"Tolong, selamatkan aku. Aku tidak mau mati ... tolong," racau Zoe.Peter duduk di kursi yang berada di samping ranjang, netranya lekat menatap wajah cantik Zoe yang terlihat begitu putih dan pucat yang menyiratkan rasa lelah serta rasa takut yang bisa dibaca dengan jelas oleh Peter.Beberapa jam berlalu, seorang dokter jaga kembali datang untuk memeriksa kondisi Zoe yang keadaannya sudah dirasa cukup membaik ia mencabut jarum infus dan memperbolehkan Peter membawa Zoe pulang.Dengan sangat berhati-hati, Peter mengangkat tubuh Zoe lalu menggendongnya hingga ke parkiran mobil. Tubuh sang model direbahkan di bangku belakang dan ia mengendarai mobilnya dengan sangat berhati-hati agar tubuh Zoe tidak terguncang dan terluka.Sampai di apartemen, Peter kembali menggendong Zoe dan membawa wanita bayarannya kembali ke unit apartemennya. Lelaki tampan bertubuh tinggi tegap itu membaringkan Zoe di atas ranjang kemudian ia duduk di tepi ranjang sembari menatap wajah cantik yang kini sedang terti
"Shit!! Kenapa Jeremy lama sekali?!" Peter mendengkus kesal sambil mengetuk-ngetuk ujung ponselnya ke atap mobil sembari sesekali menatap jam tangannya.Waktu sudah menunjukkan pukul 11.35 siang tapi Jeremy masih belum juga menelepon dan memberikan informasi yang diminta oleh Peter sedangkan waktu sudah tidak memungkinkan lagi karena sekarang juga Peter harus terbang kembali ke Los Angeles sesuai perintah dari Evan.Peter kembali menghela napas panjang setelah berkali-kali melakukannya saat sedang menunggu kabar dari anak buahnya, rasa bersalah di dalam hati membuatnya tidak merasa tenang sama sekali dan perasaannya ini membuatnya hampir gila. Dan pada akhirnya Peter memutuskan untuk pergi dari Sissilia dengan meninggalkan sejuta rasa bersalah kepada Zoe.Malam hari di D'Luciano Casino ....Belasan wanita cantik yang bertubuh seksi yang memakai rok mini dengan atasan model kemben yang memperlihatkan sembulan payudara padat berisi tampak berjalan mondar-mandir sambil membawa nampan yan
"Leukimia? Jadi ini alasanmu menjual diri, Zoe? Dan dengan angkuhnya menghina serta merendahkan Zoe ... aku memang bodoh."Sambil duduk termenung di bangku taman, Peter terus bermonolog mengulangi kata-kata Jeremy yang sampai saat ini belum bisa sepenuhnya ia percaya. Peter terlihat sangat gelisah bahkan sesekali ia menghela napas panjang bahkan mendengkus, berkali-kali pula ia menatap layar ponselnya saat menunggu kabar dari Jeremy yang kunjung ia dapatkan.Di sisi lain ...."Evan, ada apa? Kenapa akhir-akhir ini kau terlihat gelisah dan selalu uring-uringan, sama seperti Peter yang bertingkah aneh. Apa yang terjadi kepada kalian berdua?" Tanya Iris saat melihat wajah kesal Evan yang bisa ia lihat dengan sangat jelas.Iris berjalan mendekati Evan yang sedang duduk di sofa, dengan tingkah manjanya ia duduk di pangkuan Evan dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh kekar hingga tubuh keduanya menyatu. Iris melingkarkan kedua tangannya di leher kokoh dan ia berhasil menguasai tubuh Evan hanya
Peter menatap ponselnya yang hancur dengan tatapan nanar, jantungnya berdebar semakin kencang seakan ingin mencelos keluar dari dadanya. Entah bagaimana kondisi Zoe dan Jeremy sekarang tapi yang pasti saat ini Peter tidak mau menyerah."JAWAB, PETER!!" Sentak Evan.Tatapan Peter kini tertuju pada Evan lalu ia berkata. "Kalau pun aku mengatakan yang sejujurnya, apa kau akan percaya? Tidak, bukan? Sekarang ini kau sudah tidak lagi mempercayaiku jadi untuk apa aku menjelaskannya kepadamu?""Ya, karena kau sudah pernah mengkhianatiku," ujar Evan."Terserah kau saja," jawab Peter dengan nada kecewa dan malas, ia berjalan pergi menghindari Evan karena sudah malas berdebat dengan pimpinannya."KAU MASIH BELUM MENJAWAB PERTANYAANKU!!" Seru Evan penuh kemarahan yang membuat Peter terhenti sejenak lalu ia berlari pergi tanpa mau mendengarkan teriakan Evan. "PETER!! FUCK!!" Serunya kencang.Peter berlari menuju ke mobilnya yang terparkir rapih di halaman sambil berbicara dengan anak buahnya yan
