"HENTIKAN, EVAN!! Kau tega sekali mengancam sepupumu dengan pistol," hardik Claudia yang langsung bertindak cepat melindungi putra kesayangannya dengan melompat di tengah Michael dan Evan yang tengah bersitegang."Oh, ayolah, Mama. Apa kau tidak tahu siapa Evan? Dia tidak akan berani menembakku," ucap Michael meremehkan Evan.Rahang Evan terlihat semakin mengeras dan ia ingin memberikan sebuah pelajaran untuk Michael agar tidak semakin melunjak, diarahkannya pistolnya ke paha sepupunya lalu ia menarik pelatuk pistol.DOR!! Timah panas melesat kencang ke paha Michael hingga pria bertubuh jangkung itu ambruk ke lantai dengan kaki yang bersimbah darah."Aaaakkkh, fuck!!" Teriak Michael dengan suara lantang.Claudia berteriak histeris melihat putra semata wayangnya ditembak Evan, ia terlihat sangat panik melihat darah segar mengucur deras di paha putranya. "MICHAEL!! MICHAEL," jeritnya sambil menangis."Aku peringatkan kalian berdua sekali lagi, kalau kalian masih ingin tinggal di rumahku
"Iris, tetaplah di dekatku agar aku bisa melindungimu," ucap Evan yang langsung diangguki oleh Iris.Evan bergegas keluar dari mobil dan diikuti oleh Iris yang berjalan di belakangnya dengan kawalan beberapa bodyguard bertubuh kekasr, ia berjalan masuk ke dalam ruangan jenazah dan berniat untuk menemui keluarga Massimo akan tetapi di sana ia tidak menemukan satu pun keluarga mendiang Massimo."Peter, apakah prosesi pemakaman sudah selesai?" Tanya Evan."Tidak, mereka tidak memakamkan Massimo tapi mengkremasinya. Sekarang mereka ada di ruang kremasi," jawab Peter."Peter, kau tetap di sini dan jaga Iris. Biar aku dan Simon yang masuk ke ruangan kremasi," titah Evan."Tapi, Evan. Matteo tidak ingin melihatmu dan dia tidak mengizinkanmu untuk menghadirii acara kremasi sampai kau berhasil menghabisi semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Massimo," ucap Peter."Omong kosong," ujar Evan sambil berlalu pergi tanpa mau mendengarkan ucapan Peter.Evan berjalan menuju ke ruangan kremasi dan
Tangan kekar Evan terjulur menangkap pergelangan tangan Iris lalu menariknya cepat hingga tubuh langsing wanita bermata besar itu seketika terhempas ke tubuh kekar. Evan memeluk erat tubuh Iris yang tengah gemetaran karena hampir terjatuh ke perairan."Apa kau baik-baik saja?" Tanya Evan seraya memegangi kedua lengan Iris dan menatap wajah cantik yang kini terlihat pucat pasi. "Kau sedang memikirkan apa? Kau ini sangat ceroboh, bagaimana kalau kau benar-benar terjatuh lalu terluka, hah?!" Omelnya kemudian."Maaf, aku tadi takut kalau kau tiba-tiba berubah pikiran padahal dari dulu aku ingin sekali naik gondola ini," lirih Iris dengan kepala tertunduk dan kakiknya menendangi tanah ."Dasar bodoh, isi di dalam kepalamu itu sepertinya harus dibersihkan lagi agar kau tidak berbuat ceroboh lagi," ujar Evan sembari melepaskan pelukan Iris lalu melompat ke atas gondola.Evan dan Iris saling berhadapan namun keduanya berada di pijakan yang berbeda. Manik biru Iris lekat menatap mata Evan seol
