Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 9 : Penolakan Ibu"Gimana kabar Ibu dan Bapak? Maaf, Arman udah lama nggak ada jenguk ke sana, soalnya kerjaan di toko lagi sibuk." Aku berusaha mengalihkan pembicaraan."Ah, nggak usah mau mengalihkan topik pembicaraan deh, Man, pokoknya Ibu nggak sudi kalau harus menerima Wenny sebagai menantu lagi! Kesalahan Wenny tak termaafkan, dia wanita yang akan menjadi kerak api neraka!" Ibu terlihat berapi-api.Aku mengusap wajah, Ibu memang kurang suka dengan Wenny, ditambah pula mantan istriku dulu itu susah buat hamil sedangkan saudaraku yang lain sudah pada gendong anak. Dan satu lagi kesalahan yang dianggap fatal, tuduhan selingkuh dan diarak keliling kampung."Belum tentu juga Wenny selingkuh, Bu, sepertinya ... semua itu hanya fitnah." Aku menghela napas berat."Apa kamu masih mau sama wanita yang auratnya sudah dilihat semua warga, Man? Apa kamu sudah tak bisa mencari wanita lain? Apa kamu sudah tak laku, hah?!" Ibu terlihat meled
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 10 : Terpaksa DipendingSemalaman mataku enggan terlelap sedikit pun, pikiran ini selalu terbayang tingkah menyedihkan Wenny di halaman rumahnya semalam. Dia trauma berat atas kejadian itu dan aku merasa sangat berdosa karena tak bisa menghentikan aksi warga, terlepas dari dia benaran berzinah atau tidak.Ah, Ibu, dia juga semakin memperkeruh semuanya dengan mendatangi dan memaki Wenny. Kasihan sekali mantan istriku itu, masalah demi masalah tak hentinya menerpa kehidupannya. Jika benar semua yang terjadi kepada Wenny hanya fitnah, maka aku adalah suami yang gagal. Kuusap wajah kesal."Bu, kemarin ke rumah Wenny, ya?" tanyaku saat duduk di depan meja makan, berhadapan dengannya yang sedari tadi sudah berteriak mengajak sarapan."Oh, selain tukang selingkuh, mantan istrimu itu juga tukang adu domba, ya." Ibu melengos sambil mengambilkan nasi goreng ke piringku."Kenapa Ibu mesti ke rumah Wenny dan memaki dia? Gunanya untuk apa, Bu?
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 11 : MengamukAku masih berdiri di teras dan mendengarkan pembicaraan Ibu dan Paman Asri, dengan pikiran yang tertuju kepada Wenny. Akan tetapi, pembicaraan serius mereka malah tak berlanjut dan terputus begitu saja. Padahal yang kudengar barusan masih belum ada ujungnya."Arman, kamu di sini?" Ibu yang hendak keluar dari ruman Paman tampak terkejut melihatku."Iya, sudah sejak tadi. Kalau Arman boleh tahu, permasalahan apa yang tak boleh diceritakan Paman kebenarannya, Bu?" tanyaku dengan tak dapat lagi menyimpan rasa penasaran ini."Eh, permasalahan apa maksudmu, Man?" Ibu malah membalikkan pertanyaan sambil menggaruk alisnya.Aku masih menatapnya tanpa berkedip."Oh iya, itu ... permasalahan di kampung almarhum nenekmu dan kamu takkan mengerti, ini urusan orangtua. Ya sudah, ayo kita pulang! Kamu bonceng Ibu, ya, soalnya capek kalau pulang mesti jalan kaki." Ibu terlihat gelagapan lalu melewatiku dan melangkah turun dari teras r
