Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku
Bab 1 : Penggerebekan
"Man, cepat pulang! Istrimu, Man, istrimu .... " Satrio--temanku datang dengan napas ngos-ngosan, wajahnya juga terlihat memucat.
"Shadaqallahul adzim." Segera kututup Al-Qur'an di hadapan.
"Ayo, cepat, Man!" Satrio menarik tanganku, ia terlihat sudah tidak sabar untuk mengajakku pulang dari mushola ini.
"Wenny kenapa, Sat?" Hatiku jadi bimbang melihat gelagat temanku yang dijuluki bujang tua ini.
"Susah jelasinnya, pokoknya kamu cepat pulang saja dan lihat sendiri!" Satrio sudah menarik tanganku untuk naik ke boncengan motornya.
Aku menurut saja, perasaan semakin tak enak saja. Jangan-jangan Wenny sakit, padahal tadi saat aku pamit ke mushola hendak sholat magrib sampai isya, dia baik-baik saja. Ya Allah, semoga istriku tidak kenapa-kenapa.
"Sat, kok nggak ke arah rumahku?" tanyaku sambil menepuk pelan pundaknya.
"Kita langsung ke balai desa saja, sepertinya istrimu sudah diarak ke sana," jawab Satrio dengan suara yang beradu dengan angin, yang membuatku semakin tak paham akan apa yang sedang terjadi pada istriku.
Belum sempat aku bertanya, Satrio sudah menghentikan motornya. Di depan kami terlihat kerumunan warga yang sedang mengarak dua orang, pria dan wanita.
"Hukum rajam saja!"
"Dibakar saja kerak api neraka itu!"
"Pezinah itu harus mati!"
"Baiknya dinikahkan saja!"
"Dia wanita bersuami, sungguh hina kelakuannya!"
Aku langsung turun dari motor Satrio dan berlari mendatangi kerumunan yang sedang menghujat dua orang yang sudah dijatuhkan di halaman balai desa.
"Ampun ... kumohon jangan bakar kami!"
"Jangan hakimi kami seperti ini!"
Terdengar tangisan dari dua orang itu. Aku segera menyibak kerumunan itu sebab ingin memastikan kalau wanita yang diarak dengan tanpa pakaian itu bukanlah istriku.
"Wenny!" Jantungku seakan berhenti berdetak saat melihat wanita yang kunikahi dua tahun yang lalu itu sedang tertunduk menutupi bagian tubuh sensetifnya.
"Bang Arman!" Tangis Wenny semakin pecah, sedangkan pria di sampingnya juga terlihat menutupi bagian tubuhnya yang kini tanpa benang sehelai pun itu. Ternyata keduanya diarak tanpa busana, entah ditel*nj*ngi warga ataukah mereka kepergok memang sudah tanpa busana begitu.
"Ya Allah, Wen, apa yang terjadi? Apa kamu ... agghh ... berselingkuh ... dengan pria ini?" Dadaku terasa sesak, dunia ini terasa runtuh.
"Maafkan aku, Bang, semuanya tak seperti dugaanmu, aku tak selingkuh, Bang!" Wenny langsung memeluk lututku.
Pak RT mendekat, dan Bu RT terlihat membawa selimut dan menutupi tubuh Wenny. Aku juga tak tega melihat istriku diarak tanpa busana begini.
"Maafkan kami, Arman, karena telah melakukan semua ini sebab ... kami tak mau ada perjinahan lagi di kampung kita ini, biar ada efek jera bagi yang lain. Apalagi ... mengingat Wenny ini istrimu--wanita bersuami. Selingkuhannya ini pria kampung sebelah, yang memang sudah lama kami intai, tapi kami tak tahu ke rumah mana ia sering berkunjung dan baru malam ini warga membuntutinya. Ternyata dia ke rumahmu, dan saat kami gerebek, keduanya sedang beraksi di ruang tamu." Pak RT menjelaskan dengan berapi-api, aku tahu dia emosi, aku juga sebenarnya tapi aku masih shock akan semua ini.
Aku melepas mengusap wajah, perasaanku campur aduk sekarang, antara percaya dan tidak.
"Bang, semuanya tak seperti yang diceritakan Pak RT, kami tak sedang berbuat maksiat. Dia ini Fatur, teman lamaku yang hanya datang bertamu. Mereka semua yang telah membuat kami tanpa busana begini!" Wenny berkata dengan setengah berteriak.
