"Simon!! Cepat kejar mobil Henry, Evan di bawah kolong mobil dan dia akan mati terseret kalau kita tidak segera menolongnya," ujar Peter sambil berlarian keluar dari parkiran VVIP klab malam milik pimpinan mafia Ndrangheta.Simon dan Peter masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di luar gedung dan mereka bersiap mengejar mobil Henry yang sudah terlebih dahulu meninggalkan parkiran VVIP. Mobil Mercedez Benz hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi menyusuri jalan raya tapi ...CKIIIIIITT!! Mobil berhenti mendadak hingga tubuh Peter dan Simon sampai terpelanting ke depan membentur jok kursi yang berada di depan mereka."Aaaakkhhh!!" Pekik Peter dan Simon, keduanya mendesis kesakitan karena ulah sang sopir yang mengerem mobil secara dadakan."What the hell!! Apa yang kau lakukan?! Apa kau ingin bunuh diri, huh?! Kenapa kau berhenti mendadak?!" Maki Peter."Apa yang kau lakukan? Cepat kejar mobil Henry untuk menyelamatkan tuan Evan," titah Simon yang terlihat geram karena ulah sang sopir
"Jangan berbicara omong kosong, Bitch!! Aku tidak akan membiarkan Evan mendapatkan apa yang diinginkannya," ujar Julian kesal."Tapi kau juga tidak bisa menghentikan Evan, bukan? Buktinya kau tidak berani menyerang Evan untuk merebut kembali adikmu," hina Stella sambil tersenyum sinis.Emosi Julian kembali terpancing hingga ia memegang dagu Stella kencang seakan ingin meremukkan wajah cantik sang wanita yang selalu berhasil membuat darahnya mendidih. Harga dirinya selalu direndahkan dan diinjak-injak oleh Stella setiap kali wanita itu berbicara sampai kesabarannya yang setipis rambut dibelah 7 mencapai batas."Rendahkan aku sekali lagi dan wajahmu yang cantik ini akan kuhancurkan dan kubuat cacat seumur hidup," ancam Julian yang membuat nyali Stella seketika menciut."Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak bisa melakukan apapun saat ini," tanya Stella."Bersumpahlah kalau kau akan melakukan semua yang aku perintahkan dan aku akan memberikan banyak keuntungan untuk keluargam
"Kau ... serahkan tubuhmu dan puaskan hasratku setiap kali aku sedang bergairah maka aku dengan senang hati akan mengabulkan satu permintaanmu," ujar Evan yang membuat mata Iris membelalak.Iris tidak menyangka kalau Evan menjadi semakin gila dengan memberikan syarat yang menurutnya sangatlah merugikannya sebagai seorang wanita, ia menyadari betapa kejamnya dunia mafia yang digeluti oleh sang kakak sehingga kini dirinyalah yang harus menanggung semua perbuatan Julian dan membuatnya semakin tersiksa."Kau benar-benar keterlaluan!! Apa kau tidak takut dengan hukum karma? Bagaimana kalau hal yang menimpaku sekarang ini juga akan menimpa anak perempuanmu di kemudian hari?" Ucap Iris dengan air mata yang terus berlinang membasahi pipinya."Aku tidak akan pernah membiarkan hal buruk itu menimpa anak-anakku, tidak akan pernah!! Kalau perlu, aku akan membunuh semua musuh-musuhku agar anak-anakku bisa hidup dengan aman termasuk kakakmu, Julian." Timpal Evan."Kalian boleh saling serang dan sal