"Evan ... Evan," lirih Iris sembari mengguncang pelan tubuh kekar Evan.Evan melenguh pelan dan matanya yang sempat terpejam sejenak kini perlahan mulai terbuka, ia mengumpulkan seluruh kekuatannya dan berusaha agar tetap sadar agar ia bisa melindungi Iris dari bahaya yang masih mengintai. Tangan kekar Evan bergerak mengeratkan rangkulan tangannya di kedua ketiak Iris, ia kembali berenang dan menarik Iris menuju ke rakit kayu yang terapung di tengah perairan."Iris, kau baik-baik saja?" Tanya Evan sembari berpegangan pada pinggiran rakit kayu dengan satu tangannya."Dadaku sakit sekali," jawab Iris."Apa kau bisa naik ke atas rakit?" Tanya Evan."Aku tidak mempunyai tenaga untuk naik ke atas rakit, aakkkkh." Erang Iris yang terus terus saja merintih kesakitan."Pegang tali rakit ini agar kau tidak hanyut," titah Evan, ia meletakkan tali di telapak tangan Iris dan memastikan wanitanya itu menggenggam tali tampar pengikat rakit dengan erat.Evan bergegas naik ke atas rakit dan langsung
"EVAAAN!!"BYUR!!Peter berseru kencang memanggil pimpinannya dan langsung melompat masuk ke dalam air lalu menyelam setelah melihat pimpinannya terlempar ke dalam air, tanpa memperdulikan nyawanya sendiri ia mencari keberadaan Evan yang tenyata sedang tenggelam dan dalam keadaan tidak sadarkan diri.Peter menyelam semakin dalam untuk mencari keberadaan Evan, ia berhenti sejenak lalu kembali ke permukaan air untuk mengambil napas kemudian kembali menyelam untuk mencari pimpinannya. Lelaki tampan bertubuh atletis itu mengendarkan pandangannya ke seluruhmengulurkan satu tangannya saat Evan sudah hampir dalam jangkauannya.TEPP!! Peter menangkap pergelangan tangan Evan dan langsung menariknya menuju ke permukaan air."KADE!! HANS!!" Seru Peter memanggil bawahannya, dengan susah payah ia berenang sembari menarik tubuh kekar Evan yang sedikit menyulitkannya. "Tarik, Evan. Hati-hati," titahnya kepada kedua bawahannya.Hans dan Kade bergegas menarik Evan ke atas speedboat tapi dengan sangat
"Kalau aku menginginkan Iris, apakah kau akan memberikannya kepadaku?" Peter menatap wajah sang pria dengan tatapan menantang."Oh, jadi kau diam-diam menyukai adikku, huh? Sayang sekali Evan tidak bisa mendengar percakapan kita sekarang kalau dia mendengarnya pasti sekarang ini kepalamu sudah hancur berceceran di tanah," kekeh Julian.Julian berjalan santai lalu duduk di bangku kayu, kaki kanannya ia angkat lalu ia tumpukan ke kaki kirinya dan sambil menyenderkan punggungnya ia menatap Peter dengan tatapan tajam."Aku tidak mengatakan kalau aku menyukai Iris, Julian!! Aku hanya mengatakan kalau aku menginginkan Iris dan itu bukan berarti kalau aku menyukai adikmu, bukan?" Ralat Peter."Katakan alasan kenapa kau menginginkan Iris?" Tanya Julian sambil menatap Peter dengan tatapan selidik bercampur emosi yang sedang ia tahan.Peter tersenyum sarkas lalu menghela napas, menghirup udara segar di malam hari yang terasa dingin karena saat ini memang sedang memasuki awal musim dingin. Lelak
"Maafkan aku, Evan. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku meskipun aku selalu mengingkarinya tapi aku tidak bisa," gumam Peter sembari menatap nanar tanah yang sedang dipijaknya.Untuk pertama kali dalam hidupnya, Peter yang humoris dan selalu terlihat ceria itu menunjukkan ekspresi wajah murung serta penuh penyesalan. Selama ini di dalam otaknya tidak pernah terbersit sedikitpun keinginan menusuk Evan dari belakang seperti ini akan tetapi setelah bertemu dengan Julian, keteguhan serta kesetiaan Peter goyah dan hal yang tidak pernah terpikir olehnya pun seketika meluncur dari mulutnya begitu saja.Sungguh, kecantikan paras Iris mampu membuat semua lelaki tergoda termasuk Peter. Tapi ... apakah Peter bisa berbuat lebih jauh lagi demi bisa mendapatkan wanita yang ia sukai? Apakah Peter mampu mengkhianati Evan yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri?Peter menghela napas panjang seraya menatap ke sekeliling taman yang tampak gelap dan sangat sepi tersebut, kakinya mulai melangkah