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku Part 12 : Rumah sakit Bu Wati dan Pak Wanto masuk duluan ke dalam mobil Fatur, dan langsung membaringkan Wenny di pangkuan ibunya. Fatur masuk ke dalam mobilnya, aku segera menutup pintu kendaraan berwarna silver itu. "Segera bawa Wenny ke rumah sakit terdekat, Fatur! Aku akan mengikuti kalian pakai motorku!" ujarku kepada Fatur. Pria dengan sisiran belah samping itu mengangguk dan mulai menyalakan mesin mobil. Aku segera berlari menuju motorku, dan Satrio juga. Aku belum sempat bertanya tentang tujuan keberadaannya di sini. Awas saja, kalau dia mencoba menyimpan rahasia dariku. Aku mulai memacu motor mengikuti mobil Fatur di depan sana, sedangkan Satrio terlihat mengiringi di belakangku. Agh, dia tak berani untuk melaju di sebelahku. Biasanya saja akan mengendarai motor dengan bersampingan. Ini pasti ada apa-apanya? Jangan sampai dia naksir Wenny dan ingin merebut posisiku di hati Wenny, aku takkan membiarkannya! *** Se
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 13 : Test DNA"Iya, aku tahu, dia lagi kumat tadi. Terus ... gimana ceritanya kamu ada di sana?" selidik Arman lagi."Aku kebetulan lewat rumah Wenny tadi sore, Man, terus mendengar teriakannya yang mengamuk. Jadi, aku mampir deh, kamu jangan menduga yang macam-macam!" Satrio mencoba menjelaskan kepada Arman yang kini menatapnya tajam."Oh, ya? Kan sudah ada Fatur di sana, kenapa juga kamu mesti mampir?" Arman masih mengintrogasi temannya itu."Waktu aku ke sana, hanya ada Pak Wanto dan Bu Wati saja, Fatur belakangan datangnya. Kasihan Wenny, Man, dia depresi berat. Semoga saja ... setelah ini kesehatan jiwanya membaik." Satrio mengusap wajah hingga kepalanya."Oh, begitu?" Arman menyipitkan matanya.Satrio mengangguk, walau Arman masih menunjukkan ekspresi tak percaya akan penuturannya.Pak Wanto terlihat menatap kedua sahabat yang sedang saling tatap sinis itu, lalu menghampirinya."Sekarang sudah larut malam, kalian berdua pulan
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 14 : Melayat"Bu Wenny tidak kenapa-kenapa, dia hanya tertidur karena efek obat. Biarkan saja dulu dia istirahat," ujar sang perawat sambil sambil keluar dari ruangan ICU di mana Wenny sedang terbaring pucat."Jadi, Wenny ... putri saya ... hanya tidur, Mbak Perawat?" Pak Wanto lega, sebab ia belum rela jika putri bungsunya itu pergi secepat ini.Sang perawat mengangguk. "Pak, gimana keadaan Wenny?" Wanda--abang tertua Wenny menghampiri Wanto."Wanda, syukurlah kamu sudah datang ke sini. Wenny di dalam, tadi sudah sadar, cuma sekarang lagi tidur. Mungkin nunggu dokter visit pagi nanti, baru dia dipindahkan ke ruangan rawat." Pak Wantu menjelaskan kepada putra tertuanya itu."Syukurlah, maaf ... Pak, Wanda baru datang sekarang soalnya jalanan rusak, jadi tak bisa ngebut. Tadi dari rumah setelah sholat subuh dan pagi baru nyampai," tutur Wanda--yang tinggal beda kecamatan dengan Wanto."Iya, tidak apa-apa. Welly gimana? Katanya dia
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 15 : Bayi Wenny"Oh, masih belum percaya juga kalau Wenny hamil anak kamu?" tanya Wanda saat bertemu Arman, di depan kamar bayi saat Arman mengajukan untuk dilakukannya test DNA dirinya dan bayi yang ada di dalam inkubator."Bukannya begitu, Bang, hanya ingin membuktikan tuduhan warga," jawab Arman agak kikuk."Nggak apa, lakukan saja test DNAnya, kami selaku keluarga Wenny tak keberatan. Akan tetapi, walaupun hasil test DNA itu positif, kami pihak keluarga takkan memberikan izin Wenny rujuk denganmu!" ujar Wanda sinis."Bang, jangan salah paham akan semua ini! Saya--""Sudahlah, kamu itu bukan suami yang bisa menjaga istri, malahan saat istrimudifitnah, kamu malah langsung menjatuhkan talak dan tak tabayyun dahulu!"Arman terdiam, ia tak dapat berkutik jika sedang berbicara dengan abang tertua dari Wenny itu. Kata-kata mantan abang iparnya itu memang tajam dan sulit dipatahkan.Wanda segera masuk ke ruang bayi untuk melihat kepon
