada akhirnya. Dirinya risi karena F

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Berdamai

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 37 : BerdamaiPagi ini, Arman sudah rapi dengan pakaian santainya. Kemeja lengan pendek berwarna navy dan juga celana jin berwarna hitam. Rambutnya pun sudah disisir rapi. Tangannya terulur untuk mengambil kunci mobil di gantungan kamar. Serina yang baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat suaminya sudah rapi, mengernyit heran. "Mau ke mana, Bang?" tanya Serina sambil berjalan mendekati Arman yang sudah berdiri di depan pintu. Arman menoleh sekilas ke arah Serina dan menjawab, "Mau ke rumah Wenny." "Ngapain, Bang?" Serina kembali bertanya karena Arman memang jarang ke rumah Wenny sekali pun itu untuk mengunjungi Khairy, putranya. "Mau jenguk Khairy," jawabnya singkat. Serina mengangguk paham, dan berbalik kembali berjalan ke arah meja riasnya. Meraih sisir dan menyisir rambutnya. "Tumben!" gumamnya pelan, bahkan terkesan berbisik. Hingga, Arman tidak mendengarnya. "Tunggu dulu, Bang!" Serina menghentikan langkah suamin

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Sepi

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 36 : SepiSeorang perempuan muda yang tengah duduk di bangku yang ada di taman itu sedang gelisah. Itu dapat terlihat dari raut wajahnya yang terlihat tidak bersemangat dan juga dirinya yang sepertinya tengah melamun. Sejenak wanita muda itu mengembuskan napas, pikirannya benar-benar buntu. Dan semua pikiran negatif memenuhi kepalanya. Rasa takut dan juga khawatir mendominasi hatinya. Ada ruang yang terasa kosong di hatinya. "Serina!" panggil seorang wanita yang menggunakan celana jin dan juga kemeja hitam kotak-kotak.Sementara itu, wanita yang merasa namanya dipanggil pun menoleh. Wanita berkemeja kotak-kotak itu pun menghampiri temannya yang sedang duduk melamun di bangku taman itu. Ya, wanita yang sedang duduk melamun di bangku taman itu adalah Serina, istri Arman yang dinikahinya hampir dua tahun ini. "Melati?" tanya Serina dengan tidak begitu yakin. Bukan karena apa, tapi Serina takut salah menebak. Karena jika dilihat w

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Klinik

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 35 : KlinikTak terasa waktu begitu cepat berlalu, baru kemarin rasanya Wenny melahirkan, menimang dan juga mengurus Khairy, kini putranya itu sudah berusia dua tahun.Wenny tidak menyangka jika dirinya bisa bertahan sampai di titik ini. Kemarin, rasa takut menyelimutinya karena Arman, mantan suaminya yang menginginkan hak asuh putranya. Namun, kini dirinya bisa membersamai dan juga menemani putranya sampai sekarang. Dirinya juga sangat bersyukur akan kehadiran Fatur dalam hidupnya. Fatur begitu mengerti dan juga menyayangi Khairy sebagaimana putranya sendiri. Tak pernah abaikan selalu memperhatikan dirinya dan Khairy. "Mas, ayo bangun dulu!" pekik Wenny tepat di telinga Fatur. Saat ini keduanya sedang berada di kamar dengan Fatur yang masih terlelap. Setelah salat subuh tadi, Fatur memang kembali tidur, Fatur bilang dirinya masih mengantuk. Wenny pun memakluminya karena memang Fatur baru menyelesaikan pekerjaan kantornya pukul du

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Sialan

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 34 : SialanSudah beberapa hari Arman dan Serina dirawat di rumah sakit. Sekarang ini keduanya sedang sarapan bersama. Arman sendiri sudah bosan sebenarnya berada di ruangan serba putih dan berbau obat-obatan itu. Jika saja dokter tidak menyarankan dirinya untuk dirawat dan juga dengan paksaan ibunya yang menginginkan dirinya berada di sini, Arman tidak akan sudi berada di tempat terkutuk itu.Keadaan keduanya sudah membaik,dan besok Arman dan Serina sudah diperbolehkan pulang. Ibu Arman sendiri sudah membereskan pakaian-pakaian yang Arman pakai selama di rumah sakit. Dan kini wanita paruh baya itu sedang duduk di sofa yang ada di ruangan Arman dan juga Sherina. Ibu Arman memang sengaja meminta pihak rumah sakit untuk memindahkan Arman dan Serina dalam satu ruangan. Agar hal itu memudahkan dirinya dalam mengurus keduanya. Bagaimana pun ibu Arman harus mengurus keduanya. Meski dengan setengah hati, ibu Arman merawat Serina. Hal itu