"Tuan Luciano, apa yang anda lakukan? Pasien butuh perawatan dan anda tidak bisa membawanya," protes sang dokter melihat pasiennya digendong Evan."Jangan banyak bicara!! Aku melakukan ini demi keselamatan wanitaku dan juga semua orang berada di dalam rumah sakit ini," ketus Evan yang langsung membawa pergi Iris keluar menuju ke parkiran mobil.Sang pengawal membukakan pintu mobil untuk agar pimpinannya bisa masuk dengan mudah dan mereka bergegas pergi meninggalkan rumah sakit untuk menghindari serangan anggota Ndrangheta yang semakin intens."Berhentilah di jalan yang sepi di depan sana," titah Evan seraya memindahkan dan merebahkan Iris ke bangku, ia mengambil dua pistol Desert Eagle andalannya dari balik baju lalu mengisinya dengan amunisi penuh."Anda mau apa, Tuan?" Tanya sang pengawal."Membunuh lalat," jawab Evan. "Jaga Iris," titahnya singkat sambil membuka pintu mobil kemudian keluar."Tuan Evan ...." Seorang pengawal bergegas keluar mobil sambil membawa pistolnya yang ia gun
"Jangan menggodaku, Iris. Kau tahu betapa liarnya diriku saat sedang bercinta, bukan? Dan aku tahu kalau kau tidak menginginkan hal ini," ujar Evan seraya menempelkan dahinya ke dahi Iris.Tangan kekar Evan merabai punggung dan perlahan turun di bongkahan pantat seksi yang berbentuk gitar Spanyol, tangannya meremas kencang hingga tubuh sang wanita tersentak. Manik abu-abunya lekat menatap setiap ekspresi wajah yang ditunjukkan Iris, dan Evan sangat menyukai saat Iris menunjukkan ekspresi wajah campur aduk antara takut, menikmati dan menolak saat ia menyentuh area sensitif sang wanita."Lakukan saja dengan cepat agar aku bisa secepatnya terbebas dari siksaanmu," ucap Iris.Punggung Iris tiba-tiba ditekan oleh tangan Evan hingga tubuhnya terdorong maju yang membuat tubuhnya menempel di tubuh kekar sang pria, tangan langsingnya reflek bergerak mendorong dada kokoh agar tubuhnya tidak lagi bersentuhan dengan tubuh Evan akan tetapi semakin ia mencoba untuk menjauh maka Evan semakin kuat me
"Simon dan semuanya, menyebar!! Laporkan kepadaku situasi yang kalian lihat di tempat masing-masing dan jangan sampai ketahuan," titah Evan melalui alat komunikasi khusus.PLAK!! Peter menampar pipinya sendiri untuk membunuh beberapa atau mungkin ratusan pasukan hewan penghisap darah yang selalu menyerbu serta menghisap darahnya setiap kali ia melakukan pengintaian di semak-semak, ia tidak berani mengomel karena sejak berangkat tadi wajah Evan selalu nampak masam dan ia takut terkena dampratan Evan."Damn!! Pakai cream ini, aku sudah menyiapkannya untukmu," ucap Evan sambil melempar cream anti nyamuk ke arah Peter yang sedang berjongkok tepat di sampingnya."Sekarang ini aku tidak takut lagi sama nyamuk tapi aku takut mellihat wajahmu ... ada apa denganmu? Apakah kau ... tidak mendapat jatah dari Iris?" Tanya Peter dengan suara lirih.Evan hanya diam tidak merespon ucapan Peter yang hanya akan membuat kepalanya berdenyut sakit, sudah hasratnya tidak tersalurkan dan sekarang harus men
"Mati kau, Evan!!" Orlando menancapkan ujung pena yang lancip di dada Evan, menekannya semakin dalam hingga darah segar mengucur deras dari ujung pena.Evan mencengkeram erat pergelangan tangan Orlando sambil menatap mata musuhnya dengan tatapan penuh kemarahan, otot-otot tangan serta wajahnya mencuat dari permukaan kulitnya saat ia menahan kekuatan dorongan Orlando sehingga pena yang tadinya menancap di dadanya kini telah berhasil ia keluarkan."Kau tidak akan pernah bisa membunuhku dengan benda sialan ini," ujar Evan yang kini merebut balik pena berlumuran darahnya lalu balik menusuk perut Orlando."Aaakkh," erang Orlando kesakitan.Evan mencekik leher Orlando beberapa detik lalu ia menendang musuhnya hingga tersungkur ke lantai sebelum tubuhnya hampir merosot ke lantai namun Peter bergerak cepat menangkap lalu menopang tubuhnya."Evan!! Kau baik-baik saja?" Tanya Peter seraya melingkarkan tangan kekar Evan ke bahunya.Napas Evan terengah-engah dan tangannya sedang memegangi dadanya
