"Memalukan!! Akan sangat memalukan kalau aku mengkhianati Evan demi mendapatkan seorang wanita yang bahkan tidak pernah melihatku," gumam Peter sembari menatap nanar kaset kiriman Julian yang kini telah hancur.TOK!! Pintu kamar Peter diketuk sekali namun terdengar keras, Peter langsung menendang kaset yang telah dihancurkannya itu di bawah kolong ranjangnya lalu ia berjalan cepat menuju ke pintu setelah selesai menyembunyikan bukti kejahatannya."Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau mengunci pintu kamarmu?!" Ujar Evan sambil menatap kesal ke arah Peter saat ia berjalan masuk ke dalam kamar anak buahnya."Aku tadi sedang istirahat dan tidak ingin diganggu oleh siapapun makanya aku mengunci kamar," jawab Peter.Mata Evan memicing dengan kening yang ia kerutkan saat menatap mata Peter. "Aku kira hanya Simon yang berubah menjadi aneh tapi ternyata kau juga sama anehnya dengan Simon, apa kalian berdua sedang menyembunyikan sesuatu di belakangku?!" Ujarnya seraya menatap peter dengan ta
"Apa kau mau tahu, siapakah wanita yang mampu merubah sikap Peter? Kau pasti akan terkena serangan jantung setelah aku memberitahumu karena kau sangat kenal dan dekat dengan perempuan yang sedang kita bicarakan," ucap Julian penuh teka-teki.Julian tersenyum penuh kelicikan karena rencananya untuk memecah belah Evan dan Peter sejauh ini berjalan mulus, ia sudah tidak sabar ingin melihat reaksi Evan nantinya setelah membocorkan rahasia musuhnya karena jika rencananya berhasil. Selain Adik perempuannya bisa ia rebut kembali, Julian pastinya bisa menghancurkan musuhnya dengan mudah setelah memporak-porandakan mental musuhnya."JANGAN BERBELIT-BELIT, JULIAN!! CEPAT KATAKAN KEPADAKU SIAPA WANITA YANG KAU MAKSUD!!" Hardik Evan, ia sudah terlanjur marah kepada Julian yang terus saja mempermainkan emosinya yang sedang tidak stabil.Evan seraya menatap mata Julian dengan tatapan tajam, ia sangat yakin kalau musuh bebuyutannya hanya ingin menjebaknya karena sejak tadi hanya berbicara omong koso
"KAU HARUS MATI, PETER!! BERANI SEKALI KAU MENCINTAI IRIS, WANITAKU!!" Hardik Evan penuh kemarahan.Dengan tatapan nyalang bak pembunuh berdarah dingin, Evan menodongkan senjatanya kepada Peter dan melupakan semua hubungan baik yang mereka miliki. Evan tidak bisa mentolerir kesalahan yang dilakukan oleh Peter jika menyangkut tentang kepercayaan dan juga wanita, bagi dirinya ... Iris bukan hanya sekadar wanita yang ia miliki tapi juga merupakan harga diri yang harus ia jaga agar tidak diinjak-injak oleh orang lain terutama oleh anak buahnya."Bunuh aku, Evan. Aku memang salah dan aku pantas mendapatkan hukuman darimu," ucap Peter penuh kepasrahan.Emosi Evan semakin membara setelah mendengarkan pengakuan dari Peter bahkan jari telunjuknya kini tampak bergerak pelan menarik pelatuk pistol kebanggaannya. Namun, tiba-tiba saja Simon dan beberapa rekan kerjanya yang lain berdiri tepat di antara Evan dan Peter.Simon dan beberapa pengawal lainnya berusaha melindungi Peter dengan menggunaka
"Evan, berhenti. Tolong Peter, dia tadi terluka karena melindungiku." Ucap Iris saat berada di dalam gendongan Evan.Evan merebahkan Iris di atas ranjang dengan cara yang sedikit kasar hingga perempuan cantik bermata biru jernih itu meringis kesakitan lantaran luka di dadanya yang terasa nyeri terkena hantaman ranjang yang terasa menyakitkan meski ranjang yang ia tiduri terasa empuk.Evan mendengkus kesal dan ekspresi wajahnya menunjukkan kekesalan karena Iris menyebut nama pria lain, hatinya sedang diselimuti rasa cemburu sampai ia melupakan kondisi Iris yang masih dalam proses penyembuhan luka tembak yang masih belum kering."DIAM, IRIS!! JANGAN PERNAH MENYEBUT NAMA PRIA LAIN DI HADAPANKU ATAU AKAN KUTEMBAK KEPALA SEMUA PRIA ITU!!" Bentak Evan dengan suara menggelegar bagai petir dan mata melotot."Tapi ... Peter bukan orang lain, dia adalah--""DIAAAAM!! Apa kau menyukai Peter, huh?! Kenapa kau jadi sangat perhatian kepadanya?!" Bentak Evan yang membuat Iris tersentak.Evan naik ke