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Keputusan Dadakan

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 33 : Keputusan DadakanIbu Arman masih menunggu anaknya di ruang rawat Arman yang bersebelahan dengan wanita yang bersama Arman tadi. Saat ini Ibu Arman duduk di kursi di samping ranjang pesakitannya, sang putra pun membuka sedikit matanya."Ibu?" panggil Arman. Perlahan Arman membuka matanya dan yang pertama kali Arman lihat adalah sosok ibu yang duduk di depannya. "Ha-us, Bu," ujar Arman lagi. Tenggorokannya kering dan dirinya kehausan. Suara Arman masih parau, karena dirinya baru saja siuman.Ibu Arman yang mendengar ucapan anaknya pun segera berdiri dan mengambilkan segelas air minum yang tersedia di atas nakas. Setelahnya, dia mendekatkan gelas itu pada mulut putranya dan membantunya minum. Arman menjauhkan mulutnya dari gelas saat dirinya merasa sudah baikan setelah meminum air meski hanya beberapa tegukan saja. Ibu Arman meletakkan kembali air minum itu ke nakas, setelahnya kembali duduk lalu menghela napasnya panjang seb

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Kecelakaan

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 32 : KecelakaanKalian jangan senang dulu. Lihat saja apa yan g akan aku lakukan nantinya," ujar Arman pada Wenny dan juga Fatur saat mereka baru saja keluar dari ruang persidangan. Persidangan telah selesai dan putusan sudah dibuat."Tak perlu seperti itu, Arman. Seharusnya kamu menerima keputusan yang sudah Pak hakim tetapkan," balas Fatur dengan nada tenang.Arman tak menghiraukan ucapan Fatur. Dirinya langsung pergi meninggalkan sepasang suami istri itu tanpa kata.Sementara itu, Wenny yang mendengar kata-kata Arman tadi, merasa khawatir."Bagaimana ini, Mas? Aku gak mau kehilangan Khairy. Dia anakku aku mau dia terus sama aku, Mas," ujar Wenny. Raut ketakutan memenuhi wajah cantiknya. Fatur yang melihat itu, meletakkan jemari tangannya, membingkai wajah Wenny. Menatap Wenny lembut, lalu berucap, "Ssst. Kamu dengerin aku. Kamu gak perlu khawatir kalau Khairy akan ninggalin kamu. Karena kalau itu sampai terjadi, aku akan jad

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Pemenangnya

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku Part 31 : Pemenangnya Arman semakin brutal, dirinya tidak mendengarkan semua nasihat dan juga saran dari Satrio kemarin. Nasihat untuk membuka lembaran baru dan melupakan masa lalu. Namun, Arman masih terkungkung akan dendam dan rasa irinya pada kebahagiaan Wenny dan juga Fatur. "Huh!" Arman menghela napas panjang, lalu kakinya melangkah menuju kamar mandi, membersihkan diri dan bersiap untuk pergi. Usai membersihkan diri, Arman keluar dengan celana jin berwarna hitam dengan robekan di kedua lututnya. Rambutnya dibiarkan acak-acakan lalu tangannya meraih kunci mobil yang dirinya gantung di atas nakas ruang keluarga. "Mau ke mana lagi kamu, Man?" tanya ibu Arman yang baru saja keluar dari kamarnya dan malah mendapati putranya bersiap untuk pergi dengan baju yang menurutnya sangat berantakan itu. Arman berhenti dan menjawab singkat. "Mau keluar." Setelah mengucapkan kata itu, Arman segera meninggalkan ibunya yang masih ingin be

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Sidang Pertama

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 30 : Sidang PertamaHari ini adalah hari pertama sidang perebutan hak asuh Khairy dilakukan. Arman datang bersama dengan pengacaranya sedangkan Wenny, tadi Arman lihat dia datang dengan Fatur yang merangkulnya. Tak lupa pengacara yang berjalan di belakangnya. "Mas, aku takut," bisik Wenny pada Fatur yang berdiri di sampingnya. Fatur menoleh menatap Wenny dalam."Ssst, kamu harus tenang, semua pasti akan baik-baik saja. Percaya sama aku, ya? Yang terpenting kamu tenang saat ini," balas Fatur. Dirinya mencoba menenangkan Wenny agar tidak panik. Mereka hanya datang berdua, sedangkan Khairy dititipkan pada orang tua Fatur yang tadi memang sudah mengetahui masalah ini. Tadi keduanya juga sangat mendukung jika Khairy harus ikut dengan Wenny. Orang tua Fatur sendiri pun tidak keberatan dengan adanya Khairy di dalam pernikahan Fatur. Mereka justru senang karena sekarang mereka mendapat seorang cucu yang selama ini mereka idam-idamkan.

DMCA.com Protection Status