Luna cepat-cepat mengunci pintu, begitu terdengar mobil Laksa menjauh dari rumahnya. Tubuhnya merosot bersandar pada pintu yang telah tertutup, kakinya seolah tak kuat menompang bobot tubuhnya.
Dia ingin menangis dan menjerit. Sungguh rasa itu masih ada, bersemayam dalam hatinya. Dia memang bisa berkoar pada semua orang kalau dia baik-baik saja, tapi Luna tahu dia rapuh. Bertemu Laksa tanpa ayahnya ternyata membuatnya takut.Takut karena dia masih mengharapkan laki-laki itu bahkan setelah semua yang terjadi, juga takut kalau Laksa akan melaksanakan ancamannya memberitahukan apa yang terjadi pada para tetangganya di sini.Bukan Luna takut akan digunjing oleh tetangga, dia tidak akan perduli dengan hal itu, dia hanya takut nama baik ayahnyalah yang akan rusak. Ayahnya yang baik itu harus setiap hari digunjingkan orang karena dirinya, tak sanggup dibayangkan oleh Luna, apalagi kalau semua itu terjadi.Tapi untuk menerima Laksa sebagai suaminya Luna juga sangat takutSikap sang ayah yang tidak menyalahkannya, dan malah memberikan dukungan padanya untuk membuat keputusan yang diinginkannya, membuat Luna makin merasa bersalah. Dia tak mungkin membuat ayahnya sedih dan menanggung malu seumur hidupnya. Akhirnya disinilah Luna dan ayahnya, kembali ke rumah sakit yang menjadi awal. Luna bukannya tak menyadari sesekali ayahnya mencuri pandang padanya. โAda yang ingin ayah bicarakan dengan Luna?โ โApa, tidak ada.โ โKenapa ayah memandang memandang Luna begitu?โ โBegitu bagaimana?โ โAyah dari tadi terus melihat Luna seolah takut Luna hilang.โ Sang ayah tersenyum sayang. โKamu putri kecil kesayangan ayah, tentu saja ayah takut kamu diculik orang.โ โAyah berlebihan siapa juga yang mau menculik Luna.โ Luna tentu tahu apa yang dimaksud dengan kata menculik itu, tapi seperti sang ayah yang berpura-pura semua baik-baik saja demi membuatnya tak bersedih, Lunapun demikian. Luna dan ayahnya tiba di depan ruang
Luna masih ingat bagaimana rasa perih dan ngilu di pangkal pahanya malam itu. Kali pertama Luna berhubungan badan dengan seorang laki-laki. Seharusnya hal itu akan jadi malam yang terindah dia bisa melepaskan mahkota yang selama ini dia jaga pada laki-laki yang memiliki hatinya. Tapi. Semuanya menjadi bencana, menghancurkan mimpi indahnya dan mengoyak harga dirinya, saat semua itu dilakukan sebelum mereka resmi menjadi suami dan istri dan parahnya lagi hal itu dilakukan Laksa secara tak sadar dan dengan sangat kasar. Dan saat Laksa sudah sadar dari semua itu. Boom!Bom atom yang menghancurkan Luna langsung ditembakkan, dengan teganya laki-laki yang baru saja merenggut kesuciannya dengan paksa menuduhnya sebagai dalang dari semua kejadian buruk ini. Luna memilih menyingkir, hatinya tak cukup kuat untuk terus bertahan di sini di tengah semua orang yang menghina dan menghujatnya tanpa tahu apa yang terjadi.Tapi permintaan sang ayah yang ingin dia pulang se
โSegera datang ke rumah sakit, ijab qabul akan diadakan di sini satu jam lagi, jangan coba lari atau mengulur waktu, kamu pasti tahu apa akibatnya.โ Kalimat yang diucapkan dengan datar itu masih terngiang jelas di telinga Luna. Membuatnya meyakinkan hati agar setelah ini tak akan tersungkur pada penyesalan. Setidaknya inilah pilihan yang terbaik yang bisa dia lakukan. Meski dengan konsekuensi setelah ini hidupnya tidak akan sama lagi. Luna menatap sang ayah yang telah rapi dengan kemeja batiknya, tapi sayang sekali senyum yang Luna harapkan tersungging di bibir sang ayah tak dia dapati lagi hari ini. Pijar teduh yang biasanya bersinar di mata ayahnya entah hilang ke mana. โBelum terlambat untuk membatalkan semuanya anakku.โLuna tersenyum. โDia laki-laki yang baik, Yah, buktinya ayah setuju untuk menjodohkan Luna dengannya waktu itu, anggap saja ini jalan awal yang harus Luna lalui sebelum bahagia.โ Luna berusaha bicara seoptimis mungkin, dia tak mau ayahnya
