"FUUCK!!!! Teriak Julian marah, wajahnya berubah merah padam dengan rahang mengeras dan tangan mengepal kuat seolah ingin meremukkan siapa saja yang telah membangkitkan amarahnya.Michael tersenyum senang dania pikir kalau sekarang saatnya untuk meminta imbalan atas informasi yang telah ia berikan. "Julian, kau telah mendapatkan apa yang kau inginkan dan sekarang gilranku untuk mendapatkan imbalan atas informasi yang telah aku berikan," tagihnya tanpa rasa sungkan.Tatapan mata tajam Julian seketika tertuju ke arah Michael, kesal pastinya akan tetapi ia juga tidak bisa menolak permintaan Michael karena ia masih membutuhkan sepupu musuhnya itu sebagai mata-mata. Julian menggeram saat ia membuka laci meja kerjanya lalu ia mengambil segepok uang yang langsung ia lemparkan ke tubuh Michael."Cepat pergi!!" Usir Julian.Michael tersenyum senang saat sedang memungut uang di lantai lalu mencium segepok yang pecahan 100 dollar yang berjumlah total US$10.000. "Terima kasih," ucapnya lalu ia b
"Apa?!! Kau sedang hamil?!!" Pekik Peter kencang yang membuat Iris tersentak kaget."Ke ... kenapa, Peter? Apakah ada yang salah?" Tanya Iris."Apakah Evan sudah tahu tentang kehamilanmu?" Tanya Peter yang dijawab gelengan kepala oleh Iris. "Kenapa kau tidak memberitahu Evan?" Tanyanya lagi."Rencanaku malam ini akan memberitahu Evan tapi kau mengatakan kalau Evan hendak menyerang kak Julian jadi ... aku ..." Ucapan Iris terhenti dan tatapan matanya tertuju ke wajah Peter yang tampak pucat.Peter menghela napas panjang bahkan ia sampai menjatuhkan kepalanya di atas stang mobil seakan seluruh hatinya juga ikut terjatuh, ia tahu betul bagaimana nasib Iris dan bayi sedang dikandung saat berada di tangan Julian nantinya. Sungguh, Peter tak tega untuk menyerahkan Iris ke tangan Julian akan tetapi kalau ia tidak mau melaksanan perintah Julian maka nyawa Zoe dan Jeremy sudah bisa dipastikan akan melayang sia-sia.Otak Peter bekerja keras memikirkan opsi lain yang sekiranya bisa ia gunakan un
"EVAN!! EVAN, TOLONG!!" Iris berteriak dan terus memberontak saat ia diserahkan kepada Julian, berharap lelakinya bisa mendengarkan jeritannya lalu datang menolongnya, tapi ...PLAAAK!! Julian mendaratkan tamparan di pipi mulus adiknya hingga meninggalkan bekas telapak tangan yang berwarna merah, darahnya seketika mendidih setelah mendengar nama musuh bebuyutannya disebut oleh adiknya dan membuatnya menjadi gelap mata."DIAM, IRIS!! Jangan pernah panggil nama si berengsek itu di hadapanku!!" Bentak Julian.Melihat Iris ditampar bahkan sampai tersungkur di lantai membuat emosi Peter tersulut dan ia langsung berlari hendak menolong Iris akan tetapi langkah kakinya dijegal oleh Julian hingga ia hampir terjatuh."JANGAN IKUT CAMPUR URUSANKU, PETER!! KAU SUDAH MENDAPATKAN WANITAMU DAN JUGA ANAK BUAHMU DAN SEKARANG CEPAT ANGKAT KAKI DARI RUMAHKU!!" Hardik Julian."Aku akan membunuhmu kalau kau berani menyakiti Iris," ancam Peter yang membuat tawa Julian meledak."Iris adalah adikku dan kau
"Aku di sini," ucap Peter yang membuat belasan pasang mata seketika tertuju kepadanya.Peter berjalan mendekati Evan dan tanpa pikir panjang langsung bersujud di hadapan Evan sebagi bentuk rasa bersalah serta kepasrahannya karena sudah menukar Iris dengan Zoe dan Jeremy. Peter sudah siap menerima semua konsekuensi yang akan dia terima dari Evan, paling tidak kepalanya akan berlubang tertembus peluru atau mungkin saja tubuhnya akan dipotong-potong lalu disebar ke jalanan dan semua kemungkinan buruk tersebut bisa saja terjadi mengingat pimpinannya yang terkenal sangat kejam."Berani sekali kau melakukan ini kepadaku?!!!" Evan yang sudah gelap mata tanpa ragu menendang dada Peter hingga anak buahnya itu langsung tersungkur ke lantai, tak hanya menendang saja bahkan ia melangkahi tubuh Peter lalu mendaratkan pukulan bertubi-tubi ke wajah anak buahnya."Aku terpaksa, Evan!! Zoe menderita leukimia dan dia akan mati kalau tubuhnya terluka walau sedikit saja," beber Peter."LALU APA PERDULIKU
"Nonaaaa, gawat!! Nona Iris ..." Seorang pelayan wanita berjalan cepat memasuki kamar Iris dengan wajah yang pucat pasi dan tubuh gemetaran bahkan sampai menubruk kaki meja karena saking paniknya ia setelah tidak sengaja mendengarkan obrolan Julian.Iris yang tadinya sedang berbaring sontak tersentak kaget melihat kedatangan pelayan setianya berseru kencang dan dengan wajah yang pucat pasi, jantungnya pun ikut berdebar kencang melihat tingkah laku pelayannya yang tidak seperti biasanya."Ada apa, Ruby? Kenapa kau terlihat panik dan ketakutan seperti itu?" Tanya Iris."Nona, tuan Julian sedang merencanakan perjodohan untuk anda--""Apa?! Perjodohankuuu?!" Pekik Iris kencang yang langsung mendapatkan respon dari pelayannya.Ruby meletakkan jari telunjuknya di bibirnya dan mengisyaratkan untuk tidak berbicara kencang agar tidak ketahuan oleh penjaga di luar. "Ssssstt!! Jangan keras-keras, Nona.""Kau tahu darimana?" Tanya Iris dengan suara berbisik."Saya tidak sengaja mendengar percakap
"Sayang, tolong ambiilkan pesanan baju bayi kita di butik itu, ya? Aku tunggu di dalam mobil, kakiku rasanya pegal sekali setelah berjam-jam mengitari pusat perbelanjaan," pinta Freya kepada Evan seraya menunjuk ke salah satu butik yang menjual perlengkapan bayi."Berikan aku satu ciuman mesra dulu," pinta Evan.Freya tersenyum, kedua telapak tangan halus menangkup pipi Evan. Bibir ranum mencium mesra bibir sang suami lalu berkata. "Aku sangat mencintamu, Evan.""Aku juga sangat mencintaimu dan juga putra kita," balas Evan seraya mengusap lembut perut buncit sang istri yang akan melahirkan dalam beberapa hari.Evan bergegas keluar dari mobil, mengambil pesanan baju yang diminta oleh sang istri. Pria bertubuh kekar itu beberapa kali menoleh ke belakang menatap wajah cantik sang istri yang telah memberikannya banyak kebahagiaan, sang pimpinan mafia Cosa Nostra yang terkenal sangat kejam terhadap musuh-musuhnya itu terlihat kebingungan saat hendak membayar di kasir."Aku tebak, kau pasti
"Tolong jangan lakukan ini kepada kami berdua, tolong. Aku mohon kepadamu," pinta Iris, memelas.Evan hanya tersenyum sinis bercampur senang ketika melihat adik tersayang Julian menangis ketakutan, sang pimpinan mafia yang sudah setahun ini berubah menjadi lembut berkat kasih sayang Freya kini kembali ke wujud aslinya menjadi seorang monster kejam yang tak mengenal kata ampun.Medan perang yang selama setahun ia tinggalkan kini ia pijak kembali setelah darah anak dan istrinya tertumpah di sana, tidak ada lagi Evan yang lembut dan hangat karena sekarang ini hanya ada Evan Luciano sang pimpinan mafia Cosa Nostra terkejam yang haus akan balas dendam. "Diego!! Ikat dia dan sumpal mulutnya, setelah jet mendarat langsung bawa dia ke atas ranjangku," titah Evan lagi kepada Diego."Lalu bagaimana dengan Richard?" Tanya Diego."Bocah tengik itu akan akan menjadi urusanku. Kau hanya bawa gadis sialan ini ke atas ranjangku dan selanjutnya biar aku yang urus," jawab Evan."Baik, Tuan."Diego men
Pembalasan dendam baru saja dimulai, Evan berhasil membunuh Richard yakni adik laki-laki keyangan Julian yang selama ini telah dilatih untuk menjadi seorang mafia yang tangguh. Sang pimpinan mafia Cosa Nostra itu membunuh Richard dengan cara yang sama kejamnya saat Julian membunuh sang istri tercinta, tak hanya itu saja, Evan juga menghancurkan berhektar-hekar kebun anggur milik Julian yang sudah siap dipanen dengan cara yang epic. Evan tersenyum saat melihat bumbungan asap hitam dan tebal ke langit, cahaya terang yang berasal dari kobaran api ladang anggur Julian tampak begitu indah menerangi gelapnya malam di kota Milan, Italia. Mobil yang ditumpangi Evan kini melaju menuju ke hanggar, ia sedang bersiap untuk kembali ke kota asalnya di Roma, Italia. Jet tipe Falcon 7X milik Evan kini bersiap lepas landas meninggalkan hanggar setelah sang pimpinan mafia Cosa Nostra masuk di dalam jet yang dilengkapi dengan fasilitas mewah tersebut, lelaki gagah itu duduk di seberang Peter yang ten