Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 16 : Maaf"Itu bayi kamu, Wen. Dia lucu 'kan?" Bu Wati menunjuk bayi laki-bayi di dalam inkubator itu--seorang anak yang sudah dua tahun dinantikan kehadirannya, walau kini kedua orangtuanya sudah tak lagi bersama."Wenny mau gendong dia, Bu, tolong keluarkan dia dari sana. Wenny kasih dia nama." Wenny tak hentinya tersenyum."Belum bisa, Nak, bayimu belum boleh dikeluarkan dari sana. Kita tunggu saja, ya, sampai dia bisa kita bawa pulang. Kamu harus cepat sembuh dulu, cepat sehat, biar bisa rawat dia dengan baik. Bayimu akan aman di sini, sekarang kita fokus pada kesehatanmu." Bu Wati berkata dengan lemah lembut agar putrinya itu bisa mengerti."Iya, Wenny akan rajin minum obat, biar cepat sembuh dan bisa bawa debay pulang." Wenny yang saat ini sedang stabil, tak kesulitan memahami penjelasan ibunya.Setelah waktu berkunjung habis, Wenny kembali didorong Bu Wati menuju kamar rawatnya. Arman yang baru saja menerima hasil test DNA, y
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 17 : Ternyata "Astaghfirullahal'adzim." Arman menutup mulutnya saat berhasil melihat dua orang dalam keadaan bugil yang sedang disorot beberapa kamera ponsel.Dua orang itu terlihat sedang menutupi wajahnya, juga bagian sensetifnya."Gimana bisa ketangkap, Pak? Dan di mana?" tanya Arman kepada beberapa pria yang ada di situ."Ketangkap lagi mesum di mobil mereka, Mas. Saya yang lagi ngangkutin barang dagang ke toko heran saja, saya udah bolak-balik, tapi nih mobil malah nggak gerak-gerak juga. Eh, nggak tahu ... lagi ham-hem uhuk-uhuk ...." jelas sang saksi mata pertama."Goyang-goyang mobilnya, pada kepolah netizen. Pas diketuk kaca mobil, eh nggak dibuka pula," timpal yang lainnya."Untung ada mantan maling yang udah isnyaf ini, doi yang bantuin buka nih mobil pakai jurus andalan.""Pas pintu dibuka paksa dari luar, dua pasangan ini lagi asyik main kuda-kudaan.""Heran saja, kayak nggak mampu nyewa hotel aja. Masa ena-ena di pin
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 18 : BerkompetisiPria berwajah muram di depan pintu itu tak lain dan tak bukan adalah Arman, ia melangkah masuk tanpa mengucapkan salam lagi. Ia terlihat sangat marah, kedua tangan ia kepalkan, seolah siap untuk menghajar pria berpakaian rapi yang hendak merebut mantan istri dan anaknya.Pak Wanto dan Bu Wati saling lirik dan bersiap untuk melerai jika terjadi perkelahian antara dua pria itu."Pak, Bu, saya mohon ... maafkan saya ... restui saya untuk rujuk dengan Wenny! Saya ... masih sangat mencintai dia, Pak, Bu .... " Arman langsung luruh ke lantai sambil berlutut di depan lutut mantan kedua mertuanya.Pak Wanto dan Bu Wati hanya saling lirik dan membiarkan Arman menangis di hadapan mereka. Fatur yang ada di situ tak berkomentar apa pun, ia hanya memperhatikan saja tingkah Arman."Pak, Bu, maafkan saya ... saya menyesal ... ampuni kekhilafan saya ... saya janji akan memperbaiki rumah tangga dengan Wenny, izinkan saya menikahin
Wanita yang Diarak Keliling Kampung, itu IstrikuPart 19 : Klinik PsikiaterSesuai janji, pagi ini Fatur menemani Wenny ke Klinik Psikiater, Bu Wati juga turut serta."Selamat siang, Dokter, saya Fatur--yang kemarin ada buat janji untuk bertemu." Fatur menyalami Dokter muda spesialis kejiwaan itu--Dokter Catrina namanya."Oh, Pak Fatur, iya. Ini ... Wenny?" sapa Dokter Catrina ramah sambil mengulurkan tangan."Iya, saya Wenny." Wenny tersenyum tipis, walau agak heran wanita yang dipanggil dokter itu langsung tahu namanya. Memang, ibunya sudah bercerita kalau pagi ini Fatur akan menemani mereka ke dokter, cuma dia tidak kalau dokter yang dimaksud adalah seorang Psikiater."Ayo, silakan masuk!" Dokter Catrina mempersilakan."Ibu dan Fatur tunggu di luar, ya, Wen!" Bu Wati mengusap punggung putri bungsunya itu.Wenny mengangguk, dan menurut saja karena karena kata Ibunya ini demi kesembuhan agar bisa cepat membawa pulang putranya yang masih dirawat di Rumah Sakit."Mbak Wenny baru habis