Bahkan setelah tiga jam menunggu, Laksa tak juga kembali ke ruang rawat ibunya. Baik Luna maupun sang ayah sadar kalau kemungkinan laki-laki itu menghindar. Tanpa banyak basa basi lagi Pak Erwin mengajak Luna untuk pulang ke rumahnya, orang tua Laksa yang ada di sana tak mampu berbuat banyak mereka tahu kalau putra mereka sendiri yang salah. Bahkan sang ibu hanya bisa menatap tak berdaya saat Pak Erwin berkata dengan tegas. โJika putra kalian ingin mengembalikan Luna pada saya tolong hubungi saya secepatnya.โ Kalimat sang ayah itu masih terus terngiang di telinga Luna. Semenyedihkan inikah rasa tak diinginkan oleh seseorang, apalagi dia adalah orang yang baru saja mengikat janji pada Tuhan untuk memilikimu.Perayaan kesedihan seolah datang silih berganti dalam hidupnya. Hatinya patah sebelum bertumbuh. Luna bahkan tak mampu menjabarkan perasaannya dengan baik, hatinya seolah mati rasa, hatinya kosong, tertelan kesedihan yang datang menghadang. Luna hanya dudu
โLun, pernahkah kamu berpikir kalau yang menjebakmu adalah Laksa sendiri?โ tanya Vira pelan.Luna memandang Vira dengan seksama, hal itu memang tak pernah dia pikirkan, dia terlalu terpaku untuk menyangkal tuduhan Laksa atau mencari bukti bahwa dia tak bersalah, meski sampai sekarang semua itu masih tak menampakkan hasil yang nyata. โAku rasa itu tidak mungkin,โ kata Luna setelah sejenak berpikir. โDia terlihat hampir putus asa saat pacarnya memilih meninggalkannya karena kejadian ini, mana mungkin dia yang merencanakannya.โ Vira menatap Luna tajam. โKamu memang berpikir dengan otakmu atau dengan perasaanmu?โ tanya Vira kejam. Vira tentu tak akan lupa kalau Luna mengagumi laki-laki itu, meski tak pernah mengaku secara gamblang tapi Vira terlalu mengenal Luna untuk tapi kalau Laksa sosok laki-laki yang istimewa di hati Luna. โVir, kita baru ketemu setelah tidak bertemu....โ โDua hari yang lalu, bahkan kamu sudah lupa pada semuanya, cinta pada laki-laki it
Hari sudah sore saat Luna sampai di rumahnya, dilihatnya mobil sang ayah yang sudah ada di halaman rumah. Luna menggigit bibirnya resah, bersama Vira dia jadi lupa waktu dan tidak menghubungi ayahnya, pasti sekarang sang ayah sangat cemas. โLuna, dari mana saja kamu, Nak?โ Sang ayah terlihat lega luar biasa saat Luna ada di hadapannya. โMaaf, Yah, tadi Luna bersama Vira dan ngobrol sampai lupa waktu,โ jawab Luna jujur, dia menundukkan wajahnya tak sanggup untuk menatap wajah ayahnya. โYa sudah masuklah dulu.โ โAyah tidak marah?โ tanya Luna. Ayahnya memang bukan orang yang suka marah senakal apapun Luna, tapi sang ayah akan menasehatinya dengan lembut, yang malah membuat Luna kapok tak ingin mengulanginya lagi. โAyah marah, Nak, tapi rasa marah ayah tertutup dengan kelegaan karena kamu pulang dalam keadaan baik-baik saja.โ โMaaf Luna hanya bisa menyusahkan ayah saja,โ jawab Luna dengan rasa bersalah. โSudahlah, oh ya suamimu ada di sini.โ
