Tangan kekar Evan terjulur menangkap pergelangan tangan Iris lalu menariknya cepat hingga tubuh langsing wanita bermata besar itu seketika terhempas ke tubuh kekar. Evan memeluk erat tubuh Iris yang tengah gemetaran karena hampir terjatuh ke perairan."Apa kau baik-baik saja?" Tanya Evan seraya memegangi kedua lengan Iris dan menatap wajah cantik yang kini terlihat pucat pasi. "Kau sedang memikirkan apa? Kau ini sangat ceroboh, bagaimana kalau kau benar-benar terjatuh lalu terluka, hah?!" Omelnya kemudian."Maaf, aku tadi takut kalau kau tiba-tiba berubah pikiran padahal dari dulu aku ingin sekali naik gondola ini," lirih Iris dengan kepala tertunduk dan kakiknya menendangi tanah ."Dasar bodoh, isi di dalam kepalamu itu sepertinya harus dibersihkan lagi agar kau tidak berbuat ceroboh lagi," ujar Evan sembari melepaskan pelukan Iris lalu melompat ke atas gondola.Evan dan Iris saling berhadapan namun keduanya berada di pijakan yang berbeda. Manik biru Iris lekat menatap mata Evan seol
"Evan ... Evan," lirih Iris sembari mengguncang pelan tubuh kekar Evan.Evan melenguh pelan dan matanya yang sempat terpejam sejenak kini perlahan mulai terbuka, ia mengumpulkan seluruh kekuatannya dan berusaha agar tetap sadar agar ia bisa melindungi Iris dari bahaya yang masih mengintai. Tangan kekar Evan bergerak mengeratkan rangkulan tangannya di kedua ketiak Iris, ia kembali berenang dan menarik Iris menuju ke rakit kayu yang terapung di tengah perairan."Iris, kau baik-baik saja?" Tanya Evan sembari berpegangan pada pinggiran rakit kayu dengan satu tangannya."Dadaku sakit sekali," jawab Iris."Apa kau bisa naik ke atas rakit?" Tanya Evan."Aku tidak mempunyai tenaga untuk naik ke atas rakit, aakkkkh." Erang Iris yang terus terus saja merintih kesakitan."Pegang tali rakit ini agar kau tidak hanyut," titah Evan, ia meletakkan tali di telapak tangan Iris dan memastikan wanitanya itu menggenggam tali tampar pengikat rakit dengan erat.Evan bergegas naik ke atas rakit dan langsung
"EVAAAN!!"BYUR!!Peter berseru kencang memanggil pimpinannya dan langsung melompat masuk ke dalam air lalu menyelam setelah melihat pimpinannya terlempar ke dalam air, tanpa memperdulikan nyawanya sendiri ia mencari keberadaan Evan yang tenyata sedang tenggelam dan dalam keadaan tidak sadarkan diri.Peter menyelam semakin dalam untuk mencari keberadaan Evan, ia berhenti sejenak lalu kembali ke permukaan air untuk mengambil napas kemudian kembali menyelam untuk mencari pimpinannya. Lelaki tampan bertubuh atletis itu mengendarkan pandangannya ke seluruhmengulurkan satu tangannya saat Evan sudah hampir dalam jangkauannya.TEPP!! Peter menangkap pergelangan tangan Evan dan langsung menariknya menuju ke permukaan air."KADE!! HANS!!" Seru Peter memanggil bawahannya, dengan susah payah ia berenang sembari menarik tubuh kekar Evan yang sedikit menyulitkannya. "Tarik, Evan. Hati-hati," titahnya kepada kedua bawahannya.Hans dan Kade bergegas menarik Evan ke atas speedboat tapi dengan sangat
"Kalau aku menginginkan Iris, apakah kau akan memberikannya kepadaku?" Peter menatap wajah sang pria dengan tatapan menantang."Oh, jadi kau diam-diam menyukai adikku, huh? Sayang sekali Evan tidak bisa mendengar percakapan kita sekarang kalau dia mendengarnya pasti sekarang ini kepalamu sudah hancur berceceran di tanah," kekeh Julian.Julian berjalan santai lalu duduk di bangku kayu, kaki kanannya ia angkat lalu ia tumpukan ke kaki kirinya dan sambil menyenderkan punggungnya ia menatap Peter dengan tatapan tajam."Aku tidak mengatakan kalau aku menyukai Iris, Julian!! Aku hanya mengatakan kalau aku menginginkan Iris dan itu bukan berarti kalau aku menyukai adikmu, bukan?" Ralat Peter."Katakan alasan kenapa kau menginginkan Iris?" Tanya Julian sambil menatap Peter dengan tatapan selidik bercampur emosi yang sedang ia tahan.Peter tersenyum sarkas lalu menghela napas, menghirup udara segar di malam hari yang terasa dingin karena saat ini memang sedang memasuki awal musim dingin. Lelak