"Man, mana ada pencuri mau mengaku! Istrimu ini tukang selingkuh, segera talak dia! Dasar, istri durhaka, suami sedang tadarusan di mushola, dia malah berbuat tak senonoh di rumah." Pak RT yang berstatus pamanku itu berteriak lantang sambil menunjuk istriku, dia terlihat sangat marah. Wajar saja pamanku bersikap seperti itu , aku ini keponakannya yang diselingkuhi.
"Bang, percayalah kepadaku, aku tak berjinah, Bang!" Wenny masih berlutut di kakiku.
"Arman, benar kata Wenny, kami hanya berteman. Aku ... hanya datang bertamu saja ke rumahmu, dan aku tak tahu kalau dirimu tak ada di rumah. Warga desa telah memfitnah kami, mereka yang melepas pakaian kami!" Pria bernama Fatur itu ikut berlutut di kakiku.
Aku dilema, antara mempercayai penuturan Pak RT yang merangkap sebagai pamanku itu, atau mempercayai istriku. Aku tak bisa berpikir dengan jernih, semua ini membuat kepalaku berdenyut nyeri.
"Man, ceraikan wanita tukang selingkuh ini sekarang juga! Kami masih muda dan tampan, tak sulit bagimu mencari pengganti istri yang tidak bisa menjaga diri ini!" Pak RT menepuk pundakku.
Kuedarkan pandangan ke warga lainnya lalu meminta kesaksian dari mereka satu persatu dan perkataan mereka sama dengan perkataan Pak RT. Kutarik napas panjang dan menguatkan diri untuk mengatakan hal yang sebenarnya tak pernah kubayangkan akan terjadi pada pernikahanku dan Wenny, wanita yang sempat berpacaran satu tahun denganku sebelum kami memutuskan untuk menikah.
Kehidupan rumah tangga kami memang masih sepi, sebab di usia pernikahan yang sudah menginjak dua tahun ini, Wenny tak kunjung hamil juga. Mungkin dia menginginkan anak, makanya selingkuh dariku dan menganggap aku ini pria yang tak mampu membuahinya.
"Wenny Meylany binti Abdul Karim, aku jatuhkan talakku padamu malam ini juga! Besok akan kuurus berkas perceraian kita, segeralah menikah dengan selingkuhan ini setelah masa iddahmu habis!" ujarku lantang lalu beralih lirih, karena air mata tak dapat kutahan untuk berjatuhan.
"Bang Arman!" Wenny berteriak.
Aku segera menepis tangannya dari lututku, lalu membalik badan menuju pulang. Satrio mengejarku dan menawarkan naik ke motornya, tapi aku tidak mau. Perasaanku benar-benar hancur sehancur-hancurnya malam ini, rumah tanggaku hancur malam ini dengan sebab perselingkuhan Wenny. Benarkah keputusanku ini? Apa tidak terlalu gegabah? Entahlah, aku tak bisa berpikir dengan waras lagi saat ini.
***
Lima bulan berlalu pasca kandasnya pernikahanku dengan Wenny. Di malam petaka itu, aku langsung meninggalkannya di balai desa dan sudah tak perduli lagi dengannya. Dia juga tak pernah kembali ke rumah lagi. Dia juga tak pernah datang di persidangan gugatan cerai yang kuajukan, sehingga pada sidang kedua keputusan cerai langsung ketuk palu.
Berita yang kudengar, dia kembali ke rumah orangtuanya dan semoga pasangan selingkuhnya itu mau menikahinya. Walau hati masih sakit, tapi aku akan berdoa untuk kebahagiaannya.
Sore ini, sepulang dari bekerja, aku sengaja ingin lewat di depan rumah orangtua mantan istriku itu. Terus terang, aku merindukannya, walau kesalahannya begitu fatal. Aku berharap bisa melihatnya dari kejauhan.
Aku menghentikan motor dan menatap ke arah rumah sederhana yang warna catnya sudah memudar itu, terlihatlah istriku dengan rambut panjang yang menutupi sebagian wajahnya, sedang duduk di kursi terasa sambil memegangi perutnya yang membuncit.
Ya Allah, Wenny hamil? Apa itu hasil perbuatannya di malam sebelum diarak warga? Kami baru berpisah kurang lebih lima bulan, kemungkinan kalau dia hamil dari malam itu, usianya baru 4 bulan, tapi kini perutnya sudah segede orang hamil 9 bulan. Ada apa ini? Apalah Wenny hamil anakku ataukah dia memang sudah lama berselingkuh dengan pria kampung sebelah itu?
Bersambung ....