"Kau sangat kejam, Evan. Dalam sekejap kau membuatku jadi orang asing bahkan menjadikan aku seorang musuh," gumam Peter yang masih menatap punggung Evan menjauh lalu menghilang.Lutut Peter bergetar dan tubuhnya limbung hingga hampir terjatuh ke lantai, akan tetapi tangannya bergerak cepat meraih sandaran tangga dan menjadikannya sebagai penopang tubuhnya. Peter terduduk di anak tangga selama beberapa menit untuk menenangkan perasaannya yang kacau dan tubuhnya yang gemetaran, dan setelah tubuhnya kembali normal ia berjalan menuju ke ruang kerja untuk menyelesaikan yang masih belum terselesaikan.Beberapa menit kemudian Peter mendengar suara mesin mobil yang dihidupkan sehingga ia reflek menghentikan pekerjaannya lalu berjalan mendekati ke jendela, ia menatap nanar ke arah Evan yang sedang membantu Iris masuk ke dalam mobil dan di dalam hatinya terbersit rasa cemburu namun ia hanya bisa memendam semua perasaannya di dalam hati.Peter mengepalkan tangannya erat lalu ia merogoh kantongny
"Kau tidak bisa pergi kemana-mana karena kau sudah terikat perjanjian untuk melayaniku selama 2 hari," tegas Peter."Tapi aku sudah mengembalikan semua uangmu dan aku bersumpah tidak mengambil uangmu se sen pun, tidak bisakah kau melepaskan aku? Aku mohon," pinta Zoe mengiba.Peter merasa harga dirinya sedang diinjak-injak oleh seorang wanita yang dianggapnya sangat rendah, sebenarnya ia sedang marah kepada takdirnya karena tidak bisa memiliki Iris yang merupakan cinta pertamanya dan kemarahannya itu ia lampiaskan kepada Zoe yang sengaja ia bayar untuk menjadi pelampiasannya semata."Tidak!! Kau sudah menandatangani surat perjanjian dan kau tidak bisa mundur lagi!!" Bentak Peter yang kembali mendorong kasar bahu Zoe hingga punggung sang model cantik itu pun kembali menabrak dinding dengan sangat keras."Akkkkh," rintih Zoe kesakitan.Alih-alih mau melepaskan Zoe, Peter malah menggila dan tak mau melepaskan Zoe yang terus memohon untuk dibebaskan. Lelaki bertubuh tinggi tegap itu terus
"Tolong, selamatkan aku. Aku tidak mau mati ... tolong," racau Zoe.Peter duduk di kursi yang berada di samping ranjang, netranya lekat menatap wajah cantik Zoe yang terlihat begitu putih dan pucat yang menyiratkan rasa lelah serta rasa takut yang bisa dibaca dengan jelas oleh Peter.Beberapa jam berlalu, seorang dokter jaga kembali datang untuk memeriksa kondisi Zoe yang keadaannya sudah dirasa cukup membaik ia mencabut jarum infus dan memperbolehkan Peter membawa Zoe pulang.Dengan sangat berhati-hati, Peter mengangkat tubuh Zoe lalu menggendongnya hingga ke parkiran mobil. Tubuh sang model direbahkan di bangku belakang dan ia mengendarai mobilnya dengan sangat berhati-hati agar tubuh Zoe tidak terguncang dan terluka.Sampai di apartemen, Peter kembali menggendong Zoe dan membawa wanita bayarannya kembali ke unit apartemennya. Lelaki tampan bertubuh tinggi tegap itu membaringkan Zoe di atas ranjang kemudian ia duduk di tepi ranjang sembari menatap wajah cantik yang kini sedang terti
"Shit!! Kenapa Jeremy lama sekali?!" Peter mendengkus kesal sambil mengetuk-ngetuk ujung ponselnya ke atap mobil sembari sesekali menatap jam tangannya.Waktu sudah menunjukkan pukul 11.35 siang tapi Jeremy masih belum juga menelepon dan memberikan informasi yang diminta oleh Peter sedangkan waktu sudah tidak memungkinkan lagi karena sekarang juga Peter harus terbang kembali ke Los Angeles sesuai perintah dari Evan.Peter kembali menghela napas panjang setelah berkali-kali melakukannya saat sedang menunggu kabar dari anak buahnya, rasa bersalah di dalam hati membuatnya tidak merasa tenang sama sekali dan perasaannya ini membuatnya hampir gila. Dan pada akhirnya Peter memutuskan untuk pergi dari Sissilia dengan meninggalkan sejuta rasa bersalah kepada Zoe.Malam hari di D'Luciano Casino ....Belasan wanita cantik yang bertubuh seksi yang memakai rok mini dengan atasan model kemben yang memperlihatkan sembulan payudara padat berisi tampak berjalan mondar-mandir sambil membawa nampan yan