Jam sudah menunjukan pukul 12 siang dan Lana masih disibukkan dengan beberapa pekerjaan yang akhir-akhir ini sedang banyak. Tapi sejauh ini Lana masih bisa menanganinya dengan sangat baik. Ketika Lana sedang memeriksa dokumen tiba-tiba Anita datang ke meja kerjanya. "Lana makan siang bareng yuk," ajak Anita. "Boleh mbak. Kebetulan aku juga lagi gak bawa bekal. Mau makan siang dimana mbak?" tanya Lana balik. "Di dekat kantor katanya ada restoran baru gimana kalau kita nyobain makan di restoran itu?" tanya Anita yang memberikan saran. "Ok mbak. Tapi aku ke toilet bentar ya mbak," jawab Lana yang sudah mulai mematikan komputernya. "Ya udah sana ke toilet dulu. Aku tunggu di lobby bawah ya," kata Anita kepada Lana. "Siap mbak....."Setelah mengatakan itu Lana pun segera menuju ke toilet tak lupa ia membawa dompetnya. Jadi setelah selesai dari toilet dia bisa langsung pergi ke lobby. Lana juga gak akan lama-lama di toilet karena gak mau sampai membuat mbak Anita menunggu lama. Ketik
Tubuh Lana tak bisa bergerak sama sekali ketika di hadapannya ada laki-laki yang seharusnya tak ia temui. Padahal Lana sudah berusaha untuk tak berada di lingkungan yang memungkinkan dirinya untuk bertemu dengan laki-laki itu. Tapi sekarang yang terjadi adalah ia sudah bersama dengan laki-laki yang sudah menyentuhnya untuk pertama kali dan yang lebih parahnya laki-laki itu adalah bosnya dimana ia bekerja. Pikiran Lana saat ini benar-benar masih sangat kosong karena ia masih merasakan kaget atas apa yang terjadi. Sedangkan Dante yang dari tadi terus melihat kearah Lana dengan tatapan tajam pun segera berjalan mendekat dan membisikan kata-kata yang membuat Lana semakin tegang. "Dunia benar-benar sangat sempit. Ternyata gadis yang saat itu benar-benar sangat liar di ranjang ternyata pegawai di perusahaan aku sendiri. Dan ini benar-benar sangat menarik," kata Dante membuka suaranya. Wajah Lana semakin pucat pasi ketika mendengar perkataan dari laki-laki yang membelinya serta bos ditempa
"Apa?" Lana benar-benar kaget mendengar penuturan dari pihak HRD jika mulai besok ia akan menjadi sekretaris dari CEO di perusahaan ini. Padahal Lana sudah berharap tak diterima menjadi sekretaris untuk CEO di perusahaan ini karena memang Lana tak mau berdekatan dengan CEO di perusahaan ini setelah tahu siapa CEO itu. Tapi sekarang ia malah harus berada dekat dengan laki-laki itu. "Tapi pak saya tidak punya pengalaman apa-apa tentang menjadi sekretaris. Apalagi saya masih baru disini jadi saya merasa belum pantas mendapatkan posisi itu," tolak Lana dengan sopan. "Sayangnya keputusan ini diambil oleh pak Dante pemilik perusahaan ini sendiri yang sudah menunjuk kamu sebagai sekretaris barunya. Jadi mulai besok pagi kamu akan pindah ke lantai 10 dimana pak Dante berada dan mulai besok juga tugas kamu sebagai sekretaris pak Dante akan langsung dimulai. Jika kamu menolak perintah ini maka kamu harus mengganti biaya penalti karena tak menjalankan tugas yang diberikan. Kamu tentu tahu ber
"Lana kamu gak sedang bercanda kan?" tanya Fina memastikan. Saat ini Lana sedang bertemu dengan Fina setelah ia selesai bekerja ia memutuskan untuk bertemu dengan Fina di cafe yang tak jauh dari kantornya. Ia butuh seseorang yang bisa mendengarkan ceritanya dan ia pikir jika Fina adalah orang yang tepat untuk mendengarkan semua ceritanya adalah Fina karena hanya Fina yang tahu semua hal yang terjadi pada dirinya di masa lalu. Jadi Lana hanya bisa bercerita dengan Fina seorang. "Memang kamu melihat jika aku sedang berbohong? Mana mungkin aku berbohong untuk hal yang tidak penting seperti ini. Sekarang aku bingung harus gimana?" tanya Lana dengan mata yang berkaca-kaca. Fina yang mendengar cerita dari Lana saja kaget dibuatnya karena tak menyangka jika laki-laki yang membelinya adalah laki-laki yang sama dengan laki-laki yang membeli tubuh Lana beberapa saat yang lalu. Dan itu membuat Fina tak bisa berkata apa-apa lagi. "Terus kamu menerima perintah untuk menjadi sekretaris laki-lak