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 2 : Melihat dari KejauhanCukup lama aku berdiri memperhatikan Wenny dari kejauhan, hingga akhirnya ia diajak masuk ke dalam rumah oleh mantan mertua perempuanku--Bu Wati.Ada rasa sesak di dada juga penyesalan, kenapa malam itu aku langsung menjatuhkan talak padanya dan ia pun tak pernah lagi muncul di hadapanku. Benarkah Wenny berzinah malam itu? Pertanyaan ini masih berputar-putar di kepalaku, antara percaya dan tidak. Akan tetapi, jelas-jelas ia dan selingkuhannya itu diarak dengan tanpa busana, rasanya tak mungkin kalau warga desa yang men*l*njangi mereka.Tiba-tiba, terlihat mantan mertua laki-lakiku yang terlihat melangkah ke arahku dari depan sana. Sepertinya baru pulang dari sholat ashar di masjid kalau dilihat dari pakaiannya yang mengenakan sarung, baju koko dan peci.Dia terlihat menatap ke arahku sebab jarak kami sangat dekat sekarang. Akan tetapi, belum sempat aku menyapanya, ia sudah menyeberangi jalanan dan menuju ru
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 3 : Silahturahmi"Tindakanku langsung menjatuhkan talak pada Wenny malam itu benar 'kan, Sat? Aku tak gegabah, bukan?" Aku kembali bertanya pada teman sejak dari bangku SD Itu, kami sudah berteman puluhan tahun."Sudahlah, Man, semuanya sudah kamu lakukan. Andai dirimu masih menginginkan rujuk dengan Wenny dan memaafkannya, kamu bisa mencoba datang ke rumahnya. Aku tahu, dia itu cinta pertamamu, walau dia sudah menyakiti, tentunya cinta itu takkan luntur dengan mudah. Manusia tempatnya khilaf dan salah, aku dukung jika kamu mau rujuk sama Wenny." Satrio menepuk pundakku.Aku terdiam, keinginan itu jelas ada tapi saat mengingat perbuatan hinanya bersama pria itu, aku mendadak jijik. Rasanya tak sudi menerima kembali istri tukang selingkuh seperti Wenny, walau hingga detik ini aku masih belum bisa mempercayai tragedi perzinahan itu.Melihatku yang semakin kacau, Satrio mengalihkan topik obrolan menjadi curhatannya yang mengatakan seda
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 4 : Diusir"Wenny!" sapaku saat dia mendekat.Wenny menatapku dengan mata sayunya, mata yang dipenuhi lingkaran hitam. Wajahnya pucat dengan rambut panjang yang acak-acakan. Tubuhnya terlihat kurus walau kini ia sedang hamil besar."Suruh mereka pulang, Bu, lalu kunci pintunya!" Suara Wenny terdengar bergetar, ia lantas berbalik dan melangkah meninggalkan kami yang masih berdiri di depan pintu."Wenny ... " ujarku lirih, hati ini terasa pilu melihat keadaannya sekarang."Pulanglah, Man, hubunganmu dengan Wenny sudah berakhir. Maafkan kesalahan putriku, tapi dia telah menerima balasan yang berlipat-lipat lagi. Asal kamu tahu, Wenny tak pernah berzinah dengan pria mana pun.Kesalahannya ... hanyalah karena menerima tamu laki-laki di saat kamu sedang tak di rumah. Ini pelajaran hidup, sekaligus pukulan paling berat dalam keluarga kami. Kami takkan menuntut kalian semua, biarlah Allah yang akan membalas semuanya. Ingat, Man, fitnah lebi
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 5 : Rumah Pak RTKarena berita meninggalnya Pak Bani, mau tak mau, pengusutan atas asal mula penggerebekan Wenny kutunda dulu, hingga suasana agak tenang, walau perasaan semakin tak tenang saja jika teringat kata-kata Bu Wati--mantan mertuaku, yang mengatakan kalau semua yang terjadi malam itu hanyalah fitnah.Kuhela napas panjang dan membuangnya dengan kasar. Andai Wenny memang benar berselingkuh, maka tindakanku sekarang adalah suatu kebodohan karena masih berharap kalau kejadian malam itu tidaklah benar.Akan tetapi, jika kejadian malam itu adalah fitnah semata, maka aku takkan bisa tenang sebelum meraih maaf Wenny dan artinya ... dia sedang mengandung anakku. Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa semua ini masih saja memenuhi isi kepalaku.Setelah lama duduk termenung seorang diri di ruang tamu, kuputuskan untuk tidur saja. Semangat hidupku memang sudah mengendor pasca perpisahanku dengan Wenny, apalagi aku belum bisa s
