Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuBab 7 : Cerita Fatur"Sat, langsung kita samperin ke sana atau menunggu dia pulang saja, ya?" tanyaku bingung."Terserah kamu saja, Man, baiknya gimana? Mau langsung mampir di sini juga boleh, biar kita bisa mendengar cerita langsung darinya, terlepas dari jujur atau tidaknya dari mereka." Jawaban Satrio membuatku masih bingung saja.Aku berpikir sejenak dan memutuskan mendatangi rumah Wenny, aku memang harus tabayyun, selain mendengarkan kebenaran dari para warga yang mengaku saksi, aku juga harus mendengarkan pembelaan dari tersangka, walaupun kini aku sudah resmi bercerai dengan Wenny."Arman, mau apa lagi kamu ke sini?" Bu Wati--mantan mertuaku itu langsung mencecarku saat baru tiba di teras rumah mereka."Assalammualaikum, Bu." Kuraih tangannya lalu salim walau ia berusaha menepis."Waalaikumsalam," jawabnya lirih."Saya mau bicara sama Fatur, Bu, saya ingin tabayyun. Maafkan saya atas tindakan gegabah ini. Saya tak bisa tenang sel
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 8 : Benarkah?"Jadi, kalian bertamu ... dengan pintu rumah yang terbuka, begitu?" Aku masih masih mencoba memastikan, sebab cerita Paman Asri alias Pak RT sungguh bertolak belakang dengan cerita Fatur. Jika dilihat dari segi statusnya, Fatur ini adalah tersangka, jadi pastinya dia akan membela diri."Bukan bertamu sebenarnya, aku hanya menumpang toilet saja. Yang membuat tuduhan semakin tak terbantahkan, saat rombongan warga nyelonong masuk ... aku sedang memakai baju yang basah akibat keran kamar mandi yang rusak." Fatur terlihat menghela napas berat.Aku menautkan alis, memang benar, keran kamar mandi yang di dapur memang rusak dan aku belum sempat membenarkannya. Untuk beberapa saat, kami sama-sama terdiam. Fatur lalu menyeruput habis kopi di gelasnya, ia terlihat sudah bersiap mau pergi."Fatur, aku belum selesai bertanya .... " Aku menatapnya."Apa lagi, Arman? Aku sudah bercerita dengan versi, tinggal terserah kamu saja mau p
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 9 : Penolakan Ibu"Gimana kabar Ibu dan Bapak? Maaf, Arman udah lama nggak ada jenguk ke sana, soalnya kerjaan di toko lagi sibuk." Aku berusaha mengalihkan pembicaraan."Ah, nggak usah mau mengalihkan topik pembicaraan deh, Man, pokoknya Ibu nggak sudi kalau harus menerima Wenny sebagai menantu lagi! Kesalahan Wenny tak termaafkan, dia wanita yang akan menjadi kerak api neraka!" Ibu terlihat berapi-api.Aku mengusap wajah, Ibu memang kurang suka dengan Wenny, ditambah pula mantan istriku dulu itu susah buat hamil sedangkan saudaraku yang lain sudah pada gendong anak. Dan satu lagi kesalahan yang dianggap fatal, tuduhan selingkuh dan diarak keliling kampung."Belum tentu juga Wenny selingkuh, Bu, sepertinya ... semua itu hanya fitnah." Aku menghela napas berat."Apa kamu masih mau sama wanita yang auratnya sudah dilihat semua warga, Man? Apa kamu sudah tak bisa mencari wanita lain? Apa kamu sudah tak laku, hah?!" Ibu terlihat meled
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 10 : Terpaksa DipendingSemalaman mataku enggan terlelap sedikit pun, pikiran ini selalu terbayang tingkah menyedihkan Wenny di halaman rumahnya semalam. Dia trauma berat atas kejadian itu dan aku merasa sangat berdosa karena tak bisa menghentikan aksi warga, terlepas dari dia benaran berzinah atau tidak.Ah, Ibu, dia juga semakin memperkeruh semuanya dengan mendatangi dan memaki Wenny. Kasihan sekali mantan istriku itu, masalah demi masalah tak hentinya menerpa kehidupannya. Jika benar semua yang terjadi kepada Wenny hanya fitnah, maka aku adalah suami yang gagal. Kuusap wajah kesal."Bu, kemarin ke rumah Wenny, ya?" tanyaku saat duduk di depan meja makan, berhadapan dengannya yang sedari tadi sudah berteriak mengajak sarapan."Oh, selain tukang selingkuh, mantan istrimu itu juga tukang adu domba, ya." Ibu melengos sambil mengambilkan nasi goreng ke piringku."Kenapa Ibu mesti ke rumah Wenny dan memaki dia? Gunanya untuk apa, Bu?