"HUEK!! HUEK!!" Sambil menutupi mulutnya dengan santu tangan, Iris melompat turun dari ranjang lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi.Iris membuka tutup kloset lalu ia memuntahkan semua isi perutnya di sana, entah kenapa ia bisa merasa mual setelah mendapatkan titah yang menurutnya sangatlah menjijikkan dari Evan. Jangankan junior, bahkan makanan yang tidak higienis saja tidak akan pernah mau dicicipi oleh gadis yang memiliki body bak gitar Spayol tersebut ya terang saja kalaui reaksi yang ditunjukkan oleh Iris juga di luar prediksi."Kau baik-baik saja? Apa kau mau aku panggilkan dokter?" Tanya Evan sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi menyusul Iris."Jangan mendekat ... hueek!!" Iris mengibaskan tangannya untuk mengusir Evan keluar dari kamar mandi akan tetapi pria bertubuh kekar itu tidak memperdulikan kode tangannya."Kau bukan wanita pertama yang muntah di depanku, jadi ... kau tidak perlu khawatir," ucap Evan yang sedang berjongkok tepat di belakang Iris sambil mengusap
"Aku sudah melamar Zoe, aku ingin hidup tenang dan menghabiskan sisa waktuku bersama dengannya karena itulah aku ingin mengundurkan diri dari dunia mafia," ucap Peter.Evan terkejut dan ia tidak bisa berkata-kata, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Peter akan mengacapkan hal ini kepadanya. Meskipun ia tidak rela kehilangan Peter yang sudah dianggapnya sebagai saudara namun ia juga tidak memiliki hak untuk melarang Peter mencari kebahagiaan sendiri."Baik, aku hormati keputusanmu dan jika kau ingin kembali maka pintu rumahku selalu terbuka untukmu. Jaga Zoe baik-baik dan kau harus sering-sering datang mengunjungiku," ucap Evan."Terima kasih dan maafkan aku," ucap Peter yang kembali memeluk erat Evan.Klan Marchetti kini telah runtuh dan wilayah kekuasaan Evan semakin luas dan kuat setelah merampas semua harta kekayaan Julian. Dan sebagai tanda terima kasih karena sudah membantunya untuk mengalahkan Julian dan Kiyoka, Evan memberikan wilayah kekuasaan Kiyoka kepada Ruben sehingga m
Melihat Evan sudah tidak lagi bergerak Julian berpikir kalau dirinya sudah benar-benar menang dan bisa merebut semua yang menjadi milik Evan baik itu harta, kekuasaan, wilayah dan lain sebagainya. Julian bermimpi kalau dirinya bisa menguasai dunia setelah kematian musuh bebuyutannya hari dan tanpa mau membuang waktu untuk mengecxek kondisi lawannya, ia memutuskan untuk menghentikan peperangan dengan melakukan ikrar."EVAN TELAH MATI!! MULAI DETIK INI JUGA KLAN LUCIANO SUDAH TIDAK ADA LAGI, SEMUA YANG MASIH TERSISA ADALAH MILIKKU, MILIK KLAN MARCHETTI!!" Teriak Julian yang membuat semua orang terhenti.Simon yang tadinya sedang terpojok dan masih semangat untuk melakukan perlawanan sengit tiba-tiba terdiam mematung saat mendengarkan teriakan Julian yang menggema sampai ke seluruh penjuru arah. Simon masih tidak percaya dengan pengumuman yang disampaikan oleh Julian barusan kalau pemimpinnya yang kuat nan perkasa kini telah gugur dan nasibnya sebagai pengawal sang pimpinan Cosa Nostra