"Selamat datang, Peter." Julian menyambut kedatangan Peter dengan kedua tangan yang terbuka lebar dan senyum penuh kemenangan.Peter menutup pintu mobilnya dengan sangat keras hingga terdengar suara berdebam, sambil memasang ekspresi wajah penuh kemarahan ia berjalan mendekati musuhnya yang sedang duduk di atas bemper mobil Range Rover hitam."Mana Zoe dan Jeremy?" Tanya Peter tanpa basa-basi."Tidak semudah itu, Peter. Bukankah kau paham betul aturan mainnya?" Jawab Julian.Peter menghela napas panjang karena ia tahu apa yang akan diminta oleh Julian nantinya sebagai pertukaran sandera dan dalam hal ini tentu saja tidak akan menguntungkan baginya."Ya, aku tahu apa yang akan kau minta sebagai pertukaran Zoe," ucap Peter."Iris ... kembalikan Iris kepadaku dan kau akan mendapatkan wanitamu," ucap Julian seraya menggerakkan jari-jarinya, memberikan kode kepada anak buahnya untuk membawa dua sandera mereka."Sudah kuduga," ucap Peter sambil tersenyum sinis. "Kenapa kau sangat yakin kal
"Maafkan aku. Evan, Iris ... aku harus melakukan ini untuk menyelamatkan Zoe dan Jeremy." Ucap Peter di dalam hati sambil menitikkan air mata.Air mata Zoe yang terjatuh ketika dilecehkan oleh Julian menjadi cambukan paling menyakitkan yang pernah ia rasakan seumur hidupnya melebihi rasa sakit saat melihat Evan sedang mencumbu mesra wanita yang ia cintai. Peter juga tidak bisa membayangkan saat ia melakukan pengkhianatan besar kepada Evan saat menyeret tangan Iris dan menyerahkannya ke kepada Julian, dadanya benar-benar terasa sesak dan sungguh ia ingin mati saja karena tak sanggup menghadapi situasi sulit saat ini."Bagus, Peter. Kau telah mengambil keputusan yang sangat tepat, bawa Iris ke mansionku dan kau akan mendapatkan wanitamu. Dan ingat baik-baik, waktumu hanya dua hari." Ujar Julian yang mengingatkan Peter.Peter tidak menjawab atau merespon ucapan Julian karena saat ini tatapan matanya tertuju kepada Zoe yang sedang juga sedang menatapnya. "Bersabarlah dan jangan takut kare
"Hell, shitt!!!" Umpat Evan sembari menekan luka di perut Peter."Saya panggil 911," ujar Simon yang sudah siap menekan tombol ponselnya untuk memanggi bantuan akan tetapi Evan langsung menghalangi. "Kenapa, Tuan? Kita harus segera memanggil ambulance untuk tuan Peter," protesnya."Terlalu lama!! Peter tidak akan mungkin bisa bertahan sampai ambulance datang," ucap Evan.Simon akhirnya mengerti dengan ucapan pimpinannya dan otaknya bekerja cepat dengan menoleh ke arah rekannya lalu berkata. "Kade, cepat siapkan mobil!!"Keadaan Peter semakin parah atau bisa dibilang sekarat setelah memuntahkan darah yang lumayan banyak dan mengucapkan permintaan terakhirnya kepada Evan, ia langsung tidak sadarkan diri.Tanpa menunggu lama, Evan langsung mengangkat tubuh Peter lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Pria bertubuh kekar itu melakukan pertolongan pertama sebisanya mengingat tidak ada obat-obatan di dalam mobilnya akan tetapi ia tidak menyerah demi menyelamatkan orang yang sudah ia anggap l
"Untuk apa tespack ini? Apa kau sedang hamil?!" Pekik Michael kencang seraya memegang tespack milik Iris, ia juga sengaja meninggikan suaranya agar semua orang bisa mendengarnya dengan tujuan untuk mempermalukan Iris.Iris menjadi panik dan langsung merebut tespack dari tangan Michael lalu menyembunyikannya di saku baju sambil mengedarkan pandangan ke segala arah, tampaknya dewi keberuntungan sedang berada di pihaknya karena indera penglihatannya tidak melihat satu orang pun di sekitarnya dan ia merasa sedikit lega karena tidak ada orang yang bisa mendengar teriakan Michael."Kau memang berengsek!! Apa kau tidak memiliki pekerjaan selain ikut campur dalam masalah orang lain, huh?!" Semprot Iris yang sudah kadung jengkel dengan ulah Michael.Michael berjalan mendekati Iris lalu ia mendekatkan wajahnya ke telinga Iris lalu berkata. "Apa kau ingin tahu pekerjaanku yang sebenarnya? Aku sangat yakin kalau kau akan langsung berlari ketakutan saat kujelaskan apa pekerjaanku," ujarnya."Janga