Hening dan mencekam. Itulah yang Luna rasakan saat ini, bahkan naik angkot yang panas dan berdesak-desakan lebih Luna sukai dari pada naik mobil mewah dengan keadaan yang seperti ini. Laki-laki yang mengemudi di sampingnya bahkan tak mau repot-repot untuk mengajaknya bicara, oh jangankan bicara menoleh saja enggan. Entah untuk alasan apa yang membuat Laksa mau repot-repot untuk menjemputnya sore ini. Sekali lagi Luna melirik laki-laki di sampingnya, wajahnya datar saja, meski begitu tak mengurangi ketampanan wajahnya yang memang Luna kagumi sejak dulu. Luna menghela napas dan membuang pandangan ke luar jendela. Laki-laki ini memang sekarang berstatus sebagai suaminya, tapi hubungan mereka bahkan lebih jauh dari pada saat mereka masih berstatus bos dan karyawannya. Kayak Laksa ingat kamu saja, Lun. Luna sedikit meringis saat ingat fakta kalau Laksa sama sekali tak ingat dirinya saat perjumpaan mereka di pesta itu. Mobil yang mereka tumpangi berhenti di
Jika di rumah Luna akan diperlakukan seperti kristal es oleh sang ayah, begitu istimewa begitu hati-hati dan penuh kasih, di sini Luna dipaksa untuk menjadi batu karang yang tetap berdiri kokoh meski hempasan air laut setiap hari menerjangnya. Luna masih memandnag laki-laki tua yang kini juga menjadi kakeknya, laki-laki tua yang sejak awal menginginkan Luna untuk menjadi menantu di keluarga ini. โAku tahu,โ jawabnya singkat. Luna sudah menduga, meski sudah tua dan terlihat sakit-sakitan tapi Tuan besar Sanjaya masih memiliki ketajaman pikiran yang tidak bisa diragukan lagi. โKenapa, bukankah semuanya menuduhku menjebak kak Laksa?โ tanya Luna penuh kepahitan. โJika maksudmu kenapa aku membiarkan pernikahan kalian setelah apa yang terjadi, kamu jelas tahu jawabanku.โ Luna menatap tak mengerti pada laki-laki tua di depannya ini, jawaban apa yang dimaksud? โSaya tidak mengerti?โ Laki-laki itu tersenyum kecil, tangannya yang keriput mengambil seca
Luna meremas rok yang dipakainya saat ini, setelah makan siang yang sangat terlambat yang mereka lakukan Luna kira Laksa akan langsung kembali ke kantornya tapi ternyata dia salah, suaminya itu malah duduk berselonjor di atas karpet tebal di depan televisi besar yang ada di ruangan itu. Luna membulatkan tekad, menekan gengsi dan rasa malunya yang setinggi gunung itu, dia sadar jika ingin hubungan mereka berhasil bukan hanya Laksa yang harus berjuang, dia juga tak boleh pasif dan hanya bisa menerima saja, dan salah satu cara untuk semakin meningkatkan hubungan mereka yang diajarkan guru besarnya -VIRA- adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan Laksa, hal kecil yang sejak dulu adalah penyakit Luna yang sangat sulit dicari obatnya. Luna berjalan pelan mendekati Laksa, dengan sedikit canggung dia duduk tepat di samping Laksa, tapi laki-laki itu rupanya cepat tanggap tangan kirinya yang sedang tidak memegang remot televisi merengkuh tubuh Luna hingga tak ada jarak
Luna kembali berguling-guling di atas ranjang hotel yang empuk itu, ternyata menjadi tidak hanya saat bekerja dia bisa kelelahan, menjadi pengangguran seperti sekarang ini juga membuatnya lelah. Yah, meski Laksa memberikannya fasilitas mewah di hotel ini, tetap saja Luna yang biasa bekerja dan bergerak ke sana kemari sangat bosan kalau harus tiduran saja. Dia sedang tidak ingin menonton drama yang biasanya sangat dia sukai itu, pun demikian ebook yang sering dia baca juga terlihat tak menarik lagi. Intinya Luna sangat bosan, dia ingin berbicara dengan seseorang, oh... Ini memang bukan kebiasaannya, biasanya Luna bahkan begitu betah mendekam di dalam kamar semdirian.Dilihatnya jarum jam berdetak dengan sangat lambat menurut Luna dan berat. Kapan Laksa akan kembali?Luna menghela napas berat. Kalau tahu dia dianggurin seperti ini, lebih baik tadi dia pulang ke rumah keluarga Sanjaya saja, setidaknya di sana ada mama mertuanya atau para asisten rumah tangga yang meski tidak terlalu r