Seorang pria tewas dan susul oleh beberapa pria lainnya yang kini mati tertembus peluru, samar-samar suara gelak tawa ditengah deru kebisingan deru suara baling-baling helikopter yang memekakkan telinga."Hey, whatssap, dok!!" Seru Kade sambil memakan wortel dan meniru tokoh kartun Bugs bunny yang membuat Peter dan Iris tercengang."Shit!! Dasar bodoh, kau membuatku kaget saja," gumam Peter yang terkejut sekaligus lega dengan kedatangan Kade yang tepat waktu.Bantuan memang telah datang akan tetapi masalah lain juga ikut datang karena anak buah Kiyoka dan Julian mulai menembaki helikopter dan menyulut emosi Kade yang tanpa pikir panjang langsung menyambar granat lalu melepaskan pin kemudian melemparkannya ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan untuk gudang penyimpanan senjata.DHUUAAAR!! Bangunan kecil meledak dan helikopter yang ditumpangi Kade terbang meninggi agar tidak terkena dampak ledakan yang bisa menyebabkan masalah pada baling-baling saat serpihan-serpihan bangunan be
Malam tiba, Peter dan beberapa anak buahnya bersembunyi di balik semak-semak yang berada di seberang mansion Marchetti untuk mengintai musuh serta mencari waktu yang tepat untuk menyerang akan tetapi hal aneh terjadi saat mobil-mobil hitam keluar dari gerbang mansion Marchetti termasuk mobil milik Julian."Apa-apaan ini? Mau kemana mereka semua?" Gumam Peter dengan ekspresi wajah yang tampak bingung.Drrtt drrt!! Ponsel salah satu anak buah Peter bergetar menerima sebuah pesan singkat dari mata-mata mereka di dalam mansion."Julian dan Kiyoka pergi menuju ke kediaman Luciano untuk melakukan penyerangan besar-besaran, mansion kosong hanya ada nona Iris yang dijaga 60 bodyguard." Ucap anak buah Peter yang membacakan pesan singkat dari mata-mata mereka."FUCK!! Jadi ... Julian dan Kiyoka bergerak menyerang Evan makanya mereka mengosongkan mansion?! Ini ... kenapa mereka bisa tiba-tiba merubah rencana seperti ini?!" Ujar Peter gusar. "Apakah Evan mengetahui rencana serangan ini?" Ucapnya
"Kata perawat, besok siang aku akan menjalani tes pertamaku dan aku ingin kau berada di sampingku. Aku ingin kau yang menemaniku," ucap Zoe sembari memeluk erat pinggang Peter dari belakang.Tangan Peter yang sedang memegang ponsel merosot dan dengan gerakan jempol yang meraba-raba ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Jeremy, mulutnya terkatup rapat tak mampu mengiyakan permintaan Zoe meskipun ia telah berjanji untuk selalu berada di sisi sang model cantik saat sedang menjalani pengobatan."Zoe, ada yang ingin aku katakan kepadamu." Ucap Peter seraya melepaskan tautan tangan Zoe yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik ke belakang hingga ia dan Zoe saling berhadapan agar ia bisa berbicara dengan nyaman."Tentang apa?" Tanya Zoe sambil mendongakkan kepalanya agar ia bisa menatap wajah Peter dengan sangat jelas.Ya, meskipun Zoe bertubuh tinggi akan tetapi masih kalah tinggi dengan tubuh Peter makanya setiap kali ia ingin menatap wajah lelaki pujaan hatinya maka ia harus mendong
"Jangan tendang!! Aku sedang hamil, tolong kasihani aku dan janin di dalam perutku, Kak. Aku mohon," pinta Iris sambil menahan kaki kakaknyta dengan menggunakan satu tangan sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk melindungi perutnya agar tidak terkena tendangan kakaknya.Iris reflek mengaku bahwa ia sedang mengandung agar ia bisa melindungi janin yang sedang dikandungnya dari kemarahan sang kakak, mungkin ini terdengar sangat konyol mengingat kakaknya sangatlah membenci pria yang menanamkan benih di rahimnya akan tetapi sekarang ini keadaan sedang mendesak dan ia akan segera mencari cara untuk bisa meloloskan diri dari cengekeraman kakaknya setelah lolos dari siksaan yang ini tentunya."Apa? Hamil ...?!! Apa kau sudah gila, huh?!" Teriak Julian hingga urat-urat di lehernya mencuat ke permukaan kulitnya. "Aku tidak akan membiarkan hal ini!! Janin kotor itu harus mati sebelum hari pernikahanmu dengan Kiyoka," imbuhnya.Mata Julian melotot, wajahnya menjadi merah padam dengan bib