"Maafkan aku, Evan. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku meskipun aku selalu mengingkarinya tapi aku tidak bisa," gumam Peter sembari menatap nanar tanah yang sedang dipijaknya.Untuk pertama kali dalam hidupnya, Peter yang humoris dan selalu terlihat ceria itu menunjukkan ekspresi wajah murung serta penuh penyesalan. Selama ini di dalam otaknya tidak pernah terbersit sedikitpun keinginan menusuk Evan dari belakang seperti ini akan tetapi setelah bertemu dengan Julian, keteguhan serta kesetiaan Peter goyah dan hal yang tidak pernah terpikir olehnya pun seketika meluncur dari mulutnya begitu saja.Sungguh, kecantikan paras Iris mampu membuat semua lelaki tergoda termasuk Peter. Tapi ... apakah Peter bisa berbuat lebih jauh lagi demi bisa mendapatkan wanita yang ia sukai? Apakah Peter mampu mengkhianati Evan yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri?Peter menghela napas panjang seraya menatap ke sekeliling taman yang tampak gelap dan sangat sepi tersebut, kakinya mulai melangkah
Sisillia, Italy."Simon!! Jelaskan kepadaku, apa maksud ucapanmu saat di rumah sakit Venesia tadi? Mata-mata Julian, siapa yang kau maksud?" Tanya Evan seraya menatap mata Simon dengan tatapan penuh selidik.Tatapan mata Simon perlahan menunduk ke bawah, tidak berani menatap mata pimpinannya yang sedang menuntut jawabannya. Namun, ia hanya diam lalu perlahan mengalihkan pandangan matanya menuju ke celah pintu dan ia melihat Peter sedang berdiri menatapnya."Sedang lihat apa kau?!" Evan sontak menoleh ke arah pintu kamar perawatan Iris yang sedang ditatap oleh Simon akan tetapi ia tidak melihat siapapun di sana. "Simon!! Damn!! Cepat jawab pertanyaanku," desaknya kemudian dengan nada tinggi."Maafkan saya, Tuan. Tadi saya hanya asal bicara saja, tidak mungkin saya akan tinggal diam jika mata-mata Julian berada di tengah-tengah kita," ucap Simon sembari tersenyum kaku untuk menyembunyikan kebohongannya dan lebih memilih untuk melindungi Peter sebelum ia benar-benar mendapatkan cukup buk
"Memalukan!! Akan sangat memalukan kalau aku mengkhianati Evan demi mendapatkan seorang wanita yang bahkan tidak pernah melihatku," gumam Peter sembari menatap nanar kaset kiriman Julian yang kini telah hancur.TOK!! Pintu kamar Peter diketuk sekali namun terdengar keras, Peter langsung menendang kaset yang telah dihancurkannya itu di bawah kolong ranjangnya lalu ia berjalan cepat menuju ke pintu setelah selesai menyembunyikan bukti kejahatannya."Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau mengunci pintu kamarmu?!" Ujar Evan sambil menatap kesal ke arah Peter saat ia berjalan masuk ke dalam kamar anak buahnya."Aku tadi sedang istirahat dan tidak ingin diganggu oleh siapapun makanya aku mengunci kamar," jawab Peter.Mata Evan memicing dengan kening yang ia kerutkan saat menatap mata Peter. "Aku kira hanya Simon yang berubah menjadi aneh tapi ternyata kau juga sama anehnya dengan Simon, apa kalian berdua sedang menyembunyikan sesuatu di belakangku?!" Ujarnya seraya menatap peter dengan ta
"Apa kau mau tahu, siapakah wanita yang mampu merubah sikap Peter? Kau pasti akan terkena serangan jantung setelah aku memberitahumu karena kau sangat kenal dan dekat dengan perempuan yang sedang kita bicarakan," ucap Julian penuh teka-teki.Julian tersenyum penuh kelicikan karena rencananya untuk memecah belah Evan dan Peter sejauh ini berjalan mulus, ia sudah tidak sabar ingin melihat reaksi Evan nantinya setelah membocorkan rahasia musuhnya karena jika rencananya berhasil. Selain Adik perempuannya bisa ia rebut kembali, Julian pastinya bisa menghancurkan musuhnya dengan mudah setelah memporak-porandakan mental musuhnya."JANGAN BERBELIT-BELIT, JULIAN!! CEPAT KATAKAN KEPADAKU SIAPA WANITA YANG KAU MAKSUD!!" Hardik Evan, ia sudah terlanjur marah kepada Julian yang terus saja mempermainkan emosinya yang sedang tidak stabil.Evan seraya menatap mata Julian dengan tatapan tajam, ia sangat yakin kalau musuh bebuyutannya hanya ingin menjebaknya karena sejak tadi hanya berbicara omong koso