Seperti memahami suasana hati Laksa yang segelap malam, Luna memutuskan diam saja di kursinya, kalau bisa ingin sekali berkamuflase agar sama dengan kursi mobil Laksa. Suasana hati suaminya ini benar-benar sedang tidak baik. Setelah mereka mengantarkan nenek ke stasiun tadi, Laksa memang akan langsung mengantar Luna ke rumah keluarganya, tapi siapa sangka tepat saat mereka akan keluar dari stasiun, mereka bertemu dengan ibu kandung Laksa bersama seorang laki-laki yang mungkin usianya hanya beberapa tahun lebih tua dari suaminya itu, mereka terlihat mesra bergandengan berdua. Luna sampai meringis karena Laksa mencengkeram tangannya terlalu kuat. Tapi tanpa Luna duga Laksa memutuskan untuk mengikuti mereka. Laki-laki yang bersama ibu Laksa itu langsung naik begitu kereta yang akan menuju ke Jakarta datang, meninggalkan sang ibu yang tersenyum lebar setelah memeluknya sebentar. Pemandangan yang jamak memang, tapi tidak untuk Laksa, meski mereka tak tahu apa hubungan keduanya tapi dari
Luna masih sibuk dengan ponsel di tangannya saat Laksa masuk kamar dan mengerutkan kening tak suka. Dengan pelan dia mendekati Luna dan mengintip apa yang sedang dilakukan sang istri sampai mengabaikan mahluk setampan dirinya begitu saja. โKukira ngapain ternyata ngasih makan zombie.โ Luna yang sedang sangat sibuk memberi makan zombienya langsung mendongak mendengar Laksa sudah ada didekatnya. Sejak kapan? โAku kira kakak akan menemani ayah sampai malam,โ kata Luna sambil meletakkan ponsel di sampingnya dan melupan kalau masih ada zombie kelaparan di sana. Laksa mengangguk. โHanya ngobrol ringan, kami sudah selesai ngobrol serius tadi sore.โ Mereka memang baru saja makan malam dengan makanan buatan nenek yang lezat itu, tapi nenek memutuskan tidur lebih awal, karena badannya terasa pegal setelah menempuh perjalanan jauh dan dia juga memerintahkan Luna untuk cepat masuk kamar dan tidur juga. Meninggalkan Pak Edwin dan Laksa yang atas perintah nenek, harus membersihkan mej
Malam sudah sangat larut saat Laksa memasuki pelataran rumah mertuanya, dia menengok pada arloji yang melingkar di tangannya, sudah hampir pukul sebelas malam memang, pantas saja semua rumah di kiri kanan sudha tertutup rapat. Untunglah Laksa sempat meminta kunci cadangan pada Luna, khawatir dia pulang cukup larut dan harus membangunkan orang rumah. Saat pintu terbuka dia masih bisa mendegar suara televisi yang dinyalakan di ruang tengah. Ternyata ayah mertuanya belum tidur, dalam hati Laksa sedikit mengeluh, tubuh dan pikirannya terasa lelah, dan dia ingin sekali langsung istirahat, tapi dia tak mungkin melewati ayah mertuanya begitu saja tanpa berbasa-basi sebentar minimal menanyakan apa yang dia tonton. Laksa tidak bisa bersikap seperti saat berada di rumahnya ayah mertuanya bukan papanya yang terlihat tidak peduli padanya. โMalam, Yah, belum tidur,โ sapa Laksa berbasa basi. โBelum, ayah masih nonton bola.โ Mau tak mau Laksa duduk sebentar menanyakan skor pero