Sisillia, Italy."Simon!! Jelaskan kepadaku, apa maksud ucapanmu saat di rumah sakit Venesia tadi? Mata-mata Julian, siapa yang kau maksud?" Tanya Evan seraya menatap mata Simon dengan tatapan penuh selidik.Tatapan mata Simon perlahan menunduk ke bawah, tidak berani menatap mata pimpinannya yang sedang menuntut jawabannya. Namun, ia hanya diam lalu perlahan mengalihkan pandangan matanya menuju ke celah pintu dan ia melihat Peter sedang berdiri menatapnya."Sedang lihat apa kau?!" Evan sontak menoleh ke arah pintu kamar perawatan Iris yang sedang ditatap oleh Simon akan tetapi ia tidak melihat siapapun di sana. "Simon!! Damn!! Cepat jawab pertanyaanku," desaknya kemudian dengan nada tinggi."Maafkan saya, Tuan. Tadi saya hanya asal bicara saja, tidak mungkin saya akan tinggal diam jika mata-mata Julian berada di tengah-tengah kita," ucap Simon sembari tersenyum kaku untuk menyembunyikan kebohongannya dan lebih memilih untuk melindungi Peter sebelum ia benar-benar mendapatkan cukup buk
"Aku sudah melamar Zoe, aku ingin hidup tenang dan menghabiskan sisa waktuku bersama dengannya karena itulah aku ingin mengundurkan diri dari dunia mafia," ucap Peter.Evan terkejut dan ia tidak bisa berkata-kata, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Peter akan mengacapkan hal ini kepadanya. Meskipun ia tidak rela kehilangan Peter yang sudah dianggapnya sebagai saudara namun ia juga tidak memiliki hak untuk melarang Peter mencari kebahagiaan sendiri."Baik, aku hormati keputusanmu dan jika kau ingin kembali maka pintu rumahku selalu terbuka untukmu. Jaga Zoe baik-baik dan kau harus sering-sering datang mengunjungiku," ucap Evan."Terima kasih dan maafkan aku," ucap Peter yang kembali memeluk erat Evan.Klan Marchetti kini telah runtuh dan wilayah kekuasaan Evan semakin luas dan kuat setelah merampas semua harta kekayaan Julian. Dan sebagai tanda terima kasih karena sudah membantunya untuk mengalahkan Julian dan Kiyoka, Evan memberikan wilayah kekuasaan Kiyoka kepada Ruben sehingga m
Melihat Evan sudah tidak lagi bergerak Julian berpikir kalau dirinya sudah benar-benar menang dan bisa merebut semua yang menjadi milik Evan baik itu harta, kekuasaan, wilayah dan lain sebagainya. Julian bermimpi kalau dirinya bisa menguasai dunia setelah kematian musuh bebuyutannya hari dan tanpa mau membuang waktu untuk mengecxek kondisi lawannya, ia memutuskan untuk menghentikan peperangan dengan melakukan ikrar."EVAN TELAH MATI!! MULAI DETIK INI JUGA KLAN LUCIANO SUDAH TIDAK ADA LAGI, SEMUA YANG MASIH TERSISA ADALAH MILIKKU, MILIK KLAN MARCHETTI!!" Teriak Julian yang membuat semua orang terhenti.Simon yang tadinya sedang terpojok dan masih semangat untuk melakukan perlawanan sengit tiba-tiba terdiam mematung saat mendengarkan teriakan Julian yang menggema sampai ke seluruh penjuru arah. Simon masih tidak percaya dengan pengumuman yang disampaikan oleh Julian barusan kalau pemimpinnya yang kuat nan perkasa kini telah gugur dan nasibnya sebagai pengawal sang pimpinan Cosa Nostra