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 16 : Maaf"Itu bayi kamu, Wen. Dia lucu 'kan?" Bu Wati menunjuk bayi laki-bayi di dalam inkubator itu--seorang anak yang sudah dua tahun dinantikan kehadirannya, walau kini kedua orangtuanya sudah tak lagi bersama."Wenny mau gendong dia, Bu, tolong keluarkan dia dari sana. Wenny kasih dia nama." Wenny tak hentinya tersenyum."Belum bisa, Nak, bayimu belum boleh dikeluarkan dari sana. Kita tunggu saja, ya, sampai dia bisa kita bawa pulang. Kamu harus cepat sembuh dulu, cepat sehat, biar bisa rawat dia dengan baik. Bayimu akan aman di sini, sekarang kita fokus pada kesehatanmu." Bu Wati berkata dengan lemah lembut agar putrinya itu bisa mengerti."Iya, Wenny akan rajin minum obat, biar cepat sembuh dan bisa bawa debay pulang." Wenny yang saat ini sedang stabil, tak kesulitan memahami penjelasan ibunya.Setelah waktu berkunjung habis, Wenny kembali didorong Bu Wati menuju kamar rawatnya. Arman yang baru saja menerima hasil test DNA, y
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku Part 38 : Tamat Sekarang ini, Fatur dan juga Wenny sudah berada di dalam kamar. Khairy sendiri sudah terlelap telah memakan brownis bawaan Arman. Arman pun sudah pulang dari setengah jam yang lalu. Wenny masih tetap melanjutkan acara diamnya. Dirinya kesal sekaligus tidak suka dengan keputusan Fatur, suaminya. Yang dengan begitu mudahnya mengizinkan Arman, mantan suaminya untuk membawa Khairy bermain. "Sayang!" panggil Fatur, tetapi diabaikan oleh Wenny. Wenny masih diam di tempatnya, hanya melirik Fatur dari pantulan cermin di depannya tanpa menyahuti ucapannya. "Sayang, kamu kenapa, sih?" tanya Fatur yang akhirnya berjalan mendekat ke tempat Wenny berada. Masih tidak mendapatkan respons dari istrinya, Fatur dengan sengaja memeluk Wenny dari arah belakang. Tak menghiraukan penolakan Wenny, Fatur tetap berada di tempatnya, bahkan kini memeluk Wenny lebih erat lagi. "Lepas, Mas!" pinta Wenny pada akhirnya. Dirinya risi karena F
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 37 : BerdamaiPagi ini, Arman sudah rapi dengan pakaian santainya. Kemeja lengan pendek berwarna navy dan juga celana jin berwarna hitam. Rambutnya pun sudah disisir rapi. Tangannya terulur untuk mengambil kunci mobil di gantungan kamar. Serina yang baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat suaminya sudah rapi, mengernyit heran. "Mau ke mana, Bang?" tanya Serina sambil berjalan mendekati Arman yang sudah berdiri di depan pintu. Arman menoleh sekilas ke arah Serina dan menjawab, "Mau ke rumah Wenny." "Ngapain, Bang?" Serina kembali bertanya karena Arman memang jarang ke rumah Wenny sekali pun itu untuk mengunjungi Khairy, putranya. "Mau jenguk Khairy," jawabnya singkat. Serina mengangguk paham, dan berbalik kembali berjalan ke arah meja riasnya. Meraih sisir dan menyisir rambutnya. "Tumben!" gumamnya pelan, bahkan terkesan berbisik. Hingga, Arman tidak mendengarnya. "Tunggu dulu, Bang!" Serina menghentikan langkah suamin
