"EVAN!! EVAN, TOLONG!!" Iris berteriak dan terus memberontak saat ia diserahkan kepada Julian, berharap lelakinya bisa mendengarkan jeritannya lalu datang menolongnya, tapi ...PLAAAK!! Julian mendaratkan tamparan di pipi mulus adiknya hingga meninggalkan bekas telapak tangan yang berwarna merah, darahnya seketika mendidih setelah mendengar nama musuh bebuyutannya disebut oleh adiknya dan membuatnya menjadi gelap mata."DIAM, IRIS!! Jangan pernah panggil nama si berengsek itu di hadapanku!!" Bentak Julian.Melihat Iris ditampar bahkan sampai tersungkur di lantai membuat emosi Peter tersulut dan ia langsung berlari hendak menolong Iris akan tetapi langkah kakinya dijegal oleh Julian hingga ia hampir terjatuh."JANGAN IKUT CAMPUR URUSANKU, PETER!! KAU SUDAH MENDAPATKAN WANITAMU DAN JUGA ANAK BUAHMU DAN SEKARANG CEPAT ANGKAT KAKI DARI RUMAHKU!!" Hardik Julian."Aku akan membunuhmu kalau kau berani menyakiti Iris," ancam Peter yang membuat tawa Julian meledak."Iris adalah adikku dan kau
"Aku di sini," ucap Peter yang membuat belasan pasang mata seketika tertuju kepadanya.Peter berjalan mendekati Evan dan tanpa pikir panjang langsung bersujud di hadapan Evan sebagi bentuk rasa bersalah serta kepasrahannya karena sudah menukar Iris dengan Zoe dan Jeremy. Peter sudah siap menerima semua konsekuensi yang akan dia terima dari Evan, paling tidak kepalanya akan berlubang tertembus peluru atau mungkin saja tubuhnya akan dipotong-potong lalu disebar ke jalanan dan semua kemungkinan buruk tersebut bisa saja terjadi mengingat pimpinannya yang terkenal sangat kejam."Berani sekali kau melakukan ini kepadaku?!!!" Evan yang sudah gelap mata tanpa ragu menendang dada Peter hingga anak buahnya itu langsung tersungkur ke lantai, tak hanya menendang saja bahkan ia melangkahi tubuh Peter lalu mendaratkan pukulan bertubi-tubi ke wajah anak buahnya."Aku terpaksa, Evan!! Zoe menderita leukimia dan dia akan mati kalau tubuhnya terluka walau sedikit saja," beber Peter."LALU APA PERDULIKU
"Nonaaaa, gawat!! Nona Iris ..." Seorang pelayan wanita berjalan cepat memasuki kamar Iris dengan wajah yang pucat pasi dan tubuh gemetaran bahkan sampai menubruk kaki meja karena saking paniknya ia setelah tidak sengaja mendengarkan obrolan Julian.Iris yang tadinya sedang berbaring sontak tersentak kaget melihat kedatangan pelayan setianya berseru kencang dan dengan wajah yang pucat pasi, jantungnya pun ikut berdebar kencang melihat tingkah laku pelayannya yang tidak seperti biasanya."Ada apa, Ruby? Kenapa kau terlihat panik dan ketakutan seperti itu?" Tanya Iris."Nona, tuan Julian sedang merencanakan perjodohan untuk anda--""Apa?! Perjodohankuuu?!" Pekik Iris kencang yang langsung mendapatkan respon dari pelayannya.Ruby meletakkan jari telunjuknya di bibirnya dan mengisyaratkan untuk tidak berbicara kencang agar tidak ketahuan oleh penjaga di luar. "Ssssstt!! Jangan keras-keras, Nona.""Kau tahu darimana?" Tanya Iris dengan suara berbisik."Saya tidak sengaja mendengar percakap
"Sayang, tolong ambiilkan pesanan baju bayi kita di butik itu, ya? Aku tunggu di dalam mobil, kakiku rasanya pegal sekali setelah berjam-jam mengitari pusat perbelanjaan," pinta Freya kepada Evan seraya menunjuk ke salah satu butik yang menjual perlengkapan bayi."Berikan aku satu ciuman mesra dulu," pinta Evan.Freya tersenyum, kedua telapak tangan halus menangkup pipi Evan. Bibir ranum mencium mesra bibir sang suami lalu berkata. "Aku sangat mencintamu, Evan.""Aku juga sangat mencintaimu dan juga putra kita," balas Evan seraya mengusap lembut perut buncit sang istri yang akan melahirkan dalam beberapa hari.Evan bergegas keluar dari mobil, mengambil pesanan baju yang diminta oleh sang istri. Pria bertubuh kekar itu beberapa kali menoleh ke belakang menatap wajah cantik sang istri yang telah memberikannya banyak kebahagiaan, sang pimpinan mafia Cosa Nostra yang terkenal sangat kejam terhadap musuh-musuhnya itu terlihat kebingungan saat hendak membayar di kasir."Aku tebak, kau pasti