Lana melihat tampilan dirinya di cermin yang ada toilet kamar perawatan sang ibu. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris dari seorang Dante Alfonso walaupun rasa berat tapi Lana mencoba untuk menjalani semuanya dengan baik karena ia tak punya pilihan lain selain menerima pekerjaan barunya ini. Jika ia menolak permintaan ini maka Lana juga yang kena imbasnya. Maka dari itu Lana sebisa mungkin ia akan menjalani posisi barunya sebagai seorang sekretaris dan ia juga tak lupa untuk bertanya kepada orang-orang yang lebih berpengalaman di bidang ini karena Lana benar-benar tak memiliki pengalaman apapun. Sekali lagi Lana melihat penampilan dirinya di cermin sebelum akhirnya ia keluar dari kamar mandi. "Wah putri ibu cantik sekali," puji Linda ketika melihat putrinya keluar dari kamar mandi. "Ibu terlalu berlebihan biasanya aku juga berpenampilan seperti ini kan?" tanya Lana balik. "Memang benar jika kamu terlihat sangat cantik setiap hari tapi hari ini ibu merasa kamu
Lana masih duduk termenung di kursi kerjanya setelah tadi ia mendengar apa yang dikatakan oleh bosnya di hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris barunya. Kata-kata yang membuat mental Lana down dan membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia masih ingat jika sang bos mengatakan jika pekerjaan dirinya disini tidak hanya mengurus soal pekerjaan saja tapi juga harus menghangatkan ranjang sang bos ketika sang bos inginkan. Jika ia tak melakukan apa yang diperintahkan maka sang bos akan mengatakan kepada semua orang bahwa Lana pernah menjual dirinya dan yang lebih membuat Lana semakin tambah shock ketika sang bos berkata jika ia akan memberitahukan ibunya bagaimana perilaku dirinya diluar. Tentu saja Lana tak mau sampai itu terjadi. Ia tak ingin jika ibunya mengetahui tentang darimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu darimana karena jika sang ibu tahu mungkin sang ibu bisa terkena serangan jantung dan Lana tak mau sampai itu terjadi. Dari tadi Lana terus mencoba menahan air mata
Mau tak mau Lana akhirnya setuju untuk ikut sang bos pergi ke Lombok besok. Kalaupun ia membantah maka hasilnya akan percuma jadi lebih baik Lana memilih untuk mengiyakan saja apa yang diperintahkan oleh sang bos. Dan saat ini ia sudah sampai di rumah sakit untuk menjemput ibunya. Sesampainya di rumah sakit Lana tak memasang ekspresi senang dan tak menunjukkan rasa sedihnya karena hidupnya benar-benar sudah ada di tangan seorang Dante Alfonso. Ia tak tahu apa yang terjadi kedepannya tapi untuk saat ini Lana hanya ingin memikirkan soal kesehatan ibunya. Jadi Lana tak mau memikirkan tentang dirinya untuk saat ini. Semakin dekat dengan kamar perawatan sang ibu Lana mulai mengatur ekspresi wajahnya agar sang ibu tak jika saat ini ia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. "Ibu maaf Lana lama sampai disini," kata Lana ketika masuk kedalam ruang perawatan sang ibu. "Tidak masalah sayang. Ibu sudah bilang sama kamu kalau kamu sedang sibuk maka biarkan ibu pulang sendiri. Lagipula i