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 36 : SepiSeorang perempuan muda yang tengah duduk di bangku yang ada di taman itu sedang gelisah. Itu dapat terlihat dari raut wajahnya yang terlihat tidak bersemangat dan juga dirinya yang sepertinya tengah melamun. Sejenak wanita muda itu mengembuskan napas, pikirannya benar-benar buntu. Dan semua pikiran negatif memenuhi kepalanya. Rasa takut dan juga khawatir mendominasi hatinya. Ada ruang yang terasa kosong di hatinya. "Serina!" panggil seorang wanita yang menggunakan celana jin dan juga kemeja hitam kotak-kotak.Sementara itu, wanita yang merasa namanya dipanggil pun menoleh. Wanita berkemeja kotak-kotak itu pun menghampiri temannya yang sedang duduk melamun di bangku taman itu. Ya, wanita yang sedang duduk melamun di bangku taman itu adalah Serina, istri Arman yang dinikahinya hampir dua tahun ini. "Melati?" tanya Serina dengan tidak begitu yakin. Bukan karena apa, tapi Serina takut salah menebak. Karena jika dilihat w
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 35 : KlinikTak terasa waktu begitu cepat berlalu, baru kemarin rasanya Wenny melahirkan, menimang dan juga mengurus Khairy, kini putranya itu sudah berusia dua tahun.Wenny tidak menyangka jika dirinya bisa bertahan sampai di titik ini. Kemarin, rasa takut menyelimutinya karena Arman, mantan suaminya yang menginginkan hak asuh putranya. Namun, kini dirinya bisa membersamai dan juga menemani putranya sampai sekarang. Dirinya juga sangat bersyukur akan kehadiran Fatur dalam hidupnya. Fatur begitu mengerti dan juga menyayangi Khairy sebagaimana putranya sendiri. Tak pernah abaikan selalu memperhatikan dirinya dan Khairy. "Mas, ayo bangun dulu!" pekik Wenny tepat di telinga Fatur. Saat ini keduanya sedang berada di kamar dengan Fatur yang masih terlelap. Setelah salat subuh tadi, Fatur memang kembali tidur, Fatur bilang dirinya masih mengantuk. Wenny pun memakluminya karena memang Fatur baru menyelesaikan pekerjaan kantornya pukul du
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 34 : SialanSudah beberapa hari Arman dan Serina dirawat di rumah sakit. Sekarang ini keduanya sedang sarapan bersama. Arman sendiri sudah bosan sebenarnya berada di ruangan serba putih dan berbau obat-obatan itu. Jika saja dokter tidak menyarankan dirinya untuk dirawat dan juga dengan paksaan ibunya yang menginginkan dirinya berada di sini, Arman tidak akan sudi berada di tempat terkutuk itu.Keadaan keduanya sudah membaik,dan besok Arman dan Serina sudah diperbolehkan pulang. Ibu Arman sendiri sudah membereskan pakaian-pakaian yang Arman pakai selama di rumah sakit. Dan kini wanita paruh baya itu sedang duduk di sofa yang ada di ruangan Arman dan juga Sherina. Ibu Arman memang sengaja meminta pihak rumah sakit untuk memindahkan Arman dan Serina dalam satu ruangan. Agar hal itu memudahkan dirinya dalam mengurus keduanya. Bagaimana pun ibu Arman harus mengurus keduanya. Meski dengan setengah hati, ibu Arman merawat Serina. Hal itu
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 33 : Keputusan DadakanIbu Arman masih menunggu anaknya di ruang rawat Arman yang bersebelahan dengan wanita yang bersama Arman tadi. Saat ini Ibu Arman duduk di kursi di samping ranjang pesakitannya, sang putra pun membuka sedikit matanya."Ibu?" panggil Arman. Perlahan Arman membuka matanya dan yang pertama kali Arman lihat adalah sosok ibu yang duduk di depannya. "Ha-us, Bu," ujar Arman lagi. Tenggorokannya kering dan dirinya kehausan. Suara Arman masih parau, karena dirinya baru saja siuman.Ibu Arman yang mendengar ucapan anaknya pun segera berdiri dan mengambilkan segelas air minum yang tersedia di atas nakas. Setelahnya, dia mendekatkan gelas itu pada mulut putranya dan membantunya minum. Arman menjauhkan mulutnya dari gelas saat dirinya merasa sudah baikan setelah meminum air meski hanya beberapa tegukan saja. Ibu Arman meletakkan kembali air minum itu ke nakas, setelahnya kembali duduk lalu menghela napasnya panjang seb