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 20 : POV Wenny Kutatap bayi mungil di dalam inkubator itu, dia sedang terlelap. Inginku memeluknya dan memberikan kehangatan layaknya seorang ibu kepada buah hatinya, tapi kata Ibu, aku harus lebih bersabar lagi sampai tiba saatnya dia boleh keluar dari sana."Maaf, Bu, waktu besuknya sudah habis." Seorang wanita yang berpakaian serba putih menghampiri kami."Baik, Suster. Ayo, Wen, kita pulang dulu, nanti baru ke sini lagi. Bayimu akan aman di sini." Ibu menggandeng lenganku.Aku menurut saja dan mengikuti langkah Ibu yang mengajakku keluar dari ruang para bayi itu."Wenny!" Bang Arman mendekat ke arahku dan Ibu.Aku tak mau melihat pria yang telah mencampakkanku dengan kejam itu, dia sama kejamnya dengan Pak RT dan para warga. Aku membencinya."Ayo, Bu, pulang!" ujarku kepada Ibu."Wen, biar aku yang antar kamu pulang, ya!" Bang Arman memegang lenganku."Maaf, Bang, kita bukan muhrim! Jadi, jangan menyentuhku seperti ini!" Aku
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 21 : Rencana Arman"Bagaimana bisa pihak rumah sakit membiarkan Pak Arman membawa pulang bayinya Nyonya Wenny? Jelas-jelas saya baru selesai mengurus berkas administrasi kepulangan ini." Fatur menunjuk berkas yang dibawanya. "Ma--maaf, Pak, saya akan memeriksa berkasnya dulu." Perawat di ruang bayi terlihat gelagapan."Apanya lagi yang diperiksa? Kalian telah lalai! Saya akan melaporkan masalah ini kepada direktur rumah sakit ini!" ancam Fatur.Dua perawat di depan meja administrasi itu saling lirik, mereka gelagapan karena menyadari akan kesalahannya juga keteledoran ini."Mohon maaf, Pak, tolong jangan laporkan kami .... " Perawat wanita itu terlihat memohon."Maaf, Pak, ternyata ... berkas dari Pak Arman ini palsu. Maafkan keteledoran ini .... " Perawat itu menyimpuhkan kedua tangan di depan wajah, keduanya tampak begitu menyesalkan atas kesalahan tak sengaja ini."Fatur, sudahlah ... sebaiknya kita langsung ke rumah Arman saja
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 22 : Bimbang"Sat, aku tak rela Wenny menikah dengan Fatur!" Arman menghela napas berat, pikirannya benar-benar kacau saat ini. Ia frustasi, hampa, tak punya semangat hidup dan hancur tanpa keping."Sudahlah, ikhlaskan Wenny! Mungkin jodoh kalian hanya sampai di sini. Kamu juga takkan bisa memaksa Wenny untuk balikan sama kamu, Man," jawab Satrio."Jelas saja aku tak bisa ikhlas, Sat, perpisahan ini bukan keinginanku. Andai waktu bisa diputar, aku takkan mempercayai fitnah kejam ini. Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini .... " Arman memegangi kepalanya yang terasa mau meledak karena beban pikiran dan hasrat yang tertahan. "Aku hanya mau Wenny, Sat, hanya dia saja yang ada di hati ini. Aku menyesal telah menceraikannya dengan gegabah."Satrio menarik gelas kopinya dan menyeruputnya hingga tak bersisa. Kepalanya mumet mendengarkan curhatan Arman yang hanya mengulang kata-kata itu saja hingga berkali-kali. Ia mulai menduga kalau temanny
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 23 : Tamu Tak DiundangTenda pernikahan telah dipasang dengan apik di pelataran rumah Wenny. Di mana besok pagi acara pernikahan antara Wenny dan Fatur digelar. Sanak saudara berbondong-bondong datang ke rumah Wenny, meski hanya sekadar ikut meramaikan. Namun, tak apa karena itu sudah cukup untuk membuat bahagia hati keluarga dengan menyambung tali silaturahim. Kedua orangtua Wenny berharap, luka Wenny di masa lalu tak lagi dikenang.Malam ini, para sanak saudara Wenny sibuk menyiapkan menu makanan yang akan dihidangkan esok hari. Sedangkan Wenny sendiri berada di dalam kamar bersama putranya, Khairy yang baru berusia dua bulan. Sebenarnya Wenny kesal sekaligus bosan karena dirinya diminta untuk berada di dalam kamar saja. Tidak boleh keluar walau hanya untuk mengambil segelas air minum saja. Dia hanya diizinkan untuk menjaga putranya. Para tetua keluarganya beralasan jika seorang calon pengantin yang membantu masak-memasak di dap