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 6 : Mencurigakan"Paman, biarkan Pak Jaya yang bercerita!" Aku menoleh ke arah sepupu dari ibuku itu."Biar aku saja yang bercerita!" Pak RT yang merangkap sebagai pamanku itu ngotot, ia sampai memukul meja dengan wajah yang memerah."Tapi ... Paman ... aku ingin mendengar cerita dari Pak Hansip Jaya .... " Aku menatap kesal pria berkumis tebal dengan raut wajah merah padam itu."Akulah yang paling tahu, Arman, jadi akulah yang akan menceritakan semuanya secara detail!" Paman Asri ngotot.Aku mengusap wajah kesal karena Pak RT yang merangkap pamanku menampakkan wajah masam juga memaksa, tapi melihatnya yang seperti itu, aku jadi malas menghentikannya."Malam itu, almarhum Pak Bani dan Pak Jaya yang sedang mengetuk pintu di mana mantan istrimu dan pria itu sedang berada, tapi tidak dibuka. Lalu aku datang dan menyuruh mendobrak saja sebab dari arah dalam sana terdengar suara desahan juga erangan kenikmatan, dan ketika kami dobrak, m
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 7 : Cerita Fatur"Sat, langsung kita samperin ke sana atau menunggu dia pulang saja, ya?" tanyaku bingung."Terserah kamu saja, Man, baiknya gimana? Mau langsung mampir di sini juga boleh, biar kita bisa mendengar cerita langsung darinya, terlepas dari jujur atau tidaknya dari mereka." Jawaban Satrio membuatku masih bingung saja.Aku berpikir sejenak dan memutuskan mendatangi rumah Wenny, aku memang harus tabayyun, selain mendengarkan kebenaran dari para warga yang mengaku saksi, aku juga harus mendengarkan pembelaan dari tersangka, walaupun kini aku sudah resmi bercerai dengan Wenny."Arman, mau apa lagi kamu ke sini?" Bu Wati--mantan mertuaku itu langsung mencecarku saat baru tiba di teras rumah mereka."Assalammualaikum, Bu." Kuraih tangannya lalu salim walau ia berusaha menepis."Waalaikumsalam," jawabnya lirih."Saya mau bicara sama Fatur, Bu, saya ingin tabayyun. Maafkan saya atas tindakan gegabah ini. Saya tak bisa tenang sel
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 8 : Benarkah?"Jadi, kalian bertamu ... dengan pintu rumah yang terbuka, begitu?" Aku masih masih mencoba memastikan, sebab cerita Paman Asri alias Pak RT sungguh bertolak belakang dengan cerita Fatur. Jika dilihat dari segi statusnya, Fatur ini adalah tersangka, jadi pastinya dia akan membela diri."Bukan bertamu sebenarnya, aku hanya menumpang toilet saja. Yang membuat tuduhan semakin tak terbantahkan, saat rombongan warga nyelonong masuk ... aku sedang memakai baju yang basah akibat keran kamar mandi yang rusak." Fatur terlihat menghela napas berat.Aku menautkan alis, memang benar, keran kamar mandi yang di dapur memang rusak dan aku belum sempat membenarkannya. Untuk beberapa saat, kami sama-sama terdiam. Fatur lalu menyeruput habis kopi di gelasnya, ia terlihat sudah bersiap mau pergi."Fatur, aku belum selesai bertanya .... " Aku menatapnya."Apa lagi, Arman? Aku sudah bercerita dengan versi, tinggal terserah kamu saja mau p
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 9 : Penolakan Ibu"Gimana kabar Ibu dan Bapak? Maaf, Arman udah lama nggak ada jenguk ke sana, soalnya kerjaan di toko lagi sibuk." Aku berusaha mengalihkan pembicaraan."Ah, nggak usah mau mengalihkan topik pembicaraan deh, Man, pokoknya Ibu nggak sudi kalau harus menerima Wenny sebagai menantu lagi! Kesalahan Wenny tak termaafkan, dia wanita yang akan menjadi kerak api neraka!" Ibu terlihat berapi-api.Aku mengusap wajah, Ibu memang kurang suka dengan Wenny, ditambah pula mantan istriku dulu itu susah buat hamil sedangkan saudaraku yang lain sudah pada gendong anak. Dan satu lagi kesalahan yang dianggap fatal, tuduhan selingkuh dan diarak keliling kampung."Belum tentu juga Wenny selingkuh, Bu, sepertinya ... semua itu hanya fitnah." Aku menghela napas berat."Apa kamu masih mau sama wanita yang auratnya sudah dilihat semua warga, Man? Apa kamu sudah tak bisa mencari wanita lain? Apa kamu sudah tak laku, hah?!" Ibu terlihat meled