Seorang pria tewas dan susul oleh beberapa pria lainnya yang kini mati tertembus peluru, samar-samar suara gelak tawa ditengah deru kebisingan deru suara baling-baling helikopter yang memekakkan telinga."Hey, whatssap, dok!!" Seru Kade sambil memakan wortel dan meniru tokoh kartun Bugs bunny yang membuat Peter dan Iris tercengang."Shit!! Dasar bodoh, kau membuatku kaget saja," gumam Peter yang terkejut sekaligus lega dengan kedatangan Kade yang tepat waktu.Bantuan memang telah datang akan tetapi masalah lain juga ikut datang karena anak buah Kiyoka dan Julian mulai menembaki helikopter dan menyulut emosi Kade yang tanpa pikir panjang langsung menyambar granat lalu melepaskan pin kemudian melemparkannya ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan untuk gudang penyimpanan senjata.DHUUAAAR!! Bangunan kecil meledak dan helikopter yang ditumpangi Kade terbang meninggi agar tidak terkena dampak ledakan yang bisa menyebabkan masalah pada baling-baling saat serpihan-serpihan bangunan be
Malam tiba, Peter dan beberapa anak buahnya bersembunyi di balik semak-semak yang berada di seberang mansion Marchetti untuk mengintai musuh serta mencari waktu yang tepat untuk menyerang akan tetapi hal aneh terjadi saat mobil-mobil hitam keluar dari gerbang mansion Marchetti termasuk mobil milik Julian."Apa-apaan ini? Mau kemana mereka semua?" Gumam Peter dengan ekspresi wajah yang tampak bingung.Drrtt drrt!! Ponsel salah satu anak buah Peter bergetar menerima sebuah pesan singkat dari mata-mata mereka di dalam mansion."Julian dan Kiyoka pergi menuju ke kediaman Luciano untuk melakukan penyerangan besar-besaran, mansion kosong hanya ada nona Iris yang dijaga 60 bodyguard." Ucap anak buah Peter yang membacakan pesan singkat dari mata-mata mereka."FUCK!! Jadi ... Julian dan Kiyoka bergerak menyerang Evan makanya mereka mengosongkan mansion?! Ini ... kenapa mereka bisa tiba-tiba merubah rencana seperti ini?!" Ujar Peter gusar. "Apakah Evan mengetahui rencana serangan ini?" Ucapnya
"Kata perawat, besok siang aku akan menjalani tes pertamaku dan aku ingin kau berada di sampingku. Aku ingin kau yang menemaniku," ucap Zoe sembari memeluk erat pinggang Peter dari belakang.Tangan Peter yang sedang memegang ponsel merosot dan dengan gerakan jempol yang meraba-raba ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Jeremy, mulutnya terkatup rapat tak mampu mengiyakan permintaan Zoe meskipun ia telah berjanji untuk selalu berada di sisi sang model cantik saat sedang menjalani pengobatan."Zoe, ada yang ingin aku katakan kepadamu." Ucap Peter seraya melepaskan tautan tangan Zoe yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik ke belakang hingga ia dan Zoe saling berhadapan agar ia bisa berbicara dengan nyaman."Tentang apa?" Tanya Zoe sambil mendongakkan kepalanya agar ia bisa menatap wajah Peter dengan sangat jelas.Ya, meskipun Zoe bertubuh tinggi akan tetapi masih kalah tinggi dengan tubuh Peter makanya setiap kali ia ingin menatap wajah lelaki pujaan hatinya maka ia harus mendong
"Jangan tendang!! Aku sedang hamil, tolong kasihani aku dan janin di dalam perutku, Kak. Aku mohon," pinta Iris sambil menahan kaki kakaknyta dengan menggunakan satu tangan sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk melindungi perutnya agar tidak terkena tendangan kakaknya.Iris reflek mengaku bahwa ia sedang mengandung agar ia bisa melindungi janin yang sedang dikandungnya dari kemarahan sang kakak, mungkin ini terdengar sangat konyol mengingat kakaknya sangatlah membenci pria yang menanamkan benih di rahimnya akan tetapi sekarang ini keadaan sedang mendesak dan ia akan segera mencari cara untuk bisa meloloskan diri dari cengekeraman kakaknya setelah lolos dari siksaan yang ini tentunya."Apa? Hamil ...?!! Apa kau sudah gila, huh?!" Teriak Julian hingga urat-urat di lehernya mencuat ke permukaan kulitnya. "Aku tidak akan membiarkan hal ini!! Janin kotor itu harus mati sebelum hari pernikahanmu dengan Kiyoka," imbuhnya.Mata Julian melotot, wajahnya menjadi merah padam dengan bib