"Jangan sentuh aku, dasar berengsek!!" Seru Iris memaki Kiyoka."Ayolah, Iris. Aku adalah calon suamimu dan aku memiliki hak untuk menikmati tubuhmu sebelum hari pernikahan kita," ucap Kiyoka dengan entengnya.Dengan ekspresi wajah tidak bersalah, Kiyoka kembali melecehkan Iris untuk memuaskan hasratnya saat melihat kemolekan tubuh serta kecantikan paras sang calon istri. Lelaki bertubuh tinggi nan kekar itu melumat bibir lalu kembali melumat kasar puting payudara sintal yang sangat menggugah hasratnya tanpa mau mengindahkan rintihan atau jeritan kesakitan Iris."TOLONG, KAK JULIAN!! KAK JULIAAAN!! TOLONG," teriak Iris sejadi-jadinya.Tak ada pilihan lain bagi Iris selain selain berteriak dan meminta pertolongan kepada sang kakak yang pastinya tidak akan mau membelanya akan tetapi ia tidak mau begitu saja menyerah dan membiarkan tubuhnya dinikmati oleh pria berengsek macam Kiyoka.Terlebih sekarang ini Iris sedang berbadan dua dan ia tidak ingin terjadi hal buruk menimpa janin yang s
"Kiyoka Kudou? Jadi sekarang ini Julian ingin memperkuat dan memperluas kekuasannya dengan cara menikahkan Iris dengan Kiyoka," gumam Peter dengan tangan mengepal kuat."Lalu apa yang akan anda lakukan untuk menebus kesalahan anda kepada tuan Evan?! Anda tidak akan pernah bisa merebut kembali nona Iris sekalipun anda harus mengorbankan nyawa," ketus Simon."TUTUP MULUTMU, SIMON!! Apa kau pikir tuan Peter tidak menderita dengan kejadian ini?!" Hardik Jeremy."Lalu bagaimana dengan tuan Evan?! Apa kau pikir tuan Evan tidak menderita, huh?! Setelah kehilangan nyonya Freya akhirnya tuan Evan bisa sedikit melupakan kesedihannya tapi dia malah menghancurkan kebahagiaan tuan Evan dengan pengkhianatan yang dia lakukan," sengit Simon sambil menunjuk Peter."Dasar kau berengsek!!" Jeremy mendorong dada Simon dengan sangat kasar hingga tubuh rekannya terdorong ke belakang beberapa langkah, ia benar-benar tidak terima dengan penghinaan Simon kepada orang yang sangat ia hormati makanya ia tidak ra
"Jangan lakukan ini lagi, Zoe. Tubuhmu terlalu berharga untuk sia-siakan hanya untuk memuaskan hasrat pria-pria berengsek sepertiku," ucap Peter.Peter menarik tangannya dari payudara Zoe kemudian berjalan mendekati ranjang lalu menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuh seksi yang model cantik yang telanjang bulat. Ia mengangkat tubuh Zoe lalu membawanya ke ranjang dan dengan sangat hati-hati ia merebahkan tubuh Zoe yang masih terbungkus selimut ke ranjang."Kau bukan lagi kupu-kupu malam yang harus menjual tubuhmu untuk membiayai pengobatanmu, Zoe. Kau adalah seorang wanita terhormat dan kau harus berjanji kepadaku untuk tidak lagi menggunakan tubuhmu hanya untuk membayar kebaikanku," ucap Peter seraya mengusap lembut pipi Zoe."Aku tidak sedang membayar kebaikanmu dengan menggunakan tubuhku, aku hanya ingin memberikan tubuhku untuk pria yang aku cintai," ungkap Zoe dengan sorot mata penuh cinta."Zoe ... ada yang harus aku sampaikan kepadamu tentang perasaanku terhadap se