Setelah selesai menyelesaikan semua proses pembayaran Lana kembali ke kamar perawatan sang ibu. Bahkan Lana sudah mendapatkan obat yang sudah diresepkan oleh dokter Fandi. Yang pasti urusan rumah sakit sudah beres dan sekarang tinggal membawa sang ibu pulang ke rumah. Sepanjang jalan menuju ke ruang perawatan sang ibu Lana memikirkan banyak hal terutama bagaimana besok ia akan bilang kepada ibu untuk pergi ke Lombok bersama dengan sang bos. Padahal saat ini kondisi sang ibu belum sepenuhnya pulih dan tak mungkin untuk ditinggalkan. Dan Lana juga tak bisa menolak perintah dari sang bos jika tak ingin kehidupannya baik-baik saja. Karena ancaman dari sang bos terasa nyata bagi Lana. Kalau saja sang bos tak membawa soal ibunya maka Lana tak peduli akan hal itu. Tapi pada kenyataannya sang bos membawa-bawa soal sang ibu yang itu membuat Lana merasa tak nyaman dan tak mau sampai membuat sang ibu nantinya terkena imbasnya. Ketika Lana hampir sampai di kamar perawatan sang ibu ia sudah merub
5 tahun kemudian....Tahun berganti dan kehidupan Lana serta Dante pun berjalan dengan baik-baik saja. Walaupun dalam perjalanannya tetap saja banyak kendala yang harus mereka hadapi. Tapi tetap saja mereka bisa mendapatkan kebahagiaan yang begitu besarnya. Bagi mereka bisa dapat berkumpul bersama anak-anaknya sudah lebih dari cukup. Seperti hari ini tampak seorang wanita dengan penampilan yang cukup berantakan sedang menyiapkan barang-barang keperluan milik anak-anaknya karena hari ini wanita itu ingin menitipkan anak-anaknya di rumah Mama mertuanya karena malam nanti ia ingin merayakan aniversary pernikahanannya dengan sang suami berdua saja. Maka dari itu ia ingin menitipkan anak-anaknya di rumah mertuanya. "Ibu, Alex menangis lagi," teriak Alden dari arah ruang main. "Hahhhh....."Lana hanya bisa menghela napasnya berat karena menjadi seorang ibu ternyata tak mudah. Apalagi sekarang Lana sudah menjadi ibu dari empat orang anak sekaligus. Anak pertama dan keduanya merupakan anak
Beberapa hari kemudian....Lana sedang melihat penampilannya di cermin. Dan ia merqsa tak percaya percaya dengan bentuk tubuhnya yang belum sepenuhnya kembali dan malam ini ada acara ulang tahun sang Opa sekaligus akan memperkenalkan dirinya sebagai cucu dari keluarga Atmaja. Sebenarnya Lana sudah mengatatakan kepada sang Opa untuk tidak melakukan pesta penyambutan dirinya tapi sang Opa menolak dengan alasan beliau ingin orang-orang tahu jika Lana berasal dari keluarga Atmaja. Dan sekarang Lana bingung harus memakai baju apa karena ia tak membawa gaun apapun kesini. Dan kalau pun membeli baju baru tak ada waktu untuk Lana hanya sekedar untuk membelinya karena ia selalu diikuti oleh kedua putranya yang sepanjang hari selalu mencari keberadaannya. Tapi untung saja sang Opa menunjukkan lemari pakaian milik sang Oma dan setelah Lana mencoba memilih beberapa baju akhirnya ia mendapatkan sebuah gaun yang simple berwarna hitam. Dan sekarang ia merasa tak percaya diri dengan penampilannya."A
Ternyata melakukan perjalanan yang panjang menuju Canada bersama balita sangat tak mudah bagi orang tua baru seperti Dante dan juga Lana. Walaupun mereka sudah memakai class bisnis tapi tetap saja ia mereka harus bergantian menenangkan kedua putranya yang tiba-tiba saja rewel. Tapi sejauh ini baik Dante dan juga Lana menikmati perjalanan ini walaupun harus diikuti dengan banyak hal-hal yang menarik yang bisa dijadikan sebuah kenangan. Jadi baik Lana maupun Dante tak mengeluh sama sekali. Saat ini mereka sudah sampai di di Canada dengan keadaan yang dingin karena sekarang sudah masuk musim dingin. Maka dari itu sebelum keluar dari pesawat Lana sudah memakaikan pakaian yang tebal untuk kedua putranya agar tidak kedinginan. Dan sekarang Lana sedang menunggu Dante untuk mengambil koper mereka. "Kita tunggu Daddy dulu setelah itu kita baru bertemu dengan Opa. Jadi ibu kasih cookies untuk kalian berdua karena sudah bersikap baik selama perjalanan," ucap Lana yang memberikan cookies. "Bu.