"Jangan sentuh aku, dasar berengsek!!" Seru Iris memaki Kiyoka."Ayolah, Iris. Aku adalah calon suamimu dan aku memiliki hak untuk menikmati tubuhmu sebelum hari pernikahan kita," ucap Kiyoka dengan entengnya.Dengan ekspresi wajah tidak bersalah, Kiyoka kembali melecehkan Iris untuk memuaskan hasratnya saat melihat kemolekan tubuh serta kecantikan paras sang calon istri. Lelaki bertubuh tinggi nan kekar itu melumat bibir lalu kembali melumat kasar puting payudara sintal yang sangat menggugah hasratnya tanpa mau mengindahkan rintihan atau jeritan kesakitan Iris."TOLONG, KAK JULIAN!! KAK JULIAAAN!! TOLONG," teriak Iris sejadi-jadinya.Tak ada pilihan lain bagi Iris selain selain berteriak dan meminta pertolongan kepada sang kakak yang pastinya tidak akan mau membelanya akan tetapi ia tidak mau begitu saja menyerah dan membiarkan tubuhnya dinikmati oleh pria berengsek macam Kiyoka.Terlebih sekarang ini Iris sedang berbadan dua dan ia tidak ingin terjadi hal buruk menimpa janin yang s
"Kiyoka Kudou? Jadi sekarang ini Julian ingin memperkuat dan memperluas kekuasannya dengan cara menikahkan Iris dengan Kiyoka," gumam Peter dengan tangan mengepal kuat."Lalu apa yang akan anda lakukan untuk menebus kesalahan anda kepada tuan Evan?! Anda tidak akan pernah bisa merebut kembali nona Iris sekalipun anda harus mengorbankan nyawa," ketus Simon."TUTUP MULUTMU, SIMON!! Apa kau pikir tuan Peter tidak menderita dengan kejadian ini?!" Hardik Jeremy."Lalu bagaimana dengan tuan Evan?! Apa kau pikir tuan Evan tidak menderita, huh?! Setelah kehilangan nyonya Freya akhirnya tuan Evan bisa sedikit melupakan kesedihannya tapi dia malah menghancurkan kebahagiaan tuan Evan dengan pengkhianatan yang dia lakukan," sengit Simon sambil menunjuk Peter."Dasar kau berengsek!!" Jeremy mendorong dada Simon dengan sangat kasar hingga tubuh rekannya terdorong ke belakang beberapa langkah, ia benar-benar tidak terima dengan penghinaan Simon kepada orang yang sangat ia hormati makanya ia tidak ra
"Jangan lakukan ini lagi, Zoe. Tubuhmu terlalu berharga untuk sia-siakan hanya untuk memuaskan hasrat pria-pria berengsek sepertiku," ucap Peter.Peter menarik tangannya dari payudara Zoe kemudian berjalan mendekati ranjang lalu menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuh seksi yang model cantik yang telanjang bulat. Ia mengangkat tubuh Zoe lalu membawanya ke ranjang dan dengan sangat hati-hati ia merebahkan tubuh Zoe yang masih terbungkus selimut ke ranjang."Kau bukan lagi kupu-kupu malam yang harus menjual tubuhmu untuk membiayai pengobatanmu, Zoe. Kau adalah seorang wanita terhormat dan kau harus berjanji kepadaku untuk tidak lagi menggunakan tubuhmu hanya untuk membayar kebaikanku," ucap Peter seraya mengusap lembut pipi Zoe."Aku tidak sedang membayar kebaikanmu dengan menggunakan tubuhku, aku hanya ingin memberikan tubuhku untuk pria yang aku cintai," ungkap Zoe dengan sorot mata penuh cinta."Zoe ... ada yang harus aku sampaikan kepadamu tentang perasaanku terhadap se