Share

Berbagi Peluh

Lima menit setelah percakapan singkatnya dengan Tatiana berakhir, Bian segera meninggalkan kantor. Lelaki itu ingin segera sampai di rumah. Kalau bisa rasanya Bian ingin terbang saja. Bukan karena chicken katsu-nya yang membuat Bian tidak tahan. Tapi sosok di belakang layarlah yang memanggil-manggilnya untuk datang.

“Berhenti dulu di depan, Yo!” Bian memberi perintah pada Mario saat melihat plang dengan tulisan Garden Florist dengan rentang jarak beberapa meter di hadapan mereka.

“Kita mau beli bunga dulu ya, Pak?” tanya mario bodoh.

“Ya iyalah Mario, masa mau beli beras!”

“Hehe…” Mario nyengir kuda. “Untuk Ibu Tia ya, Pak?” tanyanya lagi.

“Memangnya kamu pikir untuk siapa? Untuk Bi Lina, begitu?”

“Ya nggak sih, Pak. Tumben aja Bapak beli bunga. Biasanya kan Bapak beli bunga cuma buat Mbak Gladys doang.”

Astaga! Kenapa Mario menyebut nama si yinying lagi? Padahal Bian sudah menghapus apa pun yang berhubungan dengan perempuan itu dari memorinya.

“Kalau kamu masih betah bekerja denganku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status