"Dante semua koper punya Aiden dan Alden sudah masuk mobil kan?" tanya Lana yang sedang menyiapkan kedua putranya. "Sudah semua sayang jadi kamu gak perlu khawatir," jawab Dante yang sudah bergabung bersama dengan Lana. Saat ini Lana baru saja selesai memandikan kedua anaknya karena hari ini mereka akan terbang ke Canada untuk menghadiri acara ulang tahun sang Opa dan juga untuk mempertemukan Aiden dan juga Alden dengan sang Opa. Hubungan Lana dengan Edwin Atmaja berjalan dengan baik dan sekarang hubungan mereka sudah lebih dekat walaupun butuh waktu untuk bisa menjadi seorang kakek dan cucu. Tapi setidaknya Lana sudah bisa menerima kehadiran sang Opa dan juga Lana sudah setuju untuk menyandang nama Atmaja dibelakang namanya. Maka dari itu sekarang ia akan berangkat kesana untuk bisa bertemu dengan sang Opa. Sebenarnya sang Opa sudah lama ingin bertemu dengan Lana dan juga kedua anaknya tapi karena masalah kesehatan sehingga membuatnya tak bisa melakukan penerbangan jarak jauh. Jadi
Suasana di sebuah rumah yang tadi meriah sekarang berubah menjadi lebih tenang karena para tamu undangan sudah pulang meninggalkan rumah yang besar dan juga mewah milik Dante Alfonso. Dan sekarang mereka sedang duduk santai di ruang keluarga dengan nyaman. "Mommy gak menyangka jika acara tadi sukses dan banyak tamu yang datang juga. Terus Aiden dan juga Alden juga terlihat senang mengikuti acara tadi walaupun tak mengerti," kata Wanda yang terlihat bahagia. Dante menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang dikatakan oleh sang Mommy. "Mommy benar tadi Aiden dan juga Alden terlihat sangat bahagia walaupun belum terlalu mengerti dan sekarang mereka sudah langsung tidur setelah Lana mandikan dan ganti bajunya," jawab Lana yang ikut bergabung dengan Dante dan mertuanya. "Senang Mommy mendengarnya. Rasanya Mommy masih terasa seperti mimpi bisa melihat kamu ada disini dan juga melihat cucu-cucu Mommy dalam keadaan sehat. Dulu sekitar setahun yang lalu Mommy masih ingat bagaimana Mommy
Satu tahun kedepan......Di ruang kerjanya Dante sedang mengerjakan beberapa pekerjaan yang harus segera ia kerjakan sebelum akhirnya ia harus pulang kerja rumah karena ada acara penting yang akan diadakan di rumah. Jadi hari ini ia akan pulang lebih awal dari biasanya. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore dan Dante harus segera jalan sekarang karena ia harus datang keacara penting itu. "Rika, batalkan jadwal saya semuanya dan jika ada pekerjaan yang mendadak maka harus ditunda sampai saya kembali dari melakukan cuti," perintah Dante dengan ekspresi datar. "Baik pak Dante," jawab Rika yang merupakan sekretaris Dante. Setelah mengatakan perintahnya Dante langsung bangkit dari kursi kerjanya dan berusia meninggalkan kantornya. Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Dante sehingga senyum terus mengembang di wajahnya yang tampan. Walaupun usia Dante sudah memasuki kepala tiga tapi tak membuat ketampanannya luntur. Tapi ketampanannya semakin terlihat hingga saat ini. Dengan la