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 11 : MengamukAku masih berdiri di teras dan mendengarkan pembicaraan Ibu dan Paman Asri, dengan pikiran yang tertuju kepada Wenny. Akan tetapi, pembicaraan serius mereka malah tak berlanjut dan terputus begitu saja. Padahal yang kudengar barusan masih belum ada ujungnya."Arman, kamu di sini?" Ibu yang hendak keluar dari ruman Paman tampak terkejut melihatku."Iya, sudah sejak tadi. Kalau Arman boleh tahu, permasalahan apa yang tak boleh diceritakan Paman kebenarannya, Bu?" tanyaku dengan tak dapat lagi menyimpan rasa penasaran ini."Eh, permasalahan apa maksudmu, Man?" Ibu malah membalikkan pertanyaan sambil menggaruk alisnya.Aku masih menatapnya tanpa berkedip."Oh iya, itu ... permasalahan di kampung almarhum nenekmu dan kamu takkan mengerti, ini urusan orangtua. Ya sudah, ayo kita pulang! Kamu bonceng Ibu, ya, soalnya capek kalau pulang mesti jalan kaki." Ibu terlihat gelagapan lalu melewatiku dan melangkah turun dari teras r
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku Part 12 : Rumah sakit Bu Wati dan Pak Wanto masuk duluan ke dalam mobil Fatur, dan langsung membaringkan Wenny di pangkuan ibunya. Fatur masuk ke dalam mobilnya, aku segera menutup pintu kendaraan berwarna silver itu. "Segera bawa Wenny ke rumah sakit terdekat, Fatur! Aku akan mengikuti kalian pakai motorku!" ujarku kepada Fatur. Pria dengan sisiran belah samping itu mengangguk dan mulai menyalakan mesin mobil. Aku segera berlari menuju motorku, dan Satrio juga. Aku belum sempat bertanya tentang tujuan keberadaannya di sini. Awas saja, kalau dia mencoba menyimpan rahasia dariku. Aku mulai memacu motor mengikuti mobil Fatur di depan sana, sedangkan Satrio terlihat mengiringi di belakangku. Agh, dia tak berani untuk melaju di sebelahku. Biasanya saja akan mengendarai motor dengan bersampingan. Ini pasti ada apa-apanya? Jangan sampai dia naksir Wenny dan ingin merebut posisiku di hati Wenny, aku takkan membiarkannya! *** Se
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 13 : Test DNA"Iya, aku tahu, dia lagi kumat tadi. Terus ... gimana ceritanya kamu ada di sana?" selidik Arman lagi."Aku kebetulan lewat rumah Wenny tadi sore, Man, terus mendengar teriakannya yang mengamuk. Jadi, aku mampir deh, kamu jangan menduga yang macam-macam!" Satrio mencoba menjelaskan kepada Arman yang kini menatapnya tajam."Oh, ya? Kan sudah ada Fatur di sana, kenapa juga kamu mesti mampir?" Arman masih mengintrogasi temannya itu."Waktu aku ke sana, hanya ada Pak Wanto dan Bu Wati saja, Fatur belakangan datangnya. Kasihan Wenny, Man, dia depresi berat. Semoga saja ... setelah ini kesehatan jiwanya membaik." Satrio mengusap wajah hingga kepalanya."Oh, begitu?" Arman menyipitkan matanya.Satrio mengangguk, walau Arman masih menunjukkan ekspresi tak percaya akan penuturannya.Pak Wanto terlihat menatap kedua sahabat yang sedang saling tatap sinis itu, lalu menghampirinya."Sekarang sudah larut malam, kalian berdua pulan
Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 14 : Melayat"Bu Wenny tidak kenapa-kenapa, dia hanya tertidur karena efek obat. Biarkan saja dulu dia istirahat," ujar sang perawat sambil sambil keluar dari ruangan ICU di mana Wenny sedang terbaring pucat."Jadi, Wenny ... putri saya ... hanya tidur, Mbak Perawat?" Pak Wanto lega, sebab ia belum rela jika putri bungsunya itu pergi secepat ini.Sang perawat mengangguk. "Pak, gimana keadaan Wenny?" Wanda--abang tertua Wenny menghampiri Wanto."Wanda, syukurlah kamu sudah datang ke sini. Wenny di dalam, tadi sudah sadar, cuma sekarang lagi tidur. Mungkin nunggu dokter visit pagi nanti, baru dia dipindahkan ke ruangan rawat." Pak Wantu menjelaskan kepada putra tertuanya itu."Syukurlah, maaf ... Pak, Wanda baru datang sekarang soalnya jalanan rusak, jadi tak bisa ngebut. Tadi dari rumah setelah sholat subuh dan pagi baru nyampai," tutur Wanda--yang tinggal beda kecamatan dengan Wanto."Iya, tidak apa-apa. Welly gimana? Katanya dia