Kalau mau tahu rasanya jatuh cinta sama cowok dan sudah dari laaama... tapi si cowok nggak notice juga yang berujung pada putus asa, Luna sangat tahu jawabannya. Sakitnya nylekit banget lebih sakit dari pada saat Luna digigit kalajengking waktu kecil. Dulu waktu Laksa bersikap sangat baik padanya โdan itu terjadi mungkin karena tidak sengajaโ Luna sudah menggelepar kegeeran tidak karuan, dia selalu ingin melihat Laksa setiap saat., meskipun secara sembunyi-sembunyi dari tempat yang agak jauh dan yang pasti tidak ada yang curiga kalau dia sedang memperhatikan :Laksa. Saat Laksa jadian dengan teman seangkatannyanyapun yang terkenal sebagai primadona kampus, Luna tak langsung patah hati, dia selalu percaya kalau suatu saat dialah yang akan jadi jodoh Laksa, kepercayaan konyol memang yang langsung terkikis begitu dia bertemu Laksa pertama kali di tempat kerja dan tampak sangat tidak mengenali Luna, yang selama ini diam-diam memendam asa untuknya. Bego memang, Luna tahu it
Laksa bukan orang yang suka menunda masalah memang, baginya lebih cepat masalah bisa diselesaikan lebih cepat pula hasilnya akan kelihatan, begitulah yang dia lakukan selama ini. Akan tertapi serang bukan waktunya untuk memikirkan tentang hal lain, Luna masih sangat perlu perhatian darinya, apalagi hubungan mereka yang barusan membaik membuat Laksa berharap banyak. โAda apa, Kak? Siapa yang menelepon?โ tanya Luna yang melihat Laksa tiba-tiba terdiam di tempat duduknya. Laksa memandang Luna sejenak, menimbang apa akan mengatakan semuanya atau tidak, sejujurnya dia tak ingin membebani pikiran Luna dengan perkara itu, tapidia sudah banyak belajar dari kesalahan sebelumnya. Sekarang dia bukan lagi laki-laki lajang yang bisa memutuskan apapun sekehendak hatinya, ada Luna di sisinya yang akanberbagi suka dan duka dengannya. โAku harap kamu tidak berpikir yang berlebihan.โ Dirga menghela napasnya sebentar dan memandang Luna dalam. โBeberapa hari yang lalu aku min
โDua menit sepuluh detik.โ Dirga mematikan stopwatch dari ponselnya dengan gembira. โKamu menghitung apa?โ tanya Laksa penasaran. Saat ini mereka sedang duduk di taman rumah sakit, saat Laksa dan Luna terlibat percakapan tadi, tiba-tiba sang mama datang bersama Dirga, membawakan makanan kesukaan Laksa dan Luna. Sungguh perhatian yang membuat dada Laksa menghangat, meski rasa malu dan gengsi masih membatasinya untuk kembali masuk dalam pelukan mamanya. Dirga menoleh pada Laksa, terlihat sangat gembira, membuat Laksa mengerutkan keningnya bingung. โRekor sebelumnya ternyata sudah terpecahkan.โ โRekor apa? sebenarnya apa yang sedang kamu bicarakan?โ Dirga mengarahkan telunjuknya pada Luna dan mama mertuanya yang sedang asyik bersenda gurau. โBagiamana menurutmu pemandangan di sana, maksudku saat dua orang itu tertawa lepas?โ Laksa tersenyum, โsangat indah, aku suka melihatnya.โ โKeduanya atau salah satu?โ โKeduanya tentu saja, a
Hal yang paling dibenci Luna adalah mencurahkan isi hati pada seseorang, selain ayah dan Bundanya juga Vira, belum pernah sekalipun Luna bicara panjang lebar menyangkut tetang perasaan di hatinya. Sekarang dia tentu saja sangat kesulitan untuk mengungkapkan semua isi hatinya pada Laksa, meski sudah tak terhitung jumlahnya mereka berbagi keringat bersama. Bahkan beberapa kali Vira sudah mendorongnya untuk berbicara pada Laksa secara terus terang, Luna sangat kesulitan mengatakan maksud hatinya. โBagaimana jika aku tak ada di sini?โ Laksa menatap Luna dengan kening berkerrut. โApa maksudmu?โ Luna menghela napas, kali ini dia ingi menguatkan tekad, mengatakan apa yang menjadi kehendak hatinya. Vira benar ini hidupnya dan jika dia ingin bahagia, maka dia harus tegas untuk menyikapi semua. โHubungan kita hanya sebuah kecelakaan yang direncanakan seseorang, dasarnya sama sekali tak kuat, banyak faktor yang menyebabkan kita sangat berbeda, dan aku rasa kak Lak