Hampir 24 jam lamanya Dante melakukan perjalanan dari Canada hingga akhirnya ia sampai di Indonesia. Seharusnya ia sudah sampai beberapa jam yang lalu ia sudah sampai di Indonesia tapi ia ketika ia sampai di Dubai pesawatnya sempat delay hampir 2 jam lamanya hingga membuatnya terhambat. Padahal Dante benar-benar ingin bisa mengetahui keadaan dari sang istri. Tadi Dante sudah menghubungi sang Daddy untuk menanyakan keadaan Lana tapi sang Daddy bilang jika Lana sedang menjalani operasi. Dan setelah itu Dante tak tahu lagi dengan keadaan Lana saat ini karena ia sudah harus melakukan penerbangan. Jadi sekarang yang ada di kepalanya benar-benar hanya ada Lana seorang. Ia benar-benar takut terjadi hal yang buruk kepada Lana maka dari itu ekspresi wajah Dante sudah benar-benar terlihat sangat takut. Tak berapa lama Dante sampai juga di parkiran mobil dan ia sudah disambut oleh beberapa pengawal milik keluarga Alfonso. "Selamat malam tuan Dante," sapa salah satu pengawal. "Tunjukkan dimana
Air mata terus mengalir dari mata Wanda ketika melihat kondisi Lana yang sangat mengkhawatirkan. Ia masih ingat bagaimana darah keluar dari sela-sela pahanya dan membuatnya sangat takut terjadi hal buruk kepada sang menantu dan juga calon cucunya. "Sayang, bagaimana jika terjadi hal yang buruk kepada Lana dan calon cucu kita. Seharusnya tadi aku ikut menemani Lana ketika di toilet bukannya malah belanja. Aku benar-benar sangat menyesal," ungkap Wanda menyesal. "Ssssttt....."Tommy mencoba menenangkan sang istri yang dari tadi terus menyalahkan dirinya sendiri. "Ini bukan salah kamu sayang. Dan kamu gak perlu khawatir tentang keadaan Lana. Dokter pasti akan menyelamatkan Lana dan calon cucu kita. Jadi kamu berhenti menyalahkan diri kamu sendiri," pinta Tommy menenangkan dirinya sendiri. Wanda hanya bisa menangis dalam pelukan sang suami sambil menunggu Lana sedang dilakukan tindakan diluar sana. Tadi ketika Lana ditemukan tak sadarkan di toilet dengan cepat Lisa pengawal pribadinya
Lana berjalan dengan perlahan dengan Mama mertuanya setelah mereka pergi dari rumah sakit. Dengan perlahan sang Mama mertua mengandeng tangan Lana karena beliau melihat jika dirinya memang sudah agak susah jalan cepat karena memang perutnya yang sudah membesar. "Lana sayang kamu pasti capek jalan dari depan lobby tadi. Apa perlu Mommy carikan kursi roda untuk kamu?" tanya Wanda penuh perhatian. "Gak usah Mom. Aku juga ingin banyak jalan biar nanti ketika melahirkan bisa lebih nyaman. Lagipula dokter meminta aku untuk banyak olahraga biar kondisi aku tetap stabil jadi tak akan masalah kalau cuma jalan seperti ini," tolak Lana sambil tersenyum. "Ya udah kalau kamu maunya gitu. Kalau gitu kita cari makan dulu baru kalau kamu mau beli yang lain baru kita cari lagi," kata Wanda mengambil keputusan. Lana menganggukan kepalanya setuju dengan apa yang dikatakan oleh mama mertuanya. Mereka pun kembali melangkahkan kakinya sambil mencari restoran yang tepat yang akan dijadikan makan siang m