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 32 : KecelakaanKalian jangan senang dulu. Lihat saja apa yan g akan aku lakukan nantinya," ujar Arman pada Wenny dan juga Fatur saat mereka baru saja keluar dari ruang persidangan. Persidangan telah selesai dan putusan sudah dibuat."Tak perlu seperti itu, Arman. Seharusnya kamu menerima keputusan yang sudah Pak hakim tetapkan," balas Fatur dengan nada tenang.Arman tak menghiraukan ucapan Fatur. Dirinya langsung pergi meninggalkan sepasang suami istri itu tanpa kata.Sementara itu, Wenny yang mendengar kata-kata Arman tadi, merasa khawatir."Bagaimana ini, Mas? Aku gak mau kehilangan Khairy. Dia anakku aku mau dia terus sama aku, Mas," ujar Wenny. Raut ketakutan memenuhi wajah cantiknya. Fatur yang melihat itu, meletakkan jemari tangannya, membingkai wajah Wenny. Menatap Wenny lembut, lalu berucap, "Ssst. Kamu dengerin aku. Kamu gak perlu khawatir kalau Khairy akan ninggalin kamu. Karena kalau itu sampai terjadi, aku akan jad
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku Part 31 : Pemenangnya Arman semakin brutal, dirinya tidak mendengarkan semua nasihat dan juga saran dari Satrio kemarin. Nasihat untuk membuka lembaran baru dan melupakan masa lalu. Namun, Arman masih terkungkung akan dendam dan rasa irinya pada kebahagiaan Wenny dan juga Fatur. "Huh!" Arman menghela napas panjang, lalu kakinya melangkah menuju kamar mandi, membersihkan diri dan bersiap untuk pergi. Usai membersihkan diri, Arman keluar dengan celana jin berwarna hitam dengan robekan di kedua lututnya. Rambutnya dibiarkan acak-acakan lalu tangannya meraih kunci mobil yang dirinya gantung di atas nakas ruang keluarga. "Mau ke mana lagi kamu, Man?" tanya ibu Arman yang baru saja keluar dari kamarnya dan malah mendapati putranya bersiap untuk pergi dengan baju yang menurutnya sangat berantakan itu. Arman berhenti dan menjawab singkat. "Mau keluar." Setelah mengucapkan kata itu, Arman segera meninggalkan ibunya yang masih ingin be
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 30 : Sidang PertamaHari ini adalah hari pertama sidang perebutan hak asuh Khairy dilakukan. Arman datang bersama dengan pengacaranya sedangkan Wenny, tadi Arman lihat dia datang dengan Fatur yang merangkulnya. Tak lupa pengacara yang berjalan di belakangnya. "Mas, aku takut," bisik Wenny pada Fatur yang berdiri di sampingnya. Fatur menoleh menatap Wenny dalam."Ssst, kamu harus tenang, semua pasti akan baik-baik saja. Percaya sama aku, ya? Yang terpenting kamu tenang saat ini," balas Fatur. Dirinya mencoba menenangkan Wenny agar tidak panik. Mereka hanya datang berdua, sedangkan Khairy dititipkan pada orang tua Fatur yang tadi memang sudah mengetahui masalah ini. Tadi keduanya juga sangat mendukung jika Khairy harus ikut dengan Wenny. Orang tua Fatur sendiri pun tidak keberatan dengan adanya Khairy di dalam pernikahan Fatur. Mereka justru senang karena sekarang mereka mendapat seorang cucu yang selama ini mereka idam-idamkan.