"Tolong jangan lakukan ini kepada kami berdua, tolong. Aku mohon kepadamu," pinta Iris, memelas.Evan hanya tersenyum sinis bercampur senang ketika melihat adik tersayang Julian menangis ketakutan, sang pimpinan mafia yang sudah setahun ini berubah menjadi lembut berkat kasih sayang Freya kini kembali ke wujud aslinya menjadi seorang monster kejam yang tak mengenal kata ampun.Medan perang yang selama setahun ia tinggalkan kini ia pijak kembali setelah darah anak dan istrinya tertumpah di sana, tidak ada lagi Evan yang lembut dan hangat karena sekarang ini hanya ada Evan Luciano sang pimpinan mafia Cosa Nostra terkejam yang haus akan balas dendam. "Diego!! Ikat dia dan sumpal mulutnya, setelah jet mendarat langsung bawa dia ke atas ranjangku," titah Evan lagi kepada Diego."Lalu bagaimana dengan Richard?" Tanya Diego."Bocah tengik itu akan akan menjadi urusanku. Kau hanya bawa gadis sialan ini ke atas ranjangku dan selanjutnya biar aku yang urus," jawab Evan."Baik, Tuan."Diego men
Pembalasan dendam baru saja dimulai, Evan berhasil membunuh Richard yakni adik laki-laki keyangan Julian yang selama ini telah dilatih untuk menjadi seorang mafia yang tangguh. Sang pimpinan mafia Cosa Nostra itu membunuh Richard dengan cara yang sama kejamnya saat Julian membunuh sang istri tercinta, tak hanya itu saja, Evan juga menghancurkan berhektar-hekar kebun anggur milik Julian yang sudah siap dipanen dengan cara yang epic. Evan tersenyum saat melihat bumbungan asap hitam dan tebal ke langit, cahaya terang yang berasal dari kobaran api ladang anggur Julian tampak begitu indah menerangi gelapnya malam di kota Milan, Italia. Mobil yang ditumpangi Evan kini melaju menuju ke hanggar, ia sedang bersiap untuk kembali ke kota asalnya di Roma, Italia. Jet tipe Falcon 7X milik Evan kini bersiap lepas landas meninggalkan hanggar setelah sang pimpinan mafia Cosa Nostra masuk di dalam jet yang dilengkapi dengan fasilitas mewah tersebut, lelaki gagah itu duduk di seberang Peter yang ten
"Jangan lakukan ini, aku mohon kepadamu. Tolong hentikan," teriak Iris, menangis ketakutan ketika Evan menciumi seluruh tubuhnya.Evan tersenyum sinis, kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Iris yang masih menangis. Tangannya kembali mencengkeram leher jenjang Iris, menindas sang gadis dengan kekerasan serta sentuhan untuk membuat adik musuhnya itu bertekuk lutut."Hey little girl. Aku hanya menciumi seluruh tubuhmu dan kau sudah menangis tersedu-sedu, sekarang aku tahu kalau keluarga Marchetti hanyalah sekumpulan pengecut yang bermulut besar. Perhatikan ucapanmu atau aku akan membungkammu dengan caraku," ujar Evan sembari mengelus paha mulus Iris."Aku mengerti," ucap Iris.Iris mengangguk cepat dan tidak mampu berkata-kata lagi, Evan kemudian melepaskan ikatan kedua tangan serta kedua kaki sang gadis lalu membawanya ke satu kamar yang akan menjadi kamar untuk menyekap wanita yang kini menjadi tawanan cantiknya.Evan membopong tubuh Iris yang sudah lemas kemudian membaringkannya di r
"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak kabur, huh?! Kau sudah membuatku marah dan kau akan mendapatkan hukuman berat yang akan membuatmu menyesalinya seumur hidup," ujar Evan."Aku tidak mau!! Hentikan, Evan!! Tolong hentikan," teriak Iris sambil menangis.Iris terus memberontak dengan cara menghalangi serta menjauhkan bibir Evan dari tubuhnya akan tetapi kedua tangannya langsung dicengkeram lalu dikungkung di atas kepalanya oleh tangan kekar sehingga ia tidak bisa lagi melindungi tubuhnya dari serangan hasrat sang pimpinan mafia kejam yang membuatnya benar-benar tidak berdaya.Evan kembali melucuti baju yang dikenakan oleh Iris, baik emosi serta hasratnya kembali tersulut oleh pembangkangan sang wanita sehingga ia tidak bisa lagi mentolerirnya. Tubuh seksi Iris akan menjadi pelampiasan amarahnya, hanya tinggal sedikit lagi dan ia bisa benar-benar memuaskan hasratnya akan tetapi tiba-tiba saja ia mendengar suara tembakan lalu pintu kamar diketuk kencang oleh seseorang sehing