"Evan, berhenti. Tolong Peter, dia tadi terluka karena melindungiku." Ucap Iris saat berada di dalam gendongan Evan.Evan merebahkan Iris di atas ranjang dengan cara yang sedikit kasar hingga perempuan cantik bermata biru jernih itu meringis kesakitan lantaran luka di dadanya yang terasa nyeri terkena hantaman ranjang yang terasa menyakitkan meski ranjang yang ia tiduri terasa empuk.Evan mendengkus kesal dan ekspresi wajahnya menunjukkan kekesalan karena Iris menyebut nama pria lain, hatinya sedang diselimuti rasa cemburu sampai ia melupakan kondisi Iris yang masih dalam proses penyembuhan luka tembak yang masih belum kering."DIAM, IRIS!! JANGAN PERNAH MENYEBUT NAMA PRIA LAIN DI HADAPANKU ATAU AKAN KUTEMBAK KEPALA SEMUA PRIA ITU!!" Bentak Evan dengan suara menggelegar bagai petir dan mata melotot."Tapi ... Peter bukan orang lain, dia adalah--""DIAAAAM!! Apa kau menyukai Peter, huh?! Kenapa kau jadi sangat perhatian kepadanya?!" Bentak Evan yang membuat Iris tersentak.Evan naik ke
"Kau sangat kejam, Evan. Dalam sekejap kau membuatku jadi orang asing bahkan menjadikan aku seorang musuh," gumam Peter yang masih menatap punggung Evan menjauh lalu menghilang.Lutut Peter bergetar dan tubuhnya limbung hingga hampir terjatuh ke lantai, akan tetapi tangannya bergerak cepat meraih sandaran tangga dan menjadikannya sebagai penopang tubuhnya. Peter terduduk di anak tangga selama beberapa menit untuk menenangkan perasaannya yang kacau dan tubuhnya yang gemetaran, dan setelah tubuhnya kembali normal ia berjalan menuju ke ruang kerja untuk menyelesaikan yang masih belum terselesaikan.Beberapa menit kemudian Peter mendengar suara mesin mobil yang dihidupkan sehingga ia reflek menghentikan pekerjaannya lalu berjalan mendekati ke jendela, ia menatap nanar ke arah Evan yang sedang membantu Iris masuk ke dalam mobil dan di dalam hatinya terbersit rasa cemburu namun ia hanya bisa memendam semua perasaannya di dalam hati.Peter mengepalkan tangannya erat lalu ia merogoh kantongny
"Kau tidak bisa pergi kemana-mana karena kau sudah terikat perjanjian untuk melayaniku selama 2 hari," tegas Peter."Tapi aku sudah mengembalikan semua uangmu dan aku bersumpah tidak mengambil uangmu se sen pun, tidak bisakah kau melepaskan aku? Aku mohon," pinta Zoe mengiba.Peter merasa harga dirinya sedang diinjak-injak oleh seorang wanita yang dianggapnya sangat rendah, sebenarnya ia sedang marah kepada takdirnya karena tidak bisa memiliki Iris yang merupakan cinta pertamanya dan kemarahannya itu ia lampiaskan kepada Zoe yang sengaja ia bayar untuk menjadi pelampiasannya semata."Tidak!! Kau sudah menandatangani surat perjanjian dan kau tidak bisa mundur lagi!!" Bentak Peter yang kembali mendorong kasar bahu Zoe hingga punggung sang model cantik itu pun kembali menabrak dinding dengan sangat keras."Akkkkh," rintih Zoe kesakitan.Alih-alih mau melepaskan Zoe, Peter malah menggila dan tak mau melepaskan Zoe yang terus memohon untuk dibebaskan. Lelaki bertubuh tinggi tegap itu terus
"Tolong, selamatkan aku. Aku tidak mau mati ... tolong," racau Zoe.Peter duduk di kursi yang berada di samping ranjang, netranya lekat menatap wajah cantik Zoe yang terlihat begitu putih dan pucat yang menyiratkan rasa lelah serta rasa takut yang bisa dibaca dengan jelas oleh Peter.Beberapa jam berlalu, seorang dokter jaga kembali datang untuk memeriksa kondisi Zoe yang keadaannya sudah dirasa cukup membaik ia mencabut jarum infus dan memperbolehkan Peter membawa Zoe pulang.Dengan sangat berhati-hati, Peter mengangkat tubuh Zoe lalu menggendongnya hingga ke parkiran mobil. Tubuh sang model direbahkan di bangku belakang dan ia mengendarai mobilnya dengan sangat berhati-hati agar tubuh Zoe tidak terguncang dan terluka.Sampai di apartemen, Peter kembali menggendong Zoe dan membawa wanita bayarannya kembali ke unit apartemennya. Lelaki tampan bertubuh tinggi tegap itu membaringkan Zoe di atas ranjang kemudian ia duduk di tepi ranjang sembari menatap wajah cantik yang kini sedang terti
"Shit!! Kenapa Jeremy lama sekali?!" Peter mendengkus kesal sambil mengetuk-ngetuk ujung ponselnya ke atap mobil sembari sesekali menatap jam tangannya.Waktu sudah menunjukkan pukul 11.35 siang tapi Jeremy masih belum juga menelepon dan memberikan informasi yang diminta oleh Peter sedangkan waktu sudah tidak memungkinkan lagi karena sekarang juga Peter harus terbang kembali ke Los Angeles sesuai perintah dari Evan.Peter kembali menghela napas panjang setelah berkali-kali melakukannya saat sedang menunggu kabar dari anak buahnya, rasa bersalah di dalam hati membuatnya tidak merasa tenang sama sekali dan perasaannya ini membuatnya hampir gila. Dan pada akhirnya Peter memutuskan untuk pergi dari Sissilia dengan meninggalkan sejuta rasa bersalah kepada Zoe.Malam hari di D'Luciano Casino ....Belasan wanita cantik yang bertubuh seksi yang memakai rok mini dengan atasan model kemben yang memperlihatkan sembulan payudara padat berisi tampak berjalan mondar-mandir sambil membawa nampan yan
"Leukimia? Jadi ini alasanmu menjual diri, Zoe? Dan dengan angkuhnya menghina serta merendahkan Zoe ... aku memang bodoh."Sambil duduk termenung di bangku taman, Peter terus bermonolog mengulangi kata-kata Jeremy yang sampai saat ini belum bisa sepenuhnya ia percaya. Peter terlihat sangat gelisah bahkan sesekali ia menghela napas panjang bahkan mendengkus, berkali-kali pula ia menatap layar ponselnya saat menunggu kabar dari Jeremy yang kunjung ia dapatkan.Di sisi lain ...."Evan, ada apa? Kenapa akhir-akhir ini kau terlihat gelisah dan selalu uring-uringan, sama seperti Peter yang bertingkah aneh. Apa yang terjadi kepada kalian berdua?" Tanya Iris saat melihat wajah kesal Evan yang bisa ia lihat dengan sangat jelas.Iris berjalan mendekati Evan yang sedang duduk di sofa, dengan tingkah manjanya ia duduk di pangkuan Evan dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh kekar hingga tubuh keduanya menyatu. Iris melingkarkan kedua tangannya di leher kokoh dan ia berhasil menguasai tubuh Evan hanya
Peter menatap ponselnya yang hancur dengan tatapan nanar, jantungnya berdebar semakin kencang seakan ingin mencelos keluar dari dadanya. Entah bagaimana kondisi Zoe dan Jeremy sekarang tapi yang pasti saat ini Peter tidak mau menyerah."JAWAB, PETER!!" Sentak Evan.Tatapan Peter kini tertuju pada Evan lalu ia berkata. "Kalau pun aku mengatakan yang sejujurnya, apa kau akan percaya? Tidak, bukan? Sekarang ini kau sudah tidak lagi mempercayaiku jadi untuk apa aku menjelaskannya kepadamu?""Ya, karena kau sudah pernah mengkhianatiku," ujar Evan."Terserah kau saja," jawab Peter dengan nada kecewa dan malas, ia berjalan pergi menghindari Evan karena sudah malas berdebat dengan pimpinannya."KAU MASIH BELUM MENJAWAB PERTANYAANKU!!" Seru Evan penuh kemarahan yang membuat Peter terhenti sejenak lalu ia berlari pergi tanpa mau mendengarkan teriakan Evan. "PETER!! FUCK!!" Serunya kencang.Peter berlari menuju ke mobilnya yang terparkir rapih di halaman sambil berbicara dengan anak buahnya yan
"Selamat datang, Peter." Julian menyambut kedatangan Peter dengan kedua tangan yang terbuka lebar dan senyum penuh kemenangan.Peter menutup pintu mobilnya dengan sangat keras hingga terdengar suara berdebam, sambil memasang ekspresi wajah penuh kemarahan ia berjalan mendekati musuhnya yang sedang duduk di atas bemper mobil Range Rover hitam."Mana Zoe dan Jeremy?" Tanya Peter tanpa basa-basi."Tidak semudah itu, Peter. Bukankah kau paham betul aturan mainnya?" Jawab Julian.Peter menghela napas panjang karena ia tahu apa yang akan diminta oleh Julian nantinya sebagai pertukaran sandera dan dalam hal ini tentu saja tidak akan menguntungkan baginya."Ya, aku tahu apa yang akan kau minta sebagai pertukaran Zoe," ucap Peter."Iris ... kembalikan Iris kepadaku dan kau akan mendapatkan wanitamu," ucap Julian seraya menggerakkan jari-jarinya, memberikan kode kepada anak buahnya untuk membawa dua sandera mereka."Sudah kuduga," ucap Peter sambil tersenyum sinis. "Kenapa